6

192K 3K 26
                                    

Dastan membawaku ke kamarnya. Kamarnya sangat luas, lima kali lipat dari luas kamarku. Dindingnya didominasi oleh warna hitam dan putih. Dengan ranjang yang menurutku sangat besar untuk ukuran tidur satu orang. Ya, jika Dastan tidur sendirian, sih. Karena aku juga tidak begitu yakin dengan itu.

Dastan sedang di kamar mandi, dan aku gunakan kesempatan itu untuk mengamati kesekeliling ruangan. Banyak sekali pintu di kamarnya. Rasanya ngin ku buka satu persatu untuk mengetahui isinya.

Bukankah itu sangat lancang?

Aku berpikir sejenak, lalu mengurungkan niatku. Memilih untuk menghampiri pintu kaca besar yang ternyata menghubungkan kamar Dastan dengan balkon yang menghadap ke halaman belakang yang sangat luas.

Entah berapa total luas dari rumah Dastan. Tapi aku selalu dibuat terkagum-kagum disetiap jengkal tanah yang aku lihat. Wangi berbagai bunga menguar dari taman belakang di bawahku. Aku memejamkan mataku, menikmati aroma bunga dan juga angin sore yang berhembus lembut menerpa wajahku, sangat segar.

Tubuhku sedikit tersentak saat tiba-tiba ada tangan menyentuh kedua bahuku. Aku membuka mataku, menoleh, dan menemukan dastan sudah berdiri dibelakangku. Dia sudah tidak mengenakan blazernya, menyisakan kemeja putih yang melekat pas di tubuhnya.

"Lihat apa?" Bisik Dastan yang kini sudah memelukku dari belakang.

"Mm...Semuanya." Jawabku sedikit bingung, dan Dastan tertawa ringan.

"Apanya yang lucu?" Tanyaku sedikit keheranan, meraih jemarinya yang bertautan di dadaku, meremasnya lembut.

"Nothing." Dastan menundukan kepalanya, lalu mencium leherku lembut. Kecupan singkat yang membuat tubuhku meremang nikmat. Dia menuntunku untuk berbalik badan, dan kini kami berdiri saling berhadapan.

Tangan Dastan bergerak kebelakang kepalaku, melepas ikat rambutku hingga rambutku yang terkucir kuda tergerai.

"Kamu cantik banget." Puji Dastan menekan kata kamu yang membuatku sedikit begidik. Matanya menatapku lekat. Dan aku tidak menolak saat jemari Dastan kini meraup wajahku, mengusap kedua sisinya lembut.

Mataku terpejam, menikmati setiap belaian dari jemari Dastan yang keras namun terasa lembut di pipiku. Jantungku berdegup semakin kencang saat jemari Dastan bergerak turun, mengoda bibirku dengan ibu jarinya. Wajahku memanas, gairahku mulai mengalir ke seluruh tubuh.

"Buka mata lo." Bisik Dastan dengan nada memerintah.

Aku membuka mataku perlahan, dan didetik berikutnya bibir dastan sudah berada di bibirku. Mata kami saling memandang intens, dan Dastan mulai memagut bibirku lembut.

Ciuman Dastan begitu lembut tapi memabukkan. Bibirnya mengulum dan menyesap bibirku. Sementara lidahnya bergerak masuk mulutku, membelit, mengoda lidahku.

"Mmmp.." aku mengerang saat Dastan mengangkat tubuhku dan secara refleks aku melingkarkan kaki ku ke pinggangnya agar tidak terjatuh. Kini posisiku lebih tinggi dari Dastan, hingga dia harus mendongakan kepalanya untuk tetap bisa menciumku.

Ku raup kedua sisi wajahnya, menundukan kepalaku untuk mencium Dastan. Dia melangkah masuk ke kamar dengan aku berada di gendongannya, dengan hati-hati menurunkan tubuhku keatas ranjang.

"Mmhh ahh.." erangku terengah-enggah saat Dastan melepaskan bibirku. Dia menegakan tubuhnya disamping ranjang, matanya menatapku yang kini berbaring tidak nyaman diatas kasur.

"Dastan.." erangku frustrasi karena dia terus saja mengamatiku bagai objek menarik, tidak bergeming di tempat dia berdiri.

"Iya, sayang." Suara Dastan terdengar parau. Tangannya terulur menuju kakiku, lebih tepatnya sepatuku. Dengan satu gerakan dia sudah melepas keduanya, disusul dengan kaos kakiku, membuangnya asal ke lantai.

Dastan bergerak naik ke ranjang. Merangkak, melayang diatas tubuhku hingga wajah kami sejajar. "Kenapa?" Bisik Dastan lagi, menatap wajahku dengan intens. Tubuhnya yang besar melingkupi tubuhku yang munggil.

Aku bisa merasakan hembusan napasnya yang panas. Jemarinya bergerak membelai wajahku, kembali mengoda bibirku dengan jemarinya, membuatku kesulitan untuk bernapas.

"Mmmp.." erangku tertahan karena sentuhan Dastan.

"Kenapa, sayang? Hmm?" Tanya Dastan dengan nada mengoda. Aku menatap wajahnya dengan mataku yang sudah berkabut nikmat. Aku benci perasaanku. Tapi aku ingin Dastan melakukan lebih, tidak hanya sekedar menyentuhku.

Aku mengeliat tidak nyaman dibawahnya, dan saat aku bergerak, aku bisa merasakan tubuh bagian bawahnya yang mengeras mengesek pangkal pahaku.

Dastan mengeram pelan, sebelum akhirnya melumat bibirku dengan penuh gairah.

"Mmm.." erangku nikmat disela ciuman panas kami. Tanganku bergerak meremas rambut Dastan kuat saat lidahnya melesak masuk, terasa lembut dan hangat dimulutku.

Bibirnya terus mengecap bibir atas dan bawahku bergantian. Lidah Dastan bergerak menjelajah mulutku, mengoda lidahku. Sementara tangannya bergerak membuka kacing kemejaku, satu persatu.

Akal sehatku ingin menolak, tapi tubuhku berkata lain. Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tapi Aku ingin melakukannya, aku ingin melakukannya bersama Dastan.

"Aahh.." aku hampir kehabisan napas saat Dastan melepas bibirku, bibirnya bergerak turun, memberi kecupan-kecupan kecil di daguku. Bibirnya yang basah berpadu dengan hembusan napasnya yang panas menyusuri rahangku, lalu turun ke leher, menciumku disana.

"Mmhh.. Dastan.." erangku lagi, aku merasakan sensasi aneh yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Kenikmatan yang menjalar dari kepalaku dan menyebar keseluruh tubuhku.

"Iya, sayang." Bisik Dastan ditelingaku. Menciumku disana membuatku mengidik geli dibuatnya.

Aku membuka mataku yang entah dari kapan sudah terpejam. Menatap Dastan yang berhenti menciumku. Aku merasa mataku berkabut, aku tidak rela Dastan berhenti menciumku.

Aku membiarkannya membantuku bangun. Aku hanya diam saat dia membantuku membuka blazer, dan juga kemeja putihku, menyisakan bra hitam yang aku kenakan sebagai pakaian dalam.

"Dastan.." Erangku tertahan saat tangan Dastan bergerak ke pungung untuk membuka kaitan braku.

"Kenapa?" Tanya Dastan menatapku, Aku mengelengkan kepala, dan Dastan tersenyum di sudut bibirnya. "Nikmatin aja." Katanya lagi, dan langsung kembali memagut bibirku lembut. Dia mendorong tubuhku kembali ke ranjang, dan bagian atas tubuhku sudah sepenuhnya telanjang, menyisakan rok pendek dan juga celana dalam dibawah sana.

Dastan mencium bibirku dengan penuh gairah, sementara tangannya bergerak turun menyentuh payudaraku. Aku mengeliat merasakan sensasinya. Tidak ada yang menyentuhku sebelumnya, Dastan adalah yang pertama.

Bibir Dastan turun ke dagu, lalu ke leherku. Menciumku disana.

"Ah... Dastan.." erangku dalam kenikmatan saat Dastan kembali bergerak naik ke telingganya. Mengecup basah daun telingaku.

"Iya, Sayang." Bisik Dastan bernapas di telingaku.

Aku memekik kecil kegelian karena nya. Membali mendesah saat jemari Dastan kembali bergerak turun meraup kedua payudaraku, meremasnya lembut.

"Iya, Sayang. Terus. Gue suka denger elo desah." Perintah Dastan lembut, terus meremas payudaraku dengan kecepatan konstan. "Open your eyes, Na. Gue mau elo lihat gue." Titah Dastan lagi.

Aku cukup pintar untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya diantara kami berdua. Namun, entah apa yang merasuki diriku hari ini, aku sama sekali tidak menolak ataupun mencoba menghentika apa yang Dastan lakukan terhadapku.

Aku memberikan harta yang paling berharga bagiku kepada cowok yang belum lama aku kenal. Apa aku benar-benar tidak akan menyesalinya?

TBC.

Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang