Setelah keluar dari rumah sakit, mereka semua benar-benar tidak mengijinkanku pergi keluar rumah sendirian. Sekolah dan kegiatanku yang biasa aku lakukan di luar rumah diatur oleh Dastan dan Om Pandu agar bisa di lakukan di dalam rumah, sangat berlebihan.
Sekarang kandunganku sudah memasuki bulan ke tiga, perutku sudah mulai membesar. Namun aku tidak begitu merasakan perbedaanya. Aku hanya mengalami morning sick di bulan pertama, dan itu hanya beberapa kali, tidak merasa yang dinamakan ngidam atau yang lainnya, atau hanya aku tidak menyadarinya saja.
Jika kalian penasaran tentang Karin. Karin didiagnosa mengidap ganguan kejiwaan, sehingga dia di bebaskan dari tuntutan, dan menjalani perawatan di rumah sakit jiwa. Dastan dan Om Pandu percaya jika itu hanyalah akal-akalan keluarga Ananta.
Awalnya aku juga sedikit tidak percaya, tapi aku berpikir, bagaimana jika dia benar-benar sakit? Entah lah, hanya dia yang tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Semua orang sudah behenti membahas kejadian itu. Dan sekarang, semua di sibukan oleh persiapan pernikahan ku dengan Dastan. Ya, kami memutuskan untuk menikah, sebelum perutku benar-benar membesar dan kesulitan untuk mengenakan gaun pengantin.
Semua persiapan di lakukan di rumah Dastan, karena pernikahanku akan berlangsung disana. Tidak heran, karena rumah keluarga Rejandra tidak kalah mewah dengan gedung mewah tempat orang biasa melangsungkan pernikahan.
Dan disaat semua orang sibuk mempersiapkan pernikahanku, yang aku lakukan hanyalah bersantai di kamar. Ya, mereka tidak mengijinkanku untuk membantu, bahkan mereka melarangku untuk keluar dari kamar. Kejutan, kata mereka saat aku bertanya tentang alasan mereka mengurungku.
Mencoba gaun, riasan, dan hal-hal lainnya aku lakukan di dalam kamar, lebih tepatnya kamar Dastan. Sudah hampir satu minggu aku berada di rumah Dastan. Dan selama satu minggu itu juga aku tidak bertemu dengannya. Tradisi, kata mama saat aku menanyakan alasan Dastan tidak boleh menemuiku.
"Persiapan udah selesai." pekik mama bahagia saat masuk ke dalam kamarku, menghampiriku yang kini duduk di depan kaca, tengah di permak oleh penata rias. Dia sudah tampil cantik denga gaun biru yang terlihat sangat cocok untuk ya.
Ya, hari ini adalah hari pernikahanku. Aku bahkan masih sedikit tidak percaya akan menikah hari ini, di usia 17 tahun.
"Astaga! kamu cantik banget, sayang." Lanjut mama membuat ku menatap bayanganku yang terpantul di cermin besar di hadapanku.
Mataku menemukan wanita cantik disana. Sangat cantik, tidak terlihat seperti aku. Bagaimana bisa riasan membuatku tampak seperti orang lain?
"Selesai." Kata si penata rias, menyapu beberapa kali brush di wajahku, lalu menatapku dengan bangga. Sepertinya dia sangat puas dengan hasil karyanya. "Tinggal pake gaunnya aja."
Aku keluar dari ruang ganti dengan gaun pengantin sudah melekat ditubuhku, menemukan mama kini tampak tertegun menatapku. Penata rias menuntunku ke cermin, dan aku kembali mengamati bayanganku disana. Rambutku terjalin rumit kebelakang, berhiaskan dua sirkam berbentuk bunga bertabur berlian mengkilat. Riasan di wajahku membuatku mengagumi wajahku sendiri, dan gaun pengantin warna putih yang melekat pas di tububku, membuatku tampak sempurna. Aku bahkan tidak percaya jika aku bisa menjadi secantik ini.
"Perfect." Kata si penata rias itu menepuk pundakku. Lalu meninggalkan aku berdua dengan mama.
"Astaga, sayang. Kamu cantik banget." Puji mama lagi, membuatku tersipu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)
Teen Fiction21+++ 🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Hidupku selama 17 tahun berjalan seperti remaja pada umumnya. Sekolah, belajar, dan sesekali berkencan. Hingga hari itu datang, seorang murid pindahan yang mengubah segalanya. Hidupku yang normal porak-poranda, saat dia mengataka...