10

163K 2.4K 24
                                        

"Elo habis ngapain sama Dastan?" Tanya Vina mengintrogasiku saat aku dan Dastan baru saja masuk ke dalam kelas bersama.

"Ngapain apanya?" Jawabku balik bertanya dengan nada rendah, lalu duduk di kursiku. Mataku melihat kesekeliling, suasana kelas sudah ramai sekarang, dan bisa-bisanya Vina bertanya kepadaku seolah tidak ada siapa-siapa.

"Udah sana minggir." Perintah Dastan mengusir Vina yang menghalanginya untuk duduk.

"Apa? Lo udah ngerebut bangku gue dan sekarang berani ngusir-ngusir?" Tanya Vina nenatap Dastan galak. Dan aku lihat rahang Dastan mengeras, menahan emosinya agar tidak meledak.

"Udah, Vin. Kenapa sih lo? sensi banget."

"Jadi elo sekarang bela dia?!" Tanya Vina semakin tidak terima.

"Gue nggak belain siapa-siapa. Cuma heran aja kenapa elo tiba-tiba kaya gini. Orang baru dateng udah marah-marah gajelas."

"Jelas!!!"

"Jelas apanyaa.. gajelas banget tau!"

"SEMENJAK ADA DASTAN, ELO NGGAK PERNAH BALES CHAT GUE, GUE TELFON NGGAK PERNAH DIANGKAT!!"

Oh jadi itu masalahnya?

"Sorry." Aku menatap Vina, memasang muka penuh penyesalanku.

"Jahat bangett. Padahal gue mau ceritaa.."

"Yaudah, sini, sini cerita. Ada apa sii?" Aku memberi intruksi kepada Dastan agar memberi waktu untukku dan Vina. Dia hanya memutar matanya jengah sebagai jawaban, lalu berjalan keluar kelas, entah kemana.

"Jackson ilang, Bill..." Vina mulai bercerita tentang kucingnya dengan wajah sedih.

"Serius? Terus gimana?"

"Terus pas gue lapor polisi, katanya belum bisa diproses karena Jackson ilangnya belom ada 24 jam." Dia kembali tersedu, dan aku hanya bisa mengelus2 pundaknya lembut.

"Jackson pasti cuma main ke rumah tetangga kali, Vin. Ntar juga balik." Kataku menyakinkan.

"Gimana kalo nggak balik? Gimana kalo Jackson diculik buat dijadiin bakso??"

"Mana bisa sih, Vin. Kurus gitu, nggak ada dagingnya."

"Iiii, jahat bangett.."

"Berisik bacott!" Itu suara Budi, membuat Vina menoleh ke arahnya Budi, menatapnya sengit. Lalu berlari menghampiri Budi dengan buku paket tebal di tangannya.

"Aw! Aw! Sakit bego!" Teriak budi saat ku dengar Vina memukulnya beberapa kali dengan buku ditangannya.

Aku mengehela napas, lalu kembali menghadap ke depan. Dastan belum terlihat dimana-mana.

Kemana dia pergi?

"Jadi elo ngapain aja dari kemarin? sibuk banget." Aku tersentak kaget saat Vina kembali, lalu duduk disampingku.

"Nggak ngapa-ngapain."

"Boong.." Vina menatapku curiga membuatku tidak nyaman.

"Sama Dastan, ya?" Tanyanya lagi dengan nada menyelidik.

"Enggak!"

Tangan Vina bergerak kearahku. Menuju kerahku lalu menariknya sedikit turun.

"Ngapain sih?" Tanyaku keheranan. Merapikan kembali bajuku.

"Sama Dastan Kan?" Tanya Vina lagi. Membuatku memutar mata jengah.

"Enggak, Vin. Dihh. Maunya dijawab apasi. Maksa banget." Jawabku sedikit kesal.

"Terus itu kissmark bikinan siapa?" Tanya Vina menunjuk leherku.

Matilah gue.

"Ya gue lah, masa karya bapak lo." Itu suara Dastan dan aku menoleh cepat kearah datangnya suara. Dan benar, Dastan sudah berdiri di depanku. "Cepet minggir, mau gue lempar lo ke belakang?" Kata Dastan lagi mengusir Vina dari bangkunya.

Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang