Aku membuka mataku, dan langsung disambut oleh rasa pusing di kepalaku. Aku kembali memejamkan mataku. Dan kilatan-kilatan memori tentang laut dan Sharin mulai bermunculan di kepalaku. Membuatku teringat dengan apa yang baru saja aku lalui.
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, dan samar-samar telingaku mendengar suara orang bercakap-cakap. Aku membuka mataku, mengamati kesekeliling. Aku sudah berada di kamar dan menemukan Dastan tengah berbincang dengan pria berpakaian putih-putih di samping ranjang. Sepertinya dia tidak menyadari kalau aku sudah sadar.
"Kondisi Nabilla baik-baik saja." Kata pria yang aku kenali sebagai dokter itu menjelaskan kepada Dastan. "Apa dia sering pingsan seperti ini?" Tanya Dokter itu lagi.
"Enggak dok, baru kali ini."
"Jangan biarkan dia beraktifitas terlalu berat, wanita hamil sangat mudah capek. Dan itu sangat tidak bagus untuk kesehatan Nabilla dan kandungannya."
Deg!
Aku bisa merasakan jantungku berhenti berdetak. Mencoba mencerna kata-kata dokter tersebut.
Kandungan?
Hamil?
Kepalaku berdenyut semakin keras, dan perutku bergejolak. Aku pernah memikirkan hal ini sebelumnya, aku dan Dastan sering melakukan seks, jadi tidak heran jika aku hamil sekarang. Tapi aku tidak menyangka jika ini akan terjadi secepat ini.
"Jadi kondisi Nabilla baik-baik saja, Dok?" Tanya Dastan lagi. Tampak santai menanggapi kehamilanku. Aku kira dia akan berteriak histeris.
"Iya, Nabilla baik-baik saja. Kita hanya perlu menunggu dia siuman. Usia kandungan Nabilla yang baru menginjak bulan pertama masih sangat lemah dan rentan. Jaga dia baik-baik ya." Terang Dokter itu lagi.
"Baik, Dok. Terimakasih."
"Sama-sama." Mereka berjabat tangan. "Baiklah kalau begitu, saya ke kamar sebelah dulu untuk memeriksa kembali keadaan Sharin."
Dastan mengantar Dokter itu keluar kamar, lalu kembali masuk dan menutup pintu. Aku memejamkan kembali mataku cepat-cepat, mendengar langkah kakinya yang bergerak mendekat kearahku.
Aku merasakan dia meraih tanganku, lalu mengengamnya erat.
"Buka matamu, aku tahu kamu udah sadar.." perintahnya lembut. "Na..." panggilnya lagi saat aku enggan untuk membuka mataku.
Perlahan aku menuruti perintahnya. Dia duduk di sampingku, menggenggam tanganku. Tersenyum.
"Gimana rasanya? Ada yang sakit?" Tangannya terulur ke wajahku, mengusap pipiku lembut.
Aku mengelengkan kepala pelan.
"Aku panggil dokter dulu, ya.."
"Enggak usah." Aku menahan tangan Dastan yang beranjak ingin memanggil dokter, membuatnya kembali duduk.
"Aku mau dokter periksa kamu lagi, buat pastiin kamu beneran nggak papa."
"Aku nggak papa kok." Kataku menyakinkan, bergerak bangun, lalu bersender di kepala ranjang.
"Yaudah.." Kata Dastan mengalah.
"Gimana keadaan, Sharin?" Tanyaku khawatir.
"Dia baik-baik aja." Terang Dastan dan aku hanya mengangguk lega. Lalu kami saling terdiam. Membuat suasana kamar menjadi hening.
"Kamu udah denger kata dokter tadi kan?" Tanya Dastan dengan nada yang begitu hati-hati. Tangannya kembali meraih tanganku, menggenggamnya lembut.
Aku mengangguk. Dia meremas tanganku yang berada di genggamannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)
Novela Juvenil21+++ 🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Hidupku selama 17 tahun berjalan seperti remaja pada umumnya. Sekolah, belajar, dan sesekali berkencan. Hingga hari itu datang, seorang murid pindahan yang mengubah segalanya. Hidupku yang normal porak-poranda, saat dia mengataka...