Aku yang masih berbaring di sofa kembali terkikik geli saat menatap Dastan yang kini tengah memakai kembali celana merah jambu bergambar kucing itu.
"Aku suka, kainnya lembut. Cuma kurang ruang aja di bagian ini." Dia menunjuk kearah bagian depan celana yang sudah dia kenakan itu. "Bryan jadi susah napas." Terangnya sukses membuat tawaku meledak.
"Suka banget nyiksa Bryan kamu, ya?" Kata Dastan yang kini tengah memakai celana trainingnya, membuatku kembali tertawa. Dia meraih pakaianku yang berserakan dilantai lalu melempar ke arahku.
"Cepet pake baju. Kamu nggak tau gimana bahayanya kalo Bryan bangun lagi gara-gara nggak tahan liat kamu telanjang gini." Kata Dastan lalu melangkah menuju area dapur.
Dengan malas aku menegakan tubuhku, aku merasa telah kehilangan separuh tenagaku, membuat tubuhku terasa lemas. Segera ku pakai kembali baju dan celanaku dengan cepat lalu bangkit dari sofa untuk mencari Dastan.
Ku temukan dia tengah duduk di meja makan, dengan satu potong sandwich ditangannya yang sudah tinggal separuh.
"Enak?" Tanyaku lalu ikut duduk di kursi sampingnya. Dia mengangguk, kembali mengigit sandwich ditangannya, membuatku tersenyum.
Ku raih satu potong sandwich dari piring, lalu mengigitnya.
Hmm..
Tidak terlalu mengecewakan untuk ukuran gadis yang tidak pernah memasak.
Aku bangkit dari dudukku, lalu melangkah ke area dapur.
"Mau minun apa?" Tanyaku membuat Dastah menoleh, lalu menjawab.
"Apa aja boleh." Kata dia pasrah.
Aku mengamati isi kulkasku, lalu memutuskan untuk mengambil satu botol besar jus jeruk dari sana. Ku raih dua gelas kosong dari laci dengan tangan kiriku, lalu kembali ke meja makan.
"Thanks." Dastan tersenyum saat aku menuangkan jus jeruk itu ke gelasnya. Aku melakukan hal yang sama dengan gelasku, lalu kembali duduk.
"Siang ini ikut aku pulang ya?" Kata Dastan membuatku yang tengah fokus dengan sandwich ditanganku menoleh kearahnya.
"Ngapain?" Tanyaku bingung.
"Enggak ngapain, cuma mau sama kamu aja. Tapi aku harus beresin barang dulu dirumah."
Aku melirik ke jam yang mengantung di dinding, sekarang sudah jam satu lebih, dan Dastan akan pergi pada penerbangan jam 3, yang berarti dia sudah harus ada di bandara paling tidak jam 2. Jadi untuk apa dia mengajakku ke rumahnya?
"Ikut aja, nanti aku anter pulang sekalian aku ke bandara."
"Bukannya ribet ya kalo aku ikut?"
"Enggak, aku mau. Ikut ya?" Pinta Dastan lagi
Aku menghela napas lalu mengangguk, toh jika menolak dia akan tetap memaksaku untuk ikut.
*
Ini sudah kedua kalinya aku menginjakan kaki di rumahnya, tapi tetap saja aku tidak bisa mengontrol ekspresiku agar tidak terkagum-kagum saat melewati setiap jengkal tanah rumah Dastan.
Dasar norak!
Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Dastan menuntunku seperti biasa, membawaku memasuki rumahnya yang megah itu.
Vena sudah berdiri di tengah ruangan begitu kami masuk,menyambut kami dengan kata-kata formal yang sama dengan yang pernah aku dengar saat pertama kali datang. Membuatku berpikir, apa dia terus melakukan itu saat Dastan pulang? Ck! Berlebihan!
"Terjadi sesuatu, Tuan?" Mata Vena sedikit menyipit saat menatap Dastan, mungkin dia merasakan hal tidak biasa dari cara berpakaiannya. Ya, Dastan pulang masih mengenakan bajuku, aku juga tidak menyangka jika dia akan melakukan itu. Dia bilang bajuku sangat nyaman dipakai, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk melarangnya. Dia selalu melakukan hal dia inginkan, ingat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)
Teen Fiction21+++ 🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Hidupku selama 17 tahun berjalan seperti remaja pada umumnya. Sekolah, belajar, dan sesekali berkencan. Hingga hari itu datang, seorang murid pindahan yang mengubah segalanya. Hidupku yang normal porak-poranda, saat dia mengataka...