13

138K 2.1K 30
                                    

"Hati hati, Ma."

"Hati-hati, Tante."

Pesanku dan Dastan bersamaan kepada mama yang akan berangkat belanja. Aku mengantarnya keluar sekalian mengunci pintu, dan entah apa tujuan Dastan ikut turun untuk mengantar mama, padahal aku sudah melarangnya keluar kamar, tapi tentu saja dia keras kepala dan mengikutiku turun bawah.

"Iya, sayang. Hati-hati dirumah."

"Iya, ma."

"Daa.."

"Daa.." kami membalas lambaikannya, dan setelah mama masuk ke mobil aku dan Dastan juga langsung masuk ke dalam rumah.

"Akhirnya.."

Kata Dastan saat aku selesai mengunci pintu.

"Apaan?" Aku menatapnya curiga.

"Akhirnya elo dirumah sendirian."

"Akk.. Dastann!" Pekikku kaget saat Dastan mengangkat tububku dan mengendongku seperti karung di pundaknya. Aku meronta, memukuli pungungnya dengan tanganku meminta untuk diturunkan.

"Jangan gerak-gerak, nanti jatuh kita." Kata Dastan memperingatkan. Dengan pandangan mataku yang kini terbalik, aku bisa melihat Dastan tengah membawaku menaiki tangga.

Dastan membuka pintu kamarku, lalu berjalan menuju ranjangku. Menurunkan tubuhku dengan cara dilempar hingga terpental keatas kasur.

"Dastan sialan!" Umpatku merasa sedikit pusing karena guncangan tadi.

Dastan terkekeh menatapku yang terlentang diatas kasur, lalu menyusulku naik.

Aku menendang, memukul tubuhnya yang mulai merayap naik diatasku dengan kesal. Namun kedua tanganku segera di kunci kesamping kepalaku sedangkan tubuh bawahku ditekan dengan tubuhnya yang menghimpitku.

"Jangan banyak gerak, nanti sakit pingang." Goda Dastan membuatku semakin kesal.

Dastan mengecup bibirku ringan, seringan kapas lalu berhenti. Aku mengerang di bawahnya, bibirnya yang hanya berjarak beberapa senti diatasku tampak begitu menggoda.

Aku ingin menciumnya!

Namun sepertinya Dastan tidak sedang berbaik hati padaku sekarang. Yang dia lakukan sekarang hanyalah sengaja meniup bibirku dengan napasnya yang panas, mengodaku, membuatku tersiksa dibawahnya.

"Dastann.." erangku saat dia mengulanginya lagi.

"Iya, sayang. Kenapa?" Tanya Dastan dengan nada mengodaku, tersenyum di sudut bibirnya, aku membenci senyum sialan itu!

Aku berinisiatif untuk menciumnya, tapi  dengan sengaja dia menjauhkan wajahnya hingga aku tidak bisa menjangkaunya. Membuatku malu setengah mati.

Dastan terkekeh geli, membuatku hampir menangis. "Mau apa, sayang? Hmm? bilang dulu."

"Mau cium.." jawabku begitu saja. Toh aku sudah terlanjur malu.

Sedetik setelah kata itu keluar dari mulutku, Dastan sudah melumat bibirku dengan panas, mencium bibirku seolah tidak ada lagi hari esok.

Tangannya melepas tanganku dan bergerak menyusup ke dalam tshirt putih yang aku kenakan dan merayapi bagian dalam bajuku dengan jemarinya yang lembut.

Seolah sudah menahannya dalam waktu lama, Dastan menyentuhku tanpa cela dan menciumku seolah ingin memakanku hidup-hidup.

Dan malam ini menjadi malam panasku yang lain bersama Dastan.

*

Aku membuka mataku, mengerjapkan beberapa kali sembari mengumpulkan kesadaranku. Tubuhku masih berada di dalam pelukan Dastan, aku mendongakan kepalaku untuk menatapnya, mataku menemukan Dastan masih tertidur pulas, matanya terpejam, wajahnya tampak begitu tenang saat tertidur seperti ini.

Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang