Ketika miyeon tiba di dapur, tiga kursi dimeja makan sudah terisi. Miyeon menyapa kedua mertuanya yang dibalas seadanya, lantas miyeon turut duduk disamping mama untuk sarapan bersama. Disebrangnya jaera nampak mengunyah ogah-ogahan, jaera segera melengos malas ketika melihat sosok miyeon. Rupanya anak itu masih marah pada miyeon.
Dari dulu jaera memang tidak begitu dekat dengan miyeon, katanya sih kehadiran miyeon cuma beban aja ditambah ketakukan kalau miyeon memiliki niat buruk untuk merampas harta keluarganya mengingat miyeon datang dari kalangan sederhana. Tapi meskipun dugaannya salah besar jaera tetap nggak bisa berteman akrab dengan kakak iparnya, dia hanya akan menyapa sekenanya. Kadang membicarakan masalah sekolah sewajarnya, tapi ketika seluruh keluarganya mulai membenci miyeon, jaera pun turut membenci kakak iparnya.
"Hari ini kamu mau kemana?" tanya mama.
Miyeon menunda suapan pertamanya saat sang mertua bertanya "ke konveksi ma, nana bilang ada orderan baru"
"Laku juga ya konveksi kamu" miyeon kembali menunda suapan nya ketika papa menyahut.
"Iya pa, syukurnya banyak pelanggan baru dihanamara" ucapnya dengan seulas senyum tipis.
"Tapi kamu jangan terlalu fokus sama usaha kecil kamu. Inget kamu ini seorang istri, tugas utama istri itu dirumah. Urus suami dan urus rumah" ucap mama.
"Iya ma"
Miyeon benar-benar menunda suapan nya, selera makannya mendadak hilang. Obrolan seperti ini memang sudah biasa miyeon dengar, tentang mama yang selalu terus menerus mengingatkannya kalau tugas utama miyeon itu mengurus suami dan rumah. Bukan membuka usaha yang penghasilannya bahkan nggak sampai setengah dari gaji suaminya.
Padahal seingat miyeon dia selalu berusaha menjadi istri yang patuh. Makanya miyeon mempercayakan konveksi nya pada nana, supaya saat miyeon sedang sibuk menjadi ibu rumah tangga ada nana yang memegang kendali konveksi.
"Nanti jangan lupa kamu beresin ruangan papa, mbak juju papa suruh bersihin gudang"
"Iya pak"
Pagi itu miyeon membiarkan perutnya kosong, hanya terisi oleh selembar roti dan segelas air.
•••
Miyeon turun dari mobilnya yang terparkir dihalaman sebuah cafe, miyeon berjalan memasuki cafe yang cukup sepi, padahal hari sudah mulai siang. Hanya ada satu-dua pengunjung.
Saat miyeon mendorong pintu cafe terdengar bunyi bel kecil yang tergantung di atas nya berbunyi, membuat orang yang berdiri dibalik meja kasir menoleh lantas tersenyum sembari berjalan keluar dari area meja kasir.
"Miyeonnn!" panggilnya menghampiri miyeon yang juga tengah tersenyum manis.
"Sarapan bareng yuk" ajak miyeon sambil mengangkat kotak makan yang sengaja ia bawa.
Ketika sarapan dirumah tak berselera, tempat ini lah yang menjadi pelarian miyeon agar nafsu makannya kembali.
Wanita didepannya yang merupakan sahabat miyeon dan akrab disapa ayu pun kembali tersenyum "duh kebetulan gue belum sarapan, tau aja nih si sayang" ucapnya membuat miyeon tertawa kecil.
"Eh lo duduk dulu gih biar gue buatin minum" suruh nya.
Miyeon mengangguk lalu duduk disalah satu meja yang selalu menjadi tempat favorite nya jika miyeon berkunjung kesini. Meja yang berada dipojok ruangan dekat jendela selalu menjadi pilihan miyeon. Kecuali kalau meja tersebut sudah ada yang menempati. tapi selama miyeon berkunjung ke cafe. Miyeon tak pernah tak duduk dimeja itu, karena cafe ayu selalu sepi pengunjung membuat banyak meja tersisa untuk ditempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The World Of The Married✔
Fanfiction"Apa Gunanya Istri Kalau Tidak Bisa Memberi Keturunan"