2

248K 4.7K 104
                                    

"Lo lagi main game?" Tanyaku penasaran kepada Dastan yang kini tengah fokus mengemudikan mobil disampingku.

Ya, setelah dia memaksaku untuk menjadi pacarnya, dia juga memaksaku pulang bersamanya. Dan aku cukup yakin ini akan menjadi berita heboh besok, mengingat tadi masih banyak murid yang melihat ku saat Dastan mengandengku menuju tempat parkir.

"Apaan?" Dia bertanya balik. Mungkin tidak paham dengan maksud pertanyaanku atau pura-pura tidak tahu.

"Lo lagi main ToD atau game apa gitu?"

"Enggak lah, emang kenapa kok elo mikir gitu?"

"Ya, aneh aja."

"Apanya yang aneh?"

"Elo nya lah, masa gue." Kataku kesal karena dia terus berpura-pura bodoh, padahal aku yakin Dastan tahu yang aku maksud.

"Aneh gimana?"

"Ya aneh lah. Elo murid pindahan dari Aussie, anak dari pemilik sekolah yang tajir tujuh turunan tiba-tiba nembak gue. Elo ada semacam taruhan gitu kan?"

Dastan tertawa renyah, membuatku tambah kesal.

"Apa yang lucu?"

"Elo lah." Dastan mengacak rambutku lembut dengan tangan kirinya. "Ternyata pacar gue yang galak ini juga ngikutin gosip tentang gue."

"Karena gue punya kuping. Dan gue bukan pacar lo!" Aku memutar mataku jengah.

Cittt!

Tubuhku sedikit terdorong kedepan karena Dastan tiba-tiba menghentikan mobilnya.

"Apa-apaan sih lo berhenti mendadak kayak gini? bahaya tau!" Kataku kesal menatap Dastan yang kini juga tengah menatapku tajam. Untung dia sedang mengemudikan mobil di jalanan komplek yang sepi, coba kalau dijalan raya, tentu banyak nyawa orang lain yang akan menjadi korban tindakannya yang semena-mena ini.

"Elo pacar gue!"

"Enggak lucu ya, Dastan!" Bentakku tidak mau kalah.

"Kalo gitu gue bakal paksa elo sampe bilang iya."

"M-mau apa lo?!" Aku menatap Dastan yang kini tengah melepaskan sabuk pengamannya, dan aku bergerak was-was di kursi ku. Aku melihat kesekeliling, tidak ada seorangpun di sekitarku karena aku memang tinggal di perumahan tua yang cukup sepi walaupun di siang hari. Dan saat ku coba membuka pintu mobil, tentu saja sudah dikunci oleh Dastan.

"Iya, iya! Gue mau!" Aku menyerah saat Dastan sudah bergerak mendekat kearahku dengan gelagat yang sangat aneh. Aku yakin ini akan berakhir seperti saat di toilet, bahkan lebih parah.

"Nah gitu dong." Dia tersenyum lalu kembali duduk di tempatnya.

Dia benar-benar tidak waras, entah dosa apa yang pernah aku lakukan hingga Tuhan begitu marah dan menghukumku seperti ini.

*

"Thanks udah anterin gue pulang." Ucapku saat kita sudah sampai di depan rumahku.

Setelah berpikir panjang, aku memutuskan untuk mengikuti permainannya, terserah apa maksud dari Dastan mendekatiku. Tapi aku tahu ini akan berakibat fatal jika aku terus bersikap terlalu keras atau menolak keinginannya. Jadi, untuk saat ini aku memilih mencari aman saja, dan akan memikirkan apa yang harus aku lakukan nanti.

"No prob. Udah jadi kewajiban gue sebagai pacar yang baik buat nganter elo pulang" Jawab Dastan membuatku memutar mataku jengah.

"Ngapain lo turun?" Tanyaku saat melihatnya mengikutiku turun.

"Elo lupa sesuatu."

"Apaan?"

"Mana ciuman selamat tinggal gue?"

Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang