Enam Puluh Satu

25.5K 1.5K 27
                                    

Jangan lupa Vote, Komen dan Share😊
.
.
.
Happy Reading

Kini, disebuah ruangan dengan keadaan gelap gulita dan penuh debu. Dua orang gadis tengah menangis, meronta dan berusaha berteriak, tapi sayang mulut mereka dilakban, jadi yang bisa mereka lalukan adalah menangis.

Dia Nara dan Maura. Mereka baru saja sadar dari pingsan mereka. Mereka berdua tidak tahu mereka ada dimana, yang jelas tempat ini begitu menyeramkan bagi mereka.

Kenapa Nara bisa ada ditempat ini? Jawabannya karena saat disekolah, ketika dia keluar dari toilet, tiba-tiba seorang membekapnya, keadaan toilet saat itu sangat sepi. Nara kehilangan kesadaran nya dan saat dia bangun dia sudah ada ditempat ini.

Sedangkan Maura, dia pun sama saat sedang jam istirahat dia izin keluar untuk memfotocopy sesuatu yang disuruh oleh gurunya. Dia pergi sendiri, tidak ditemani oleh siapapun. Jarak dari sekolah ke tempat fotocopy cukup jauh. Saat ditengah jalan tidak sengaja dia terserempet oleh sebuah sepeda motor. Maura terjatuh, dan ditolong oleh si pengendara tersebut, tapi saat akan berdiri, tengkuk lehernya ada yang memukul membuat Maura kehilangan kesadaran. Dan saat terbangun dia ada ditempat ini, dengan Nara yang ada disampingnya. Kondisi mereka tak jauh beda karena sama-sama terikat disebuah kursi dengan mulut yang dilakban.

Seseorang datang menghampiri mereka, Nara kaget karena melihat pakaian yang dikenakan orang tersebut. Dia menggunakan seragam yang sama dengan Nara. Banyak pertanyaan yang bermunculan di pikirannya.

Siapa dia? Kenapa dia memakai seragam yang sama seperti dirinya? Apakah orang ini juga bersekolah disekolah yang sama dengannya? Tapi kenapa Nara baru melihatnya sekarang?

Cowok itu berjalan mendekat kearah Nara dan Maura, membuat Nara dan Maura takut. Tanpa aba-aba orang itu melepas lakban yang menutup mulut Nara dan Maura membuat Nara dan Maura meringis sakit.

"Jangan nangis dong, belum diapa-apain masa udah nangis" kata cowok tersebut, dia Ferry.

"Lo siapa? Lepain kita!" pinta Nara.

"Gak semudah itu" jawab Ferry santai.

Tiba-tiba ponsel Ferry berbunyi, Ferry pun sedikit menjauh dari Nara dan Maura.

"Hiks Kak Nara, Aku takut" suara Maura bergetar hebat menandakan bahwa dia benar-benar takut.

"Maura tenang ya, Kakak juga takut" kata Nara.

Maura terus menangis, begitu juga dengan Nara.

"Tolong... Tolong...." teriak Maura.

"Hiks, tolong. Siapapun tolong lepasin kita hiks" kali ini Nara.

Bodoh memang, berteriak ditempat sepi dan gelap seperti ini. Karena sudah jelas tidak akan ada orang.

Ferry sudah kembali, "Bago! Ngapain kalian teriak, udah jelas gak akan ada orang yang denger!" bentak Ferry.

Ferry mendekatkan wajahnya kearah Maura, lalu mencengkram dagu Maura dengan sangat kencang dan itu membuat Maura meringis dan tangisannya semakin menjadi.

"Lo, harus rasain apa yang adik gue rasain" kata Ferry.

Maura menggelengkan berharap agar cengkeraman Ferry terlepas. Tapi tetap saja tidak, karena sudah dikatakan bukan? Cengkeraman nya sangat kencang.

ARKANARA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang