21. Nggak ngerepotin

13 0 0
                                    

Cukup sampai disini yang gue ketahui,
Kalau seharusnya gue bersyukur menjadi orang yang beruntung, memiliki lo.
Disaat banyaknya orang lain yang berusaha ngerebut posisi gue.

-ATHATIS-

Motor matic scoopy melaju sedang membelah jalan raya kota malang di siang hari itu.

Panasnya matahari terasa membakar kulit meski di kota dingin itu. Hal itu membuat Atis memasukkan kedua tangannya kedalam lengan.

Atha menarik tangan Atis yang lagi lagi melepaskan pelukannya. Atis kembali memeluk Atha dengan nyamannya.

Rasanya Atis sedari tadi ingin menjerit senang, karena impiannya dibonceng Atha menjadi kenyataan. Atis menaruh pipinya dengan nyaman di bahu Atha.

"Minimarket yang itu bukan?" Tanya Atha agak keras.

Atis mengangkat kepalanya menatap arah tunjuk Atha. "Iyah. Yang itu."

Kini mereka tengah menuju tempat yang Atis kasih tau kepada Raga agar membawa jaketnya kesana.

Atha memarkirkan sepeda motor Atis di depan minimarket. Ia membuka helmnya. Mereka masih duduk diatas motor.

"Jaketnya berapaan emang?"

"Sembilan lima rebu. Kenapa?"

Atha menggeleng. "Nggak papa."

Atis yang tidak menaruh curiga sama sekali pun hanya mengangguk saja. Atha mengubah duduknya menyamping menatap Atis lalu ia mengedarkan pandangannya.

Tidak terlalu ramai, dan sedikit polusi. Sepertinya ia akan betah di sini, yah meski tinggal empat hari saja.

"Mana sih temen lo itu? Kok nggak nyampe nyampe." Oceh Atha memakai kupluk jaket yang ia kenakan.

Atis yang mulanya bermain ponsel membalas chat Arai pun menurunkan ponselnya. Ia ikut mengedarkan pandangannya.

"Iyah yah, kok dia lama banget."

"Mau masuk kedalam nggak? Beli sesuatu gitu?" Saran Atha menunjuk minimarket.

Atis menimang nimang lalu menggeleng. "Nggak ah. Tadi kan udah."

Atha menatap Atis yang juga menatapnya. Ia membenarkan rambut gadisnya itu yang tengah memakai masker mulut.

"Cukup tau gue, kalo lo nggak terlalu doyan jajan."

Atis menaikkan sebelah alisnya. "Iyah kah? Perasaan gue jajan mulu dah."

"Palingan seblak?" Tebak Atha direspon Atis dengan kekehan.

"Gue pengen tau seblak tuh gimana."

Atis mengerjap. "Lo beneran belum pernah makan seblak?"

"Belum yang! Sering lihat ada orang jualan tapi nggak pengen beli."

Atis terkekeh. "Jangan beli deh. Pedes, ntar lo nggak suka."

"Kan bisa nggak pake cabe."

"Yah nggak enak dong. Bukan seblak itu mah namanya."

Atha mengangguk saja ia meraih sebelah tangan Atis dan menggengamnya.

"Abis ini cari makan yuk. Gue laper."

Atis mengangguk.

"Lo tadi udah sarapan."

Melihat Atis mengalihkan pandangan dan berdehem membuat Atha mendengus lalu menyentik keningnya membuat gadis itu mengaduh.

ATHATIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang