"Mas Pandu?"
"Linda?" Ucap mama dan Om pandu bersamaan.
"Kalian saling kenal?" Tanya Dastan cukup terkejut, begitu pula aku.
"Dulu." Jawab Mama singkat. Dan Om Pandu hanya terdiam.
"Yuk, Dastan, Om, mari masuk." Kataku mempersilahkan.
"Kamu ajak Dastan masuk dulu, Sayang. Mama mau ngomong sama papanya Dastan."
"Oke.." aku menurut, lalu mengajak Dastan masuk kedalam, meninggalkan mereka di luar.
"Kok bisa ya mama kenal papa kamu?" Tanyaku heran menatap Dastan saat kami sudah duduk di sofa ruang tengah.
"Aku juga nggak tau." Jawab Dastan tersenyum. "Gimana keadaan kamu?" Lanjutnya lagi, menatapku.
"Im okay."
Dastan meraih tanganku, lalu mengusapnya lembut.
Tidak lama kemudian mama dan Om Pandu masuk kedalam rumah, membuat kami langsung berdiri dari sofa.
Kami berlajalan beriringan menuju ruang makan, tanpa suara. Lalu duduk mengelilingi meja makan dengan cangung. Suasana disekitar kami mendadak suram. Dan aku merasakan ada yang tidak beres dengan mereka berdua.
Apa hubungan mama dengan Om Pandu sebenarnya? Teman? Kenalan? Kenapa sepertinya suasana hati mama langsung memburuk saat tahu papa Dastan adalah Om Pandu? Apa Om Pandu pernah membooking mama?
Otakku dipenuhi oleh berbagai pertanyaan tanpa jawaban. Aku ingin bertanya tentang perkenalan mereka, tapi merasa tidak enak. Bagaimana jika hubungan yang mereka miliki adalah sebagai penyedia jasa dan pelangan? Tentu mama akan sangat bingung menjelaskannya.
Pertemuan keluarga ini tidak seperti yang aku harapkan, semuanya berubah menjadi cangung. Kami bahkan sama sekali tidak mengobrol, hanya berbicara seperlunya, itupun harus aku atau Dastan yang memulai.
"Tentang kehamilan Nabilla.." Dastan kembali membuka suara, tapi mama langsung memotongnya.
"Kita sudah membicarakannya tadi siang, Dastan. Tante nggak mau bahas itu dulu malam ini." Kata mama membuatku bingung. Bukankah ini adalah tujuan Dastan dan Om pandu datang? Untuk membahas tentang kehamilanku.
"Yaudah, tante." Jawab Dastan mengerti.
Kita menyelesaikan makan malam dalam suasana, dan hening hanya ada suara sendok garpu yang kadang beradu dengan piring. Sedangkan kami berempat saling berdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Makasih makan malamnya, Lin. Enak." Kata Om Pandu setelah kita selesai makan malam.
"Seneng kalo kamu suka, tentu rasanya nggak sebanding dengan makan malam mewah yang biasa kamu makan, Mas." Jawab mama sarkas.
"Maa.." kataku merasa tidak enak dengan Om Pandu.
"Nggak papa, Nabilla." Om Pandu tersenyum menatapku lembut.
Kami mengobrol ringan sebentar, hanya bertiga, karena mama lebih milih berdiam diri tanpa mengatakan apapun.
Tidak lama kemudian, Om Pandu pamit untuk pulang. Dan aku bersama Dastan mengantarnya ke depan rumah.
"Jangan capek-capek, istirahat yang cukup ya." Om Pandu memegang kedua bahuku. Dan aku mengangguk sebagai jawaban. Dia menatapku lekat, lalu menghela napas panjang. "Sini.." dia menarik tubuhku mendekat lalu memelukku dengan erat.
"Om?" Aku memanggilnya karena dia tidak melepaskan pelukanku dalam waktu yan cukup lama.
"Eh, iya, iya. Maaf, om kebablasan." Dia terkekeh, lalu melepaskan pelukannya. "Kalau begitu, om pulang dulu, ya." Ucapnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)
Подростковая литература21+++ 🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Hidupku selama 17 tahun berjalan seperti remaja pada umumnya. Sekolah, belajar, dan sesekali berkencan. Hingga hari itu datang, seorang murid pindahan yang mengubah segalanya. Hidupku yang normal porak-poranda, saat dia mengataka...