Aku membongkar lemari pakaianku. Mengeluarkan semua isinya keatas ranjang, berharap menemukan sesuatu yang cocok untuk aku kenakan ke pesta Karin.Apa yang bisa diharapkan dari isi lemari manusia yang selalu menolak jika diajak berbelanja pakaian dengan alasan pemborosan?
Kepalaku mendadak pusing saat menatap isi lemariku yang berserakan. Lemariku hanya dipenuhi oleh kemeja, tshirt, dan beberapa dress lusuh yang lebih cocok digunakan ke hallowen party dengan tema zombie.
Pesanku untuk kalian semua. Jangan terlalu pelit untuk diri sendiri. Berhemat tidak akan membuatmu kaya raya.
Aku menyesal telah mengiyakan undangan Karin untuk datang ke ulang tahunnya. Aku hanya perlu memakai jins dan salah satu tshirt ku saat pergi ke ulang tahun Vina. Tapi Karin? Tentu berbeda. Dia bahkan berbicara tentang dress code atau apalah itu.
Tidak ada harapan bagiku untuk pergi ke pesta Karin, dengan isi lemari yang lebih mirip tempat penyimpanan barang rongsokan.
Ku raih ponselku yang tergeletak diatas ranjang, mencari nomor di phonebook lalu mengubunginya. Ku ampit ponselku diantara pipi dengan bahuku sambil menunggu panggilanku terhubung, kuputuskan untuk mulai memasukan kembali baju-bajuku ke lemari.
"Halo, sayang. Kenapa?" Suara Dastan terdengar begitu panggilanku tersambung.
"Mmm.. gapapa. Gue kayaknya enggak jadi dateng ke ulang tahun Karin, deh." Terangku kemudian.
"Kenapa? Kok tiba-tiba gak jadi. Ada masalah?"
"Enggak, cuma males aja." Jelas aku tidak mungkin bilang kalau aku tidak punya baju untuk pergi ke pesta. Aku menolak ajakan Dastan belanja kemarin dengan alasan aku sudah memiliki baju pesta yang belum aku pakai sebelumnya. Ck! Pembohong ulung!
"Enggak ada males-males ya, Nabilla. Cepet siap-siap, gue udah mau jalan jemput elo."
Tutt..
Belum sempat aku protes Dastan sudah mematikan telfonku. Meninggalkan ku berdiri mematung di depan lemariku.
Baiklah, lebih baik aku mati saja sekarang!
Aku memutar otakku untuk mencari jalan keluar. Aku sudah mencoret Dastan dari jalan keluar masalah ini. Menolak keinginan Dastan sama sekali bukan solusi, itu akan semakin menambah masalah.
Setelah berpikir panjang kali luas kali tinggi, aku melangkah keluar dari kamarku, bergegas menuju kamar mama, lalu mengetuk pintunya. Dia satu-satunya jalan keluar yang aku miliki.
*
"Baru kali ini mama ngerasa berguna sebagai seorang ibu." Kata mama dengan wajah berseri dan menuntunku ke meja riasnya.
Mama begitu senang saat aku meminta bantuannya. Karena memang aku sangat jarang meminta bantuannya. Selain terbiasa melakukan segalanya sendiri, kita memang tidak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama.
Mama berangkat kerja jam 10 malam keatas, dan saat aku bangun pagi untuk sekolah, tentu dia belum bangun atau bahkan belum pulang. Dan saat aku pulang sekolah dia masih beristirahat di kamar.
Mama menyuruhku duduk di kursi depan meja rias, dihadapanku ada berbagai jenis kosmetik milik mama dengan cermin besar yang memantulkan bayanganku dengan jelas, membuatku sedikit tidak nyaman.
"Jadi, acara apa ini?" Tanya mama yanh berdiri di belakangku, dengan kedua tangannya berada di bahuku.
"Mmm.. Ulang tahun.." jawabku kemudian.
Aku menatap bayangan kami di cermin. mengagumi bayangan mama yang terlihat sangat cantik disana, berbanding terbalik denganku.
Kami adalah ibu dan anak, tapi sama sekali tidak memiliki kemiripan. Dia sangat cantik, aku tidak. Dia sangat ramah dan mudah bergaul dengan semua orang, sedangkan aku bahkan kesulitan untuk memulai berbicara dengan seseorang. Satu-satunya kemiripan kami adalah kami sama-sama memiliki postur tubuh yang munggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)
Dla nastolatków21+++ 🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Hidupku selama 17 tahun berjalan seperti remaja pada umumnya. Sekolah, belajar, dan sesekali berkencan. Hingga hari itu datang, seorang murid pindahan yang mengubah segalanya. Hidupku yang normal porak-poranda, saat dia mengataka...