1

466K 5.9K 208
                                    


Maaf kalo ada yang typo atau salah kata, kalau nemu boleh di komen ya. Sekalian aku revisi.
Karena aku tipe orang yang sekali nulis lansung publish, tanpa baca ulang.

"Siapa yang bawa buku gue!" Teriakku kencang saat bel tanda pelajaran akan dimulai telah berbunyi. Mataku menatap kesekeliling kelas untuk mengetahui keberadaan buku tugas matematikaku.

"Aku, aku." Teriak cowok yang duduk di bangku sudut mengangkat tangan kirinya, sementara tangan kanannya sibuk menulis.

"Cepetan nyalinnya, Pak Ari bentar lagi dateng nih." Peringatku kepada Kevin, dan dia tidak menjawab hanya membentuk tanda oke dengan jemarinya.

Aku menghela napas panjang, lalu kembali duduk. Ya beginilah nasib murid pintar, rajin, tidak sombong dan suka menolong. Setiap hari harus rela buku tugasnya digangbang satu kelas.

Suara langkah sepatu terdengar dari luar, bersamaan dengan Kevin yang berlari kearahku untuk mengembalikan buku milikku.

"Thanks, Na," ucapnya setengah berlari kembali ketempat duduknya.

"Ngapain Pak Rudi kesini?" Kata Vina yang duduk di sebelahku bertanya, aku yang sibuk dengan buku matematikaku yang kusut karena dipegang terlalu banyak orang mengangkat kepala, menemukan Pak Rudi, sang kepala sekolah berdiri didepan kelas, tapi dia tidak sendirian, seorang anak laki-laki berdiri bersamanya.

"Selamat pagi, Anak-anak. Bapak disini untuk memperkenalkan teman baru kalian."

Seisi kelas mulai berbisik-bisik riuh.

"Gila ganteng banget." Vina menyikut pingangku keras, membuatku sedikit meringis kesakitan.

"Sebelas dua belas sama Edward Cullen."

"Glowing banget mukanya beda sama muka Budi yang buluk."

"Pake skincare apa ya dia?"

"Halah gantengan juga gue!" Yang di sebut namanya tidak terima.

Dan masih banyak lagi bisik-bisikan lainnya.

"Nak Dastan, silahkan memperkenalkan diri."  Kata Pak Rudi mempersilahkan.

"Halo, nama saya Dastan Arsena Rejandra." Ucapnya singkat dengan bahasa indonesianya yang sedikit aneh ditelingaku. Betina di kelasku kalap saat mendengar suaranya, dan Dia tersenyum, bukan sejenis senyuman ramah, tapi senyum sinis di sudut bibirnya. Menyebalkan.

"Gila manis banget senyumnya."

"Ganteng bangetttttt.."

"Aaaa, pengen nyubitt."

Aku yang sedikit tertarik menatap ke depan kelas, dan mataku langsung dimanjakan oleh pemandangan yang memang sangat indah. Tubuhnya berdiri tegap, wajahnya terpahat sempurna dengan rahang tegas yang membuatnya semakin luar biasa.

Saat berdiri di depan kelas dia sangat kontras dengan suasana kelas kami.

Benar kata-kata yang sempat aku dengar tadi, dia memang terlalu cermerlang untuk kami yang buluk.

Maksudku, dia kulitnya terlalu pucat untuk ukuran kami orang indonesia.

Dan saat mata kami tidak sengaja bertemu, aku langsung menundukan kepala. Sialan!  kenapa rasanya sangat memalukan? Tidak apa-apa kan? Semua orang juga sedang memperhatikannya sekarang.

Aku memilih untuk memainkan bolpen di tanganku, sementara yang lain masih sibuk tergagum-kagum dengan murid baru bernama Dastan itu.

"Sudah cukup, Nak Dastan?"

"Sudah, Pak. Terimakasih."

"Kalau begitu silahkan duduk, Nak Dastan. Selamat bergabung dikelas ini, ya."

Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang