9

161K 2.5K 107
                                    


"Biar gue siapin dulu airnya." Kata Dastan lalu melangkah menjauh lalu menghilang di pintu kaca di sudut ruangan.

Sepeninggalan Dastan aku juga langsung turun dari ranjang. Tubuhku tersirap saat kakiku menyentuh lantai yang dingin. Otot-otot tubuhku terasa ngilu, dan saat mulai berjalan pangkal pahaku terasa sakit. Bukan sakit yang menyakitkan, tapi hanya terasa sedikit tidak nyaman.

Ya, mengingat milik Dastan yang begitu besar, sangat aneh jika milikku sekarang terasa baik-baik saja.

Aku membungkus tubuhku yang telanjang dengan selimut, mengamati kesekeliling untuk mencari seragamku, tapi nihil. Mataku tidak menemukan seragamku dimana-mana.

Aku kembali duduk di tepian ranjang, menyerah. Bukankah akan terasa aneh juga jika aku mengenakan seragamku lagi, padahal akan mandi sebentar lagi. Itu akan terlihat sangat konyol.

Tidak lama kemudian terdengar pintu kaca itu kembali terbuka, membuatku secara refleks menoleh. Dastan keluar dari sana, berjalan kearahku dengan tangan sibuk melepas tshirt hitam yang dia kenakan, menyisakan celana piyama yang menggantung pas di pingangnya.

Dastan memiliki dada yang bidang, pinggang yang ramping dan otot-otot perut yang terlihat begitu keras.

Aku menelan salivaku kasar. Tubuhnya terlihat sangat menggoda dimataku, membuatku ingin menyentuhnya, sebelum akhirnya suaranya yang indah menyadarkanku.

"Ayo.. airnya udah siap." Dia menarikku bangun dari dudukku. "Ini bakal basah kalo elo bawa ke kamar mandi." Dastan menatapku yang mencengkram selimut yang melilit tubuhku dengan erat.

Aku tidak menjawab, dan hanya pasrah saat dia melepas selimut yang melilit tubuhku lalu melemparnya kembali keranjang. Matanya menatap tubuhku yang sepenuhnya telanjang didapannya, membuatku langsung menundukan kepala karen malu.

Dengan gerakan ringan Dastan mengangkat tubuhku kegendongannya.

"Dastan!" Pekikkh lirih lalu mengalungkan kedua tangaku kelehernya agar tidak jatuh.

Dastan tersenyum, lalu mengecup bibirku singkat, sebelum akhirnya berjalan, membopongku menuju kamar mandi.

Dengan semua perlakuan manis Dastan seperti ini, aku tidak heran jika suatu hari nanti akan mati muda karena diabetes.

"Nggak perlu nundukin kepala karena malu. Elo cantik, nggak seharusnya elo malu." Kata Dastan menatapku. Dan aku memilih untuk kembali menundukan kepalaku, menempel di dadanya yang bidang.

Dastan membuka pintu kaca tu dengan kakinya, membawaku masuk ke kamar mandi. Dan aku menegakan kepalaku untuk melihat isinya. Kamar mandi Dastan sagat luas, luasnya hampir sama dengan luas kamar tidurku, berlebihan.

Isinya seperti kamar mandi biasa, tapi dalam bentuk mewah. Terdapat wastafel, toilet duduk, pancuran dengan dinding kaca disana, dan juga bath up berwarna putih.

Dastan membawaku kesana, melangkah menuju bath up yang sudah diisi air yang di penuhi busa di permukaannya tanpak mengoda.

Aku ingin masuk kesana!

Dan Dastan mengabulkan perminataanku, dengan hati-hati dia mulai menurunkan tubuhku. Pertama-tama kakinya yang menyentuh air disana. Rasanya sangat hangat, hangat yang pas di kulitku, membuatku ingin segera menenggelamkan tubuhku di dalamnya.

Aku sedikit menyernyit saat Dastan sudah sepenuhnya menurunkanku kedalam bath up, pangkal pahaku sedikit nyeri saat terkena air, tapi hanya sebentar, digantikan oleh rasa nyaman dari air dan juga aroma sabun yang begitu menenangkan.

Aku menenggelamkan tubuhku sampai ke leher, rasanya sangat nyaman. Otot-otot tubuhku yang terasa kaku seolah melentur dengan sendirinya. Aku menatap Dastan yang masih berdiri di samping bath up dengan sebuah senyum di bibirnya, tampak geli dengan tingkahku yang kekanakan.

Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang