Usai sarapan bersama. Keluarga Atis mengajak Atha berkumpul di ruang televisi, Rafa pun ikut juga. Karena bagaimanapun Atis tetap adik kecilnya.
"Jadi kamu orang Kalimantan?"
Atha mengangguk sedari tadi senyumnya tak pernah luntur. "Iyah, Saya asli orang kalimantan barat."
Atha duduk sendiri di single sofa berhadapan dengan Hamam beberapa meter, sedangkan Atis duduk di sofa panjang bersama Ibunya dan Rafa.
Posisi Atis berada di depan samping Atha. Menatap cowok itu cemas, ia takut kalau kalau pertanyaan dari Ayahnya membuat Atha tersinggung.
"Kalimantan mananya?!" Tanya Rafa.
Atha menoleh. "Kabupaten ketapang, Mas."
Tia mengenggam tangan Atis membiat anak gadisnya menoleh. "Om kamu kan nikah sama orang kalimantan."
Atis baru mengingatnya. "Om Aan?"
"Iyah nak." Sahut Ayah Atis.
"Benarkah? Kalimantan mana Bu?" Tanya Atha.
Tia meringis. "Kalimantan timur. Jauh kan?"
Atha mengangguk. "Lumayan."
"Kamu serius sama anak saya? Sampai sampai berani main kesini?"
Tuh kan! Atis meremas kedua tangannya yang sudah tidak di genggam ibunya.
Atha menatap Ayah Atis dengan yakin. "Kalau saya tidak serius, saya tidak akan menjadikan dia alasan saya ke malang." Ucapnya sopan namun juga tegas.
Tia tersenyum. "Saya setuju kalau kalian ditahap lebih lanjut."
Atis melongo. "Atis kan masih kuliah Bu!"
"Banyak kok yang kuliah tapi udah nikah." Sahut Atha membuat Atis melototinya.
Cowok itu terkekeh melihatnya. Membuat Ayah dan Ibu Atis ikut tersenyum. Kecuali Rafa yang masih kurang mantap dengan Atha.
"Umur lo berapa?"
Atha menoleh. "24 tahun, Mas."
"Loh sama!" Seru Rafa.
"Pantas saja dewasa banget." Ucap Tia.
Atha terkekeh sungkan.
"Kamu sudah kerja?" tanya Ayah Atis.
"Sudah Pak, saya hanya kerja di perusahaan percetakan sebagai editor. Tapi saya janji, sebelum memiliki anak bapak, saya akan beralih bekerja yang lebih mantap."
Atis rasanya ingin menyakar wajah Atha yang tegas dalam menyampaikan jawabannya. Membuatnya meleleh saja.
Hamam mengangguk. "Bagus, pekerjaan apapun saya setuju, asalkan kamu bisa memberi makan anak saya saja." Canda Ayah Atis mengundang tawa mereka, kecuali Atis.
"Atha, Ibu boleh tanya?" Tanya Tia.
"Iyah bu, silahkan."
Atis menoleh menatap ibunya.
"Boleh kami tau tentang keluarga kamu?"
Sensitif sekali. Bahkan Atis saja tidak pernah di ceritakan Atha tentang keluarganya.
Atha tersenyum sopan dan mengangguk. "Boleh Bu. Jadi saya anak ketiga, dari tiga bersaudara."
Atis baru tau. Yang ia tau Atha memiliki kakak.
"Kedua kakak saya. Yang pertama laki laki, dan yang kedua perempuan. Mereka sudah menikah. Orang tua saya alhamdulillah masih lengkap. Ayah saya bekerja di sebuah pabrik perkayuan dan Ibu saya sebagai ibu rumah tangga."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHATIS (SELESAI)
Romance"Lo tuh sebenernya sayang sama gue apa nggak sih?" "Sayang Lah! Kalo nggak sayang, kenapa gue nembak lo?" Gadis yang bertanya tadi terkekeh riang saat jawaban nge-gas dari seseorang yang ia tanya mengenai pertanyaan bodoh itu. "Iyah, iyah percaya Ba...