31

83.4K 2.5K 195
                                    

Vote dulu gaes, itung-itung nyenengin aku 😘😘😘

Sudah tiga bulan berlalu sejak kejadian teror misterius itu terjadi padaku. Dan selama tiga bulan terakhir, aku menjalani hidupku dengan tenang dan damai.

Ya, sekarang Dastan tidak pernah meninggalkanku sendirian. Jika mama pergi bekerja, dia akan selalu datang untuk menemaniku dirumah, atau menjemputku dan membawaku ke rumahnya. Berlebihan. Tidak heran jika pelaku teror itu memilih untuk berhenti mengangguku daripada harus berurusan dengan Dastan.

Dastan dan yang lainnya sudah melakukan berbagai cara untuk menemukan pelakunya, namun hasilnya tetap saja nihil. Nomor yang digunakan untuk menghubungi Budi juga sudah tidak aktif, dan saat Dastan menghubunggi perusahaan seluler untuk meminta informasi tentang pemilik nomor, pihak perusahaan menolak, dengan alasan privasi.

Mereka bilang bukti yang kita tunjukkan tidak cukup untuk meminta informasi tersebut. Ya, memang jika di cermati, isi percakapan tersebut memang tidak cukup kuat untuk dijadikan bukti. Jadi aku tidak heran jika perusahaan seluler tersebut tidak percaya. Terlebih akhir-akhir ini banyak sekali remaja yang bertingkah aneh hanya untuk bersenang-senang dan mencari popularitas.

Dan sekarang, kami semua sudah naik ke kelas tiga. Dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini aku melewati libur kenaikan kelas bersama Dastan. Menyenangkan. Membuatku berhenti memikirkan teror itu lagi, bahkan aku sudah hampir melupakannya. Tidak, tidak, aku sudah memutuskan untuk melupakannya.

Tiga minggu liburan kenaikan kelasku hanya tersisa hitungan hari saja. Hari ini Dastan datang kerumah seperti hari-hari sebelumnya, dan mama pergi bekerja. Terkadang Vina juga datang bersama Budi, atau Dastan bersama yang lainnya. Membuatku benar-benar tidak pernah sendirian.

"Nonton apa?" Suara Dastan mengalihkanku dari layar laptop dipangkuanku. Dia berjalan gontai mendekat, lalu menyusulku yang kini sedang duduk bersender di kepala ranjang, menonton film favoritku, apalagi jika bukan Twilight.

Aku tidak menjawab, membiarkan Dastan melihatnya sendiri.

"Vampir itu lagi?" Tanya Dastan tidak percaya begitu sudah duduk disampingku. "Seminggu ini Kamu udah nonton film itu sembilan kali, Na." Dastan menghela napas panjang.

"Biarin, aku suka." Aku menoleh, mencebikan bibirku kearahnya. Aku mengangkat laptopku, dan menaruhnya di pangkuan Dastan, sementara aku bergerak ke dadanya, bersandar disana.

"Lebih suka mana? Aku atau Edward?" Tanya Dastan yang kini memeluk pinggangku posesif.

Aku hampir tersedak salivaku sendiri. Bagaimana bisa dia bertanya seperti itu? Aku benar-benar tidak percaya.

Jelas Edward Cullen, lah!!

"Sulit buat pilih. Edward itu cinta pertama aku, sedangkan kamu, cintaku sekarang. Jadi... aku bakal bagi rata cintaku buat kalian."

"Eleh." Sahut Dastan singkat membuatku terkekeh. Dia tengah memainkan rambutku yang tergerai dengan jemarinya, mengulung-gulung di telunjuknya.

Aku kembali menatap layar laptopku yang kini menampilkan scene Edward dan Bella saat berada di padang lavender. Scene favoritku! Aku sangat suka melihat cara Edward menatap Bella, seolah tidak ada hal lain di dunia ini yang dia inginkan kecuali Bella.

Arrghhh! Sosweet!!!!

"Kaya gitu doang." Cibir Dastan menarik rambutku yang berada di tangannya sedikit keras. Entah kenapa, dia sangat tidak suka dengan Edward. Ckckck. Dasar aneh.

Aku tidak mengubrisnya dan memilih untuk tetap menikmati pemandangan indah dilayar laptop. Aku bisa mendengar napas Dastan yang terus berhembus keras. Membuatku menoleh sebentar untuk melihat wajahnya lalu kembali menghadap kedepan.

Crazy Bad Boy And Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang