Enam Puluh Dua

25.8K 1.5K 15
                                    

Jangan lupa Vote, Komen dan Share😊
.
.
.
Happy Reading

Didepan sebuah ruangan bertuliskan IGD seorang cowok tengah mondar-mandir tidak jelas. Dia cemas, dua orang yang dia sayang dua-duanya tengah berada didalam. Bahkan orang tua dan para sahabatnya menatap jengah kearah si cowok. Sudah mirip setrikaan saja dia ini.

"Ar, diem napa. Pusing kita liatnya" tegur Gara.

Iya, dia Arka. Orang yang sedari tadi mondar-mandir karena rasa cemasnya.

"Tau lo, mending duduk tenangin diri lo. Gue yakin Maura dan Nara akan baik-baik aja" suruh Reno.

Arka menurut kemudian duduk disamping Papa nya yang tengah memeluk mama nya yang sedang tertidur karena kelelahan terlalu lama menangis.

"Lo udah hubungin orang tua Nara?" tanya Eza.

Arka menggeleng pelan, "Vi, tolong kasih tau ya" pinta Arka.

Via mengangguk, lalu meraih ponselnya yang berada didalam tas selempang nya. Dan mulai menghubungi orang tua Nara dengan sedikit menjauh dari yang lain.

"Tadi Maura pingsan apa gimana?" tanya Arka.

Karena dia tidak tahu bagaimana keadaan adiknya, dia terlalu cemas melihat kondisi Nara.

"Pingsan dia, kayaknya cuma syok doang" jawab Papa nya.

"Maaf pa, tadi abang terlalu panik sama Nara sampe gak inget Maura" sesal Arka.

"Gak apa-apa, papa ngerti kok" kata Delvin.

Via sudah kembali bergabung bersama mereka.

"Gimana?" tanya Ronal.

"Udah, mereka mau kesini" jawab Via.
"Mereka pasti syok ya?" pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Roni.

Jelas lah orang tua mana yang tidak syok dan khawatir saat diberi kabar anaknya masuk rumah sakit. Semua orang pun tau jawabannya pasti iya kan?

"Iya lah, ngaco aja kalo ngga syok dan khawatir" kesal Via.

"Kalian mending pulang dulu, ini udah mau malem" suruh Arka kepada teman-temannya.

"Gue sama Ronal mau urus masalah Ferry lagi, mau nunjukin rekaman suara adiknya. Biar dia nyesel senyesel-nyeselnya" kata Gara menggebu-gebu.

"Ya udah, aku sama Reval pamit duluan ya Ar. Nanti balik lagi ngajak mama, papa sama Bima" kata Ersya.

"Iya Sya. Makasih Val udah bantuin" kata Arka.

Reval dan Ersya mengangguk, kemudian pamit kepada Delvin tapi tidak kepada Risha karena tertidur.

Setelah Ersya dan Reval yang pulang, disusul oleh Via dan Eza, lalu Roni dan Reno.

"Kita balik dulu, ntar malem. Kesini lagi" pamit Reno.

Arka mengangguk, "Thanks" katanya dan dibalas anggukan pula oleh Roni dan Reno.

"Om pamit ya" kata Roni.

"Kalian hati-hati" kata Delvin.

Reno dan Roni mengangguk kemudian pulang. Dan yang terakhir adalah Gara dan Ronal.

"Kita juga bakal kesini lagi, mau ngurus ini dulu" kata Gara.

"Tapi nanti setelah mandi dan ganti baju pastinya" sambung Ronal.

"Iya makasih udah bantuin gue" kata Arka.

"Sans kaya sama siapa aja lo" kata Gara.

"Om pamit juga ya" kata Ronal.

"Hati-hati" kata Delvin.

Gara dan Ronal sudah pergi dan kini hanya ada Arka dan kedua orang tuanya.

"Kamu pulang dulu aja bang. Mandi, bersih-bersih, ganti baju. Penampilan kamu udah kusut kaya sampah" sadis amat dah ni papa Delvin.

Arka mendengus, "Nanti nunggu Maura dan Nara selesai di periksa" kata Arka.

"Bentar lagi udah kok, kamu balik ambil baju ganti buat Maura. Setelah itu baru papa dan Mama yang pulang" suruh Delvin lagi.

Arka pasrah, kemudian bangkit dan pamit untuk pulang terlebih dahulu.

"Ya udah, abang pulang dulu ya pa" pamit Arka.

"Iya, bawa mobil papa aja, jangan bawa motor ini udah mau malem" kata Delvin sambil menyodorkan kunci mobilnya.

Arka menerimanya lalu pergi.

Bertepatan dengan Arka yang pergi, dokter keluar dari ruangan Maura dan Nara.

Dan tepat saat itu juga datang orang tua Nara dengan raut khawatirnya. Apalagi mamanya Nara sudah nangis sedari tadi. Mereka pun sempat berpapasan dengan Arka di koridor rumah sakit.

"Dok gimana keadaan anak kami?" tanya Delvin mewakilkan. Dan Risha pun kini sudah terbangun dari tidurnya.

"Pasien atas nama Maura sudah sadar dan sekarang mencari orang taunya, dan tidak ada luka serius karena dia hanya syok. Sedangkan pasien atas Nama Nara masih belum siuman. Kemungkinan besar dia akan mengalami trauma, jadi tolong jangan terlalu diingatkan tentang sesuatu yang bisa memicu si pasien ketakutan atau kemungkinan terbesarnya di pasien akan depresi" jelas si dokter panjang lebar.

"Kita boleh menjenguknya?" kali ini Mama Nara.

"Boleh, tapi setelah dipindahkan keruang rawat inap" jawab si dokter.

"Baiklah, saya permisi" si dokter pun langsung pergi.

"Ini kenapa bisa kaya gini?" tanya papa Nara.

"Saya akan jelaskan. Itu pun saya garia besarkan saja sesuai apa yang Arka ceritakan kepada saya" kata Delvin.

Orang tua Nara mengangguk, kemudian mereka duduk dikursi yang tadi Delvin dan Risha duduki. Lalu Delvin mulai menceritakan kronologisnya.

.
.
.

TBC

Maaf kalo ada typo

Baca ceritaku yang lain yuk,
- The Perfect Couple
- KENZIO

DIJAMIN SERU, JANGAN LUPA BANTU VOMENT NYA YA :)

SEE YOU

16 Juli 2020

Rani Shintia

ARKANARA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang