"Nginep berapa hari?" Tanya ku pada Dastan yang kini tengah duduk di pingiran ranjangku, sedangkan aku tengah berdiri di di depan lemari pakaianku, memilih baju yang akan aku bawa.
"Besok paling udah pulang."
Aku mengangguk-anggukan kepala paham, berarti aku hanya perlu membawa satu baju ganti. Dan kembali membolak-balikan bajuku yang tersusun rapi disana.
"Jauh tempatnya?" Aku menoleh lagi, dan Dastan yang tengah menatap ponsel mendongaka kepalanya untuk menatapku.
"Hmm.. jauh-jauh deket. Nggak tau sih, belom pernah ngukur."
Kenapa dia menjadi sangat menyebalkan akhir-akhir ini?!
"Kira-kira aja lah!" Sahutku kesal.
Dastan terkekeh, lalu bangkit menghampiriku, memelukku dari belakang.
"Nggak masalah jauh atau dekat, yang penting sama kamu."
"Jangan alay! Aku nggak suka!" Ancamku berbalik, mengacungkan jari telunjukku ke wajahnya.
Dastan kembali terkekeh, mengecup bibirku singkat.
"Dan berhenti baca gombalan-gombalan aneh itu dari google!"
"Tapi aku suka.." rajuk Dastan melepaskan pingangku dan kembali menuju ranjang, meraih kembali ponselnya yang tergeletak disana. "Aku mau jadi pacar yang romantis." Tambahnya membuatku memutar mata jengah.
"Dengerin yang ini." Perintahnya lagi yang segera aku tolak mentah-mentah.
"Enggak!"
"Dengerin dih.. Kamu tau nggak bedanya kamu sama..,"
"Enggak!" Potongku cepat-cepat.
"Dengerin.." Dia kembali merajuk. "Dan kamu harus jawab 'enggak'. Entar aku yang lanjutin lagi." Terangnya seolah aku tidak tahu apa-apa. "Nabilla sayang, kamu tau nggk bedanya kamu sama matahari?"
"Enggak, sayang. apa tuh?" Tanyaku dengan nada semanis mungkin.
"Kalo matahari menyinari bumi, kamu, menyinari hatiku.."
Aku hampir muntah sekarang.
"Satu lagi, satu lagi."
"Nggak, Dastan. Ini udah cukup, buat lima tahun kedepan kamu nggak perlu gombal kaya gitu lagi." Tolakku, kali ini dengan halus.
"Jangan lima tahun. Aku suka ngegombal."
"Enggak." Tolakku lagi, menatap Dastan tajam. Dan dia hanya bisa memasang ekpresi sedih di wajahnya.
"Jahat banget sii." Runtuknya lagi lalu meletakan ponselnya ke ranjang.
Dia sekarang tampak mengemaskan, seperti anak kelinci. Tapi aku juga sangat kesal dengan Dastan saat melihat history browsernya akhir-akhir ini yang di penuhi oleh pencarian gombalan terbaru dan hal-hal aneh lainnya. Entah dari mana dia mendapat ilham untuk mencari semua itu.
Setelah selesai berkemas, aku dan Dastan turun ke lantai bawah. Menemukan mama tengah bersantai di ruang tengah.
"Udah mau berangkat?" Tanya Mama meletakan majalah yang dia baca ke meja, menatap kearah kami.
"Iya, Ma, Tante." Jawabku dan Dastan bersamaan.
"Siang banget. Katanya mau berangkat pagi-pagi." Kata Mama lagi. Ya, sekarang memang sudah hampir jam 10. Entah kenapa waktu berjalan cepat hari ini, padahal yang aku lakukan hanya menyiapkan barang yang akan aku bawa.
"Iya, Ma. Tadi siap-siap dulu." Jawabku, dan mama bangkit dari duduknya.
"Mau makan dulu? Biar mama siapin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)
Teen Fiction21+++ 🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Hidupku selama 17 tahun berjalan seperti remaja pada umumnya. Sekolah, belajar, dan sesekali berkencan. Hingga hari itu datang, seorang murid pindahan yang mengubah segalanya. Hidupku yang normal porak-poranda, saat dia mengataka...