"Halo, Vin. Ada apa?" Tanyaku saat mengangkat panggilan telepon dari Vina. Aku mengampit ponselku diantara pipi dan bahuku, sedangkan tanganku bergerak mengencangkan handuk yang melilit tubuhku, lalu berjalan menuju lemari pakaian.
"Lo dimana?" Jawab Vina balik bertanya.
"Dirumah." Jawabku sambil membuka lemari untuk memilih baju yang akan aku kenakan.
"Ngapain?"
"Habis mandi."
"Nggak lagi sama Dastan?"
"Enggak! Kenapa sih? Lo mau telpon apa introgasi gue?"
"Iii, jangan ngambek dong. Kan gue cuma nanyaa."
"Kebanyakan nanya." Jawabku kesal, menutup lemari setelah selesai memilih baju, berjalan menuju ranjang, duduk di sana.
"Iyaa, maaf deh."
"Nggak dimaafin. Kenapa? Ada apa? To the point aja."
"Iiii galak banget! Gue mau kerumah elo nih.."
"Kerumah ya tinggal dateng aja, biasanya juga langsung nyelonong masuk." Cibirku disambut oleh tawa Vina dari sebrang sana.
"Ya siapa tau elo lagi diluar, lagi sama Dastan, atau lagi ngapain. Elo kan sibuk banget akhir-akhir ini." Jawab Vina tidak mau disalahkan.
Aku memutar mataku jengah, walaupun aku tahu Vina tidak akan melihatnya.
"Yaudah gue kerumah elo ya." Kata Vina lagi.
"Oke."
"Tunggu tapi, nunggu Budi jemput."
"Kok Budi?" Tanyaku keheranan.
"Iya, gue kerumah lo sama Budi. Tadi dia nanyain. Kangen elo mungkin." Terang Vina membuatku menghela napas panjang.
Kalau boleh jujur aku sebenarnya cukup malas untuk bertemu Budi sekarang.
"Enggak papa kan, Na?" Tanya Vina saat aku hanya terdiam tidak menjawab perkataannya.
"Iya nggak papa lah." Jawabku kemudian.
"Yaudah. See you entar ya. Daa.."
"Oke, daa.."
Aku memutuskan panggilan telepon Vina, kembali menghela napas panjang, melempar ponsel ditanganku ke atas ranjang, dan mulai memakai baju yang sudah aku siapkan tadi.
Aku merasa waktu berjalan sangat lambat hari ini. Sepulang dari bandara aku tertidur cukup lama, bangun, dan langsung mandi. Aku merasakan sudah menjalani hari yang cukup panjang, tapi jam di samping ranjangku baru menunjuk ke angka 18:34.
Masih ada sisa tiga jam lebih waktu penerbangan Dastan untuk sampai di Aussie. Dan aku sudah merasa merindukan dia sekarang.
Apa dia juga merasakan hal yang sama denganku?
Ck! Apa yang aku pikirkan?
Aku menepis jauh-jauh pikiran lebay yang memenuhi isi kepalaku, berjalan menuju cermin, dan memulai rutinitas perawatan ringan untuk kulitku yang selalu aku lakukan sesudah mandi.
Setelah selesai dengan semuanya aku memutuskan untuk keluar kamar dan turun ke bawah, menunggu kedatangan Vina disana.
Tidak lama kemudian terdengar suara motor sport yang aku kenali sebagai milik Budi dari luar rumahku. Segera aku beranjak dari sofa dan, berjalan menuju pintu depan untuk menyambut kedatangan mereka.
"Aaa.. Nabillaa!" Teriak Vina heboh saat aku muncul di pintu depan, berhambur memeluk tubuhku erat hingga hampir limbung kebelakang.
"Apa sih, Vin. Lebay banget." Kataku lalu melepaskan diri dari Vina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)
Teen Fiction21+++ 🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Hidupku selama 17 tahun berjalan seperti remaja pada umumnya. Sekolah, belajar, dan sesekali berkencan. Hingga hari itu datang, seorang murid pindahan yang mengubah segalanya. Hidupku yang normal porak-poranda, saat dia mengataka...