Setelah Om Pandu pergi, aku kembali ke dapur untuk mencuci piring bekas makan siang kami, dan setelah semuanya rapi, aku bergegas untuk naik, menuju kamarku.
Aku sudah tidak sabar untuk membaringkan tubuhku, aku merasa letih dan lelah. Aku ingin tidur, dan berharap semua akan membaik setelah aku bangun.
Ku lempar asal tasku ke lantai, lalu menghempaskan tubuhku ke ranjang, rasanya sangat nyaman.
Aku kembali memikirkan siapa yang patut di curigai sebagai pengirim surat di lokerku, tapi terlalu banyak tersangka. Tapi jika dilihat dari dia tahu password lokerku, itu mungkin pelakunya hanya orang terdekat, orang yang mungkin pernah melihatku membuka loker. Tapi, paswordnya kan hanya angka satu sampai empat, semua orang bisa membukanya dalam satu kali percobaan.
ARGGHH!!
Aku benci situasi seperti ini!
Terlalu lelah memikirkan ini, akhirnya aku tertidur tanpa menemukan petunjuk apapun.
Sentuhan pada wajahku membuatku bergerak tidak nyaman, merasa terusik. Dan aroma yang menjadi favoritku akhir-akhir ini mulai merasuki indra penciumanku.
Ck! Aku memimpikannya lagi?!
Aku merasakan sentuhan itu lagi di wajahku, menyebalkan. Dengan susah payah aku membuka mataku, menemukannya tengah tersenyum. Aku benar-benar memimpikan Dastan. Lagi.
Aku menghela napas panjang, sangat kesal. Dia sudah menganggu di kehidupan nyataku, dan sekarang juga berniat membuatku tidak tenang saat aku tidur?
"Kenapa kamu selalu muncul di mimpiku?!!" Renggeku kesal lalu memukul wajahnya sekuat tenaga.
Plakk!
"Aw.."
Hmm.. ini terasa sangat nyata. Tamparanku, dan teriakannya.
"Kamu gila ya?!" Teriaknya tidak terima.
Aku langsung membuka mataku, lalu bangun. Menemukan Dastan yang kini juga sedang terduduk diatas ranjang dengan tangan memegangi pipinya.
"Ini bukan mimpi?"
"Apa ini mimpi?" Dia meraih pipiku dan menariknya sedikit keras.
"Aw!" Rasanya sangat nyata, jadi ini bukan mimpi? Aku benar-benar memukulnya?
"Mimpi ya?" Tanya Dastan setengah mengejek. "Jadi, kamu sering mimpiin aku?"
"Enggak!" Tolakku mentah-mentah.
"Jujur aja, nggak usah gengsi."
"Apasih! Eh, gimana kamu bisa masuk rumah?" Tanyaku galak mengalihkan pembicaraan.
"Gausah, ngegas. Kamu yang nggak kunci pintu."
"Emang iya?"
Aku mengulang kembali ingatanku. Seingatku aku sudah menguncinya tadi setelah mengantar Om Pandu. Masa iya aku lupa?
"Dasar teledor. Gimana kalo yang masuk orang jahat? Trus ngapa-ngapain kamu?"
"Ngomongin diri sendiri." Aku memutar mataku kesal. Jelas-jelas, dia yang masuk kerumahku dan langsung grepe-grepe wajahku.
"Habis, kamu lucu kalo lagi tidur, jadi pengen ngapa-ngapain." Kata Dastan terkekeh, mengacak rambutku lembut, lalu kembali berbaring diranjangku.
Aku melihat sekeliling, aku pasti tertidur sangat lama, karena sekarang kamarku sudah gelap, tanda hari sudah malam. Ku lirik jam di samping ranjang. 18:14. Sudah hampir 3 jam aku tertidur.
Aku bergerak akan menyalakan lampu saat tanganku di tahan oleh Dastan, membuatku spontan menoleh kearahnya.
"Sini.." dia menepuk tempat kosong disisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)
Teen Fiction21+++ 🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Hidupku selama 17 tahun berjalan seperti remaja pada umumnya. Sekolah, belajar, dan sesekali berkencan. Hingga hari itu datang, seorang murid pindahan yang mengubah segalanya. Hidupku yang normal porak-poranda, saat dia mengataka...