25

92.2K 2K 130
                                    


Kepalaku mendadak sakit, dan perutku terasa mual.  Aku tidak bisa berhenti berpikir tentang kertas ancaman yang aku temukan didalam loker.

Drtt.. Drttt..

Ponsel di dalam saku blazerku bergetar dua kali tanda pesan masuk. Dengan malas aku merogoh saku ku, mengeluarkan ponselku dari sana.

FROM : DASTAN ❤

                            Today

Pagi sayang, bangun  😘😘❤❤ 06.11

           missed voice call 06.13

Belom bangun kamu? malas banget 06.15

Papa otw jemput kamu 06.24

Nabilla? 06.29

           missed video call 06.30

Aku otw ngurus dokumen di sekolah lama aku 06.31

Byee 06.31

Loveyou ❤😘 06.31

Hei, i miss you 09.11

Kalo nggak dibalas, berarti kamu jodohku 09.14

Yey! Kamu jodohku! 09.22

Aku otw bandara 10.04

Finally! See you di rumah 😘😘❤❤ 10.32

Aku menghela napas panjang, menekan tombol kunci pada ponselku, lalu menaruhnya di laci meja tanpa membalas pesan Dastan.

Aku meletakan kepalaku diatas meja, memejamkan mataku, berusaha mengurangi rasa pening yang kini mengusai kepalaku sepenuhnya.

Siapa pelakunya?

Otakku berpikir keras, jika berpikir pelakunya, terlalu sulit untuk menebak. Pasti banyak sekali yang tidak suka aku berhubungan dengan Dastan.

Tapi menerorku seperti ini, bukankah sangat berlebihan? Aku kira adegan seperti ini hanya ada di film-film saja.

Aku memikirkan satu nama di kepalaku, tapi segera ku tepis jauh-jauh. Aku tidak boleh menuduh sembarang orang hanya bermodalkan firasat. Ini bukan sesuatu yang bisa aku tebak, aku perlu bukti untuk semua ini.

"Elo nggak papa?" Aku tersentak kaget dan langsung membuka mataku, menemukan Safira tengah berdiri di samping bangkuku. "Eh, sorry. Elo kaget ya?"

"Engg.. enggak papa kok." Aku mengelengkan kepalaku cepat, menghirup udara banyak-banyak, berusaha meredakan detak jantungku yang berdegup tak beraturan.

Orang yang sedang aku pikirkan tiba-tiba muncul dihadapanku, membuat perasaanku sangat tidak nyaman. Rasanya seperti tertangkap basah melakukan sesuatu yang ilegal.

"Elo nggak papa?" Ulang Safira menatapku dengan wajah khawatir, aku kembali mengelengkan kepala, mencoba tersenyum untuk menyakinkan Safira bahwa aku baik-baik saja sekarang.

"Ada apa?" Timbrung Vina yang entah muncul dari mana.

"Ini Nabilla.." terang Safira menunjuk kearahku.

"Kenapa lo? Keracunan?" Vina yang kini sudah duduk disampingku kembali bertanya.

"Ngaco deh.." aku melotot kesal menatap Vina.

"Ya habis elo, selesai makan bukannya seger malah lemes gini." Kekeh Vina membuatku semakin kesal.

"Beneran enggak papa?" Tanya Safira lagi.

"Enggak papa, kok. Kekenyangan aja, jadi pengen rebahan." Jelasku menyakinkan.

"Syukur deh kalo nggak papa." Safira tersenyum, menepuk pundakku, lalu melangkah menuju bangkunya.

Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang