24

88.6K 2K 148
                                    

Aku langsung menuju bangku ku, lalu duduk disana. Ku tatap Om Pandu yang masih berdiri didepan pintu, melambaikan tangan kearahku, lalu berbicara sebentar dengan Bu Erin sebelum akhirnya menutup pintu kelas dari luar

Aku menghela napas panjang, melepaskan ransel dari pungungku, mengantungnya di kursi seperti biasa.

"Ciyee, Nabilla.." bisik Vina menggodaku dengan nada rendah, menyikut pingganggu pelan.

"Apaan?" Tanyaku tidak paham.

"Gue udah sering liat orang dianter pacarnya ke sekolah, tapi belom pernah liat yang anter calon mertuanya." Bisik Vina membuatku memutar mataku jengah.

"Nggak usah berlebihan. Gue nggak dianter, gue cuma ketemu dia di jalan." Bantahku mulai mengeluarkan alat tulisku dari dalam tas.

"Ngeles mulu lo, Na. Kayak bajaj. Btw elo panggil dia gimana? Papi? Papa? Daddy?" Bisiknya lagi menodongku dengan pertanyaan tidak penting lainnya.

"Vina!" Desisku kesal menatapnya, dan dia hanya terkekeh geli menanggapinya.

Aku menegakan posisi dudukku, menatap kedepan untuk memperhatikan Bu Erin yang sedang menerangkan pelajaran saat aku merasa pungungku di colek dari belakang, membuatku spontan menoleh, menemukan Safira disana.

"Hei, kita ketemu lagi." Sapanya menatapku dengan senyum manis yang menghiasi bibirnya.

"Eh, iya.." balasku tersenyum cangung.

"Elo kenal dia, Na?" Tanya Vina yang kini juga ikut menoleh.

"Kita sempet ketemu kemarin."

"Vina! Mau ngobrol sampai kapan kamu?!"

Itu suara Bu Erin, membuat kami langsung duduk rapi di meja masing-masing.

"Iya, Bu. Maaf." Jawab Vina dengan muka penuh penyesalan.

Dia kembali menyikut pingangku, matanya melirik kesal menatapku.

"The power of orang dalam, elo yang ngobrol, gue yang disalahin." Runtuknya kesal membuatku terkikik geli.

"Makanya jangan ngobrol mulu.." Bisikku lagi membuat Vina semakin kesal.

*

"Jadi kalian ketemu dimana?" Vina kembali bertanya saat jam istirahat. Kita berempat sedang dalam perjalanan menuju kantin. Aku, Vina, Safira, dan Budi.

"Di pesta ulang tahun Karin." Terang Safira, sementara aku memilih untuk diam. "Kok gue nggak liat kalian berdua disana ya.." kata Safira lagi, menatap Vina dan Budi.

"Karena kita nggk disana, gue yang rada glowing gini aja nggak diundang, apalagi Budi. Jadi, mustahil lo liat kita disana." Terang Vina membuat Safira terkekeh geli.

"Gue ganteng kok." Bela Budi tidak mau kalah.

"Kata emak lo kan?"

"Banyak, elo doang yang bilang gue jelek!"

"Karena cuma mata gue yang normal!" Kata Vina tidak mau kalah.

"Udah, udah. Ribut mulu, bosen dengernya!" Teriakku menengahi mereka seperti biasa.

"Mereka selalu seperti ini ya?" Tanya Safira menatap mereka takjub.

"Ya, setiap bareng ya gitu." Jelasku dengan malas.

"Lucu, ya?" Safira kembali terkekeh geli.

"Enggak!" Sahut Vina dan Budi bersamaan.

Kami kembali melangkah mengusuri lorong, jalan beriringan menuju kantin. Vina dan Budi masih sibuk beradu mulut sepanjang perjalanan, sedangkan aku dan Safira memilih untuk diam.

Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang