Empat Puluh Tujuh

26.3K 1.5K 47
                                    

Jangan Lupa VOTE, KOMEN dan SHARE 😉
.
.
.
💜 HAPPY READING 💜


Kini, Arka dan Ersya sudah ada disebuah cafe yang tak jauh dari sekolah mereka. Mereka duduk di kursi yang letaknya sedikit di pojok. Itu sengaja Ersya yang pilih karena dia tidak mau obrolannya dengan Arka didengar oleh orang lain.

"Mau ngomong apa?" tanya Arka to the point.

"Pesen dulu Ar" kata Ersya. Hmm seperti sedang mengulur waktu saja.

Arka menurut kemudian memesan, Arka tidak memesan makanan. Dia hanya memesan minuman dan begitu juga dengan Ersya.

Setelah memesan, kedua sama-sama diam. Hingga beberapa menit kemudian pesanan mereka datang.

"Em, Ar" panggil Ersya.

"Hm" sahut Arka yang saat ini sedang asik memainkan jus nya.

"Gue minta maaf" Ersya menunduk, tidak berani menatap Arka.

"Buat apa?" tanya Arka.

"Karena gue, lo putus sama Nara" jawab Ersya.

Arka mengangguk-anggukan kepalanya.

"Bukan salah lo, mungkin emang udah takdir" kata Arka.

"Engga Ar, ini tetep salah gue. Gue salah udah suka sama sahabat gue sendiri. Gue salah naruh rasa sama lo, harusnya gue sadar dari dulu lo selalu anggap gue adik gak lebih" jelas Ersya.

Air matanya turun begitu saja, dia sungguh-sungguh merasa bersalah. Jika saja dia tidak jatuh cinta kepada Arka mungkin hubungannya dengan Arka masih tetap baik-baik saja meskipun Arka sudah memiliki Nara sebagai kekasih.

"Lo gak salah suka sama gue, lo juga gak salah naruh rasa sama gue karena rasa itu kita gak tau akan jatoh ke siapa. Buat lo yang suka sama gue pun, gue gak bisa larang kan?" tanya Arka.

"Dari dulu, lo udah gue anggep adik Sya. Dan akan lebih dari itu, lo punya tempat tersendiri dihati gue" lanjutnya.

Ersya mengangguk, kemudian dengan perlahan dia menghapus air matanya dan menganggat wajahnya agar bisa menatap Arka yang kini juga tengah menatapnya.

"Sekali lagi gue minta maaf" kata Ersya.

Arka mengangguk, "Yang gue denger saat tadi di kantin, apa bener lo mau pindah?" tanya Ersya.

"Iya" jawab Arka.

"Kenapa harus pindah?" tanya Ersya.

Tuh kan, selalu saja pertanyaan yang sama, 'kenapa harus pindah?'. Kalian sudah tau kan apa yang akan Arka jawab.

"Ya karena gue mau" tuh, bener kan Arka juga ngejawab nya selalu itu.

"Lo bakal lama disana?" tanya Ersya.

"Tergantung, lama atau singkat nya gue lulus kuliah" jawab Arka.

"Gue doain lo sukses" kata Ersya.

"Thanks" hanya Itu yang Arka ucapkan. Setelahnya tidak ada lagi percakapan diatara mereka.

"Ayo pulang" ajak Arka.

"Ayo" kata Ersya.

Mereka bangkit, kemudian sebelum pergi meninggalkan cafe tersebut Arka lebih dulu membayar pesanan mereka.

Kini keduanya sudah berada didalam mobil yang Arka kemudikan dengan tujuan mengantarkan Ersya pulang.

"Nanti lo di Inggris jangan sampe lupa sama gue" kata Ersya.

"Gak akan, lo kan adik gue. Masa gue lupa sama adik gue sendiri" jawab Arka.

Ersya tersenyum mendengar jawaban Arka. Sungguh begini lebih baik, meskipun Arka hanya menganggap nya sebagai adik Ersya bahagia. Kenapa tidak dari dulu saja dia ikhlas kan Arka dengan Nara? Ah memang benar, penyesalan selalu datang terlambat.

Sedangkan dilain tempat, kini dua orang berbeda jenis kelamin sedang duduk disebuah bangku taman yang cukup ramai oleh anak kecil.

Karena saat pulang sekolah tadi, Reval kembali mengajak Nara untuk pergi, seperti nya Reval sedang berusaha untuk mendekati Nara kembali.

"Lo udah bisa lupain Arka?" tanya Reval tiba-tiba.

Nara mengalihkan pandangannya kearah Reval, "Gak segampang itu lupain orang yang kita sayang kan?" tanya Nara balik dan Reval mengangguk.

"Jadi lo belum bisa lupain dia?" tanya Reval lagi.

"Tanpa gue jawab harusnya lo udah tau jawabannya" kata Nara sambil memandang lurus kedepan.

Kedua nya kembali diam, fokus dengan pikiran masing-masing.

"Sebentar lagi liburan, lo ada rencana liburan kemana?" tanya Reval.

Reval hobbi sekali bertanya ternyata. Jangan heran, itu mungkin bentuk pendekatan yang Reval lakukan. Bagus juga sebenarnya, Reval lebih banyak bertanya ketimbang Arka yang lebih banyak diam.

Tapi ntah kenapa, Nara merasa risih dan tidak nyaman selalu ditanyai, berasa sedang diinterogasi mungkin.

"Gak kemana-mana" jawab Nara seadanya.

"Gimana kalo kita muncak" usul Reval.

"Hm, gimana nanti deh" jawab Nara.

"Kabarin gue kalo lo mau" kata Reval dan Nara mengangguk.

"Mending kita pulang" ajak Nara.

"Buru-buru banget Ra" kata Reval.

"Gue capek Val, mau istirahat" kata Nara.

"Oke" pasrah Reval.

Mereka berdua bangkit dan berjalan beriringan menuju tempat mobil Reval diparkirkan.

.
.
.
.

TBC

Hm, ada yang rindu kebersamaan Arka sama Nara ngga?

18 Mei 2020
Revisi : 7 Juni 2020

Rani Shintia

ARKANARA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang