Empat Puluh Sembilan

27.2K 1.8K 76
                                    

Jangan lupa VOTE, KOMEN dan SHARE 😉
.
.
.
.
💜 HAPPY READING 💜

"Apa?!" teriak Risha kaget.

Bayangkan bagaimana tidak kaget disaat anak kalian pulang membawa seorang gadis dan meminta restu untuk menikah dengan usia yang sangat muda? Tentu syok bukan? Begitu juga dengan Delvin, Arka pulang kerumah membawa Nara dan kini mereka sedang meminta restu kepada Delvin dan Risha.

Karena memang, sesuai perkataan Arka, kini mereka sedang meminta restu kepada kedua orang tua Arka terlebih dahulu. Baru nanti kepada kedua orang tua Nara.

"Kamu serius bang?" tanya Delvin.

"Serius pa" jawab Arka mantap.

"Bang, kalian masih sekolah. Kenapa ngga saat lulus kuliah aja?" tanya Risha.

"Abang mau nya sekarang Ma" jawab Arka.

"Apa kedua orang tua Nara sudah tau?" tanya Delvin.

"Belum lah, orang kita minta restu kesini dulu" jawab Arka.

Sedangkan Nara sedari tadi hanya diam, dia tidak berani berbicara.

"Kalo emang kalian udah bener-bener siap, papa restuin" kata Delvin.

"Mama gimana?" tanya Arka.

"Bang, dengerin mama. Kamu masih sekolah, mau dikasih makan apa nanti istri kamu?" tanya Risha.

"Kan ada resto papa yang udah di kasih ke abang, yang papa suruh kelola itu" jawab Arka.

"Huft, mama gak habis pikir sama kamu. Sengebet itu kamu mau nikah sama Nara?" tanya Risha lagi.

"Iya mama, bukannya kalo niat baik gak boleh ditunda? Daripada pacaran kelamaan ntar cuma nambahin dosa gimana?" tanya Arka.

Oke, berhubung Arka sedang meminta Restu, jadilah dia rela berbicara panjang lebar, mengeluarkan banyak suara demi sebuah restu tak apa, asal hasilnya tidak sia-sia dan mengecewakan.

"Ya udah mama restuin" kata Risha.

"Yes!" kata Arka terlampau bahagia.

Nara hanya tersenyum, restu dari kedua orang tua Arka sudah mereka kantongi. Kini tinggal menuju rumah Nara.

"Jadi kapan kita bisa datang kerumah kamu, Nara?" tanya Delvin.

"Eum, gatau om" jawab Nara seadanya karena memang dia tidak tahu.

"Gini ya Pa, kita sekarang baru mau minta restu keorang tua Nara. Kalo udah direstuin, malam ini kita kerumah Nara" jelas Arka.

Risha dan Delvin hanya mengangguk-anggukan kepala mereka.

"Ya udah, kita pamit deh" kata Arka.

Mereka berdua menyalami tangan Delvin dan Risha. Kemudian mereka pergi, melanjutkan misi mencari restu:v

"Assalamualaikum" pamit Arka dan Nara.

"Waalaikumsalam" jawab Delvin dan Risha.

Dan sekarang, Arka dan Nara sedang berada didalam perjalanan menuju rumah Nara. Nara gugup tentu saja, Nara juga takut jika nanti orang tuanya tidak merestui.

"Lo kenapa?" tanya Arka.

"Eh, gak papa" jawab Nara.

"Jangan bohong" kata Arka.

Nara menunduk, "Aku takut mama sama papa gak ngasih restu" ungkapnya.

"Kalo gak dikasih restu ya udah, mau gimana lagi? Kita nikah setelah kita lulus kuliah" kata Arka.

Nara hanya bisa mengangguk, intinya dia harus positif thinking, tidak ada sejarahnya jika niat baik ditolak bukan? Tapi, tetap saja Nara ragu. Meski ini niat baik tapi, aishh ntahlah Nara pusing.

"Ayo turun udah sampe" ajak Arka.

Nara pun turun dan begitu juga dengan Arka. Mereka berjalan beriringan memasuki gerbang rumah Nara.

"Assalamualaikum" kata Nara sambil masuk kedalam.

"Waalaikumsalam" jawab Mama dan Papa nya.

"Ma, Pa dimana?" teriak Nara yang setelahnya mendapat sentilan dibibirnya, siapa lagi pelakunya jika bukan Arka.

"Sakit ih" kesal Nara.

"Jangan teriak-teriak, kaya tarzanwati aja" ketus Arka.

Nara hanya memutar kedua bola matanya malas. Nara jadi berfikir, kenapa dia mau menerima ajakan seorang Arka untuk menikah, menikah dengan lelaki dingin dan ketus? Oh seperti mimpi buruk.

"Diruang keluarga Ra" jawab Mama nya.

"Ayo" ajak Nara sambil menarik lengan Arka menuju ruang keluarga.

"Ma, Pa" panggil Nara.

"Eh, ada calon mantu. Ayo sini duduk" ajak Mama Nara.

Arka dan Nara pun duduk bersisian, "Pa, Ma ada yang mau Nara sama Kak Arka bicarain" kata Nara.

"Tentang apa? Kayaknya serius?" tanya Papa Nara.

"Iya Pa, ini emang serius" jawab Nara.
"Ya udah ngomong aja" suruh Mama Nara.

"Jadi gini om, tante. Saya kesini mau minta restu" kata Arka to the point.

"Mama udah restuin kok" jawab Mama Nara cepat.

"Ma bukan cuma restu pacaran. Tapi, kita minta restu mau nikah" kata Nara.

"Apa?!" teriak Papa Nara.

Oke, kali ini papa yang teriak. Berbeda dengan orang tua Arka yang berteriak adalah mama.

"Mama gak papa" kata Mama Nara setuju.

"Kalian serius?" tanya Papa Nara.

"Serius Om"

"Serius Pa"

Arka dan Nara menjawab bersamaan.

"Papa gak ngizinin, kamu masih terlalu muda Nara. Pernikahan itu bukan lagi hubungan main-main" tegas Papa Nara.

Nah kan ketakutan Nara terbukti juga saat sekarang sang papa tidak mengizinkan.

"Untuk restu papa restuin kalian. Sebatas pacaran tak apa, tapi untuk menikah papa tidak izinkan. Tunggu kalian lulus kuliah dulu" kata Papa Nara lagi.

"Maaf om sebelumnya, tapi niat kita baik. Dari pada pacaran takut kebablasan gimana? Lebih baik menikah kan?" tanya Arka.

Aish anak ini memang tidak punya sopan santun atau gimana? Apa Arka begini karena sangat ingin menikah dengan Nara? Sudah-sudah hanya Arka dan Tuhan yang tahu.

"Bener tu Pa, daripada mereka kelamaan pacaran nambah dosa ntar" Mama Nara ikut mengompori, dan itu membuat Arka semakin bersemangat karena merasa mendapat dukungan.

"Kamu yakin bisa membahagiakan anak saya?" tanya Papa Nara lagi.

"Yakin banget Om" jawab Arka.

"Baiklah, nanti malam bawa orang tua kamu datang kemari" putus Papa Nara.

"Baik Om" jawab Arka dengan semangat.

Nara dan Arka sama-sama tersenyum. Bahagianya mereka sudah mendapat restu yang lengkap dan lebih bahagia lagi Arka karena akan segera menikah:v.

.
.
.
.
.
TBC

Jadi nikah nih 😂

19 Mei 2020
Revisi : 7 Juni 2020

Rani Shintia

ARKANARA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang