31. Menginap

14 0 0
                                    

Malam di kota malang yang dingin. Membuat jendela bagian luar berembun.

Didalam sebuah kamar apart yang lampunya masih menyala terdapat dua manusia berbaring tapi belum tertidur. Mereka berdua tidur terlentang sambil bermain ponsel sesekali bercerita.

Setelah meminta ijin dari Reno dan Ibu Atis, dengan alasan Atis menginap di kost Fitri. mereka berdua tidur saling bersebelahan dan bermain ponsel masing masing.

"Jadi lo punya abang banyak. Meski mereka bukan abang kandung?" Tanya Atha memiringkan badannya dan menopang kepala dengan sebelah tangan.

Atis mengangguk menaruh ponselnya diatas perut. "Bisa dibilang begitu. Gue ada abang sepupu empat, dan abang abang temen main ada lima mungkin?"

Atha mengangguk.

"Jadi meski gue anak pertama. Gue juga punya abang. Mereka baik banget!"

"Abang sepupu lo tau kalo lo suka dugem?"

Atis menggeleng. "Nggak. Mereka nggak tau."

"Lo masih suka ngerokok?"

Atis menggeleng membuat Atha menghela napas lega. Ia mengelus rambut Atis.

"Ngerokok itu nggak baik. Apalagi untuk cewek. Kalo bisa, lo harus jauh jauh dari benda itu."

Atis mengangguk cepat. "Gue udah lama nggak nyembat. Lo ngerokok?"

Atha mengangguk. "Kalo lagi butuh aja."

Atis ikut mengangguk.

"Jadi abang sepupu dan keluarga lo nggak ada yang tau kenakalan lo?"

Atis menggeleng lagi. "Nggak ada."

Atha menatap Atis lama. "Gue harap lo bisa jauhin dunia malam lo." Ucapnya sendu.

Atis menatap Atha lalu memeluknya erat. Ia menggumam. "Gue bukan cewek baik baik. Tapi kenapa lo masih mau nerima gue?"

Atha membalas pelukannya. "Karena gue ada buat ngerubah lo."

Atis menempelkan pipinya di dada Atha. "Lo terlalu baik buat gue."

Atha terkekeh. "Gue nggak sebaik yang lo tau."

Atis mengangguk. "Iyain aja." Ucapnya lalu melepas pelukannya.

Atha terkekeh geli. "Menyebalkan."

Tak lama Atha menguap lebar. Lalu ia beranjak turun dari ranjang membuat Atis menatapnya.

"Kemana?"

"Kamar mandi. Kenapa? Mau ikut?"

Atis mencibir. Lalu ia meraih ponsel Atha dan memainkannya. Sampai Atha kembali dan duduk di sampingnya.

"Gue buka baju boleh nggak?" Tanya Atha ragu.

Atis menurunkan ponsel Atha. "Telanjang dada gitu?"

Atha mengangguk.

"Dingin, Yang. Pake aja bajunya."

Atha menghela napas. "Sebenernya gue nggak terbiasa tidur pake baju. Tapi yaudahlah nggak papa."

Atis menjadi tidak enak sendiri. Ia masih menatap Atha yang perlahan membarikan badannya lalu mematikan lampu dan menyisahkan lampu di nakas saja.

Atha memiringkan badannya menatap Atis. "Tidur gih."

Atis menghela napas. "Yaudah buka aja bajunya."

"Udahlah, Nggak papa. Ayo tidur, udah jam dua belas ini."

Atis mendengus. "Kalo lo mau buka baju. Yaudah nggak papa."

Atha terdiam lalu berkata. "Boleh?"

ATHATIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang