33

76.7K 2.7K 444
                                    

"Apa?!" Aku menatap Reo tidak percaya. Tantangan macam apa ini? Aku sering bermain ToD bersama Vina dan Budi, tapi tidak pernah mendapat tantangan seperti ini.

"Kenapa gue?" Tanya Agasta datar.

"Karena gue kasian sama lo, Gas. Ini udah mau tahun ketiga, tapi belom pernah dicium cewek." Jawab Reo memasang muka sok prihatin. "Ayo! Ayo! Ayo! Ayo!" Seru Reo bersemangat, sendirian, karena yang lain memilih untuk berdiam.

Aku menoleh ke arah Agasta, dan dia hanya memasang wajah datar seperti biasa. Takut-takut aku menoleh kearah Dastan yang duduk disampingku. Dia tidak menatapku, dan namun aku bisa merasakan rahangnya mengeras, tidak ada komentar atau pembelaan keluar dari mulutnya yang mengatup rapat.

"Ganti lah tantangannya, masa kaya gitu." Protesku kembali menatap Reo.

"Namanya juga tantangan, kalo gue suruh elo salim sama Agasta ya nggak seru lah."

"Gantiii.." rengekku lagi setengah memohon. Sementara yang lain tampak menikmati penderitaanku.

Reo tertawa puas, lalu berkata."Enggak, udah nggk bisa diganggu gugat. Sana cium, gue jamin nggak rugi deh cium Agasta. Selain ganteng, gue yakin bibir dia juga masih perawan."

"Cium bibir?!" Tanyaku shock.

"Iya lah, masa cium kening, lo kira ini sinetron Inayah? Udah sana, Cium! Cium! Cium!" Kata Reo kembali heboh sendiri.

Aku melirik kearah Dastan yang masih terdiam. Sepertinya dia sangat marah karena aku tidak menuruti perintahnya untuk memilih truth. Ya, aku menyesal sekarang, jika waktu bisa diulang, aku memilih untuk memainkan permainan ini sepanjang malam dari pada harus memilih dare. Tapi, siapa yang tahu aku akan mendapatkan tantangan seperti ini? Aku kira aku hanya akan disuruh melakukan hal konyol, seperti tantangan yang aku terima dari Vina atau Budi.

"Cepet, Na. Jangan kayak pengecut." Kata Joe ikut memanas-manasi yang lansung dihadiahi sebuah sikutan dari Safira.

"Cium pipi aja ya?" Tawarku kemudian.

Reo berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Oke, deh. Cium pipi boleh juga boleh. Dari pada nggak sama sekali" Kata Reo mengiyakan.

Aku menarik napas panjang, lalu mengehembuskan kuat-kuat, sedikit bernapas lega, paling tidak aku tidak perlu mencium bibir Agasta. Aku sangat kesal dengan Dastan sekarang, bagaimana bisa dia membiarkan ku melewati ini sendirian. Oke, ini memang salahku. Tapi bukankah dia harusnya tidak diam seperti ini? Menjengkelkan!

Aku kembali menarik napas panjang, lalu bergerak menuju Agasta saat aku merasa tangan Dastan mencengkram pergelangan tanganku. Spontan aku menoleh, menatapnya bingung.

"Duduk." Perintahnya kemudian. Aku menurut, dan kembali duduk di tempatku semula.

Suasana berubah menjadi hening, sepertinya yang lainnya penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Nabilla nggak perlu cium Agasta."

"Ooo, tidak bisa, Tuan Rejandra. Anda tidak memiliki wewenang untuk membatalkan tantangan ini." Sahut Reo dengan suara yang dibuat-buat.

"Iya, gue enggak. Tapi elo bisa." Ucap Dastan membuat alis Reo menyernyit.

"Yakin banget gue mau batalin." Kata Reo lagi dengan nada sombong.

"Lo bisa ambil satu Porsche gue dirumah. Yang Panamera itu belom pernah gue pake."

Uhuk! Uhuk!

Reo terbatuk, dan aku berusaha mencerna kata-kata Dastan. Porsche? Panamera? Maksudnya mobil mewah yang berjejer di garasinya itu?!

"Enggak!" Tolakku cepat-cepat. "Gue cuma perlu cium pipi Agasta aja kan?" Tanyaku lagi. Aku tidak bisa membiarkan Dastan bertingkah konyol hanya karena permainan ToD sialan ini. Aku kembali bergerak menuju Agasta, tapi tangan Dastan mencekram ku kuat, membuatku tidak bisa bergerak.

Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang