BR| (22)

1.5K 162 46
                                    

©Chocholatepink_ (Story)
©Masashi Kishimoto (Chara)

Jangan lupa
VOTE, COMMENTS, FOLLOW
Wajib!!!!

Warning! Typo bertebaran dimana-mana!

~ Happy Reading ~

Naruto menatap kearah Hinata yang tengah duduk dikelilingi banyak pria. Mereka tengah bercengkrama namun terhenti kala Hinata melihat sosok Naruto di depannya.

"Mau apa kau kesini?!!"

"Mengajakmu pulang, ayo pulang!"

"Tidak mau! Lagian siapa sih yang kasih tahu aku ada disini!!"

"Aku Hime" ujar Konan.

"Konan-nee? Kenapa?!"

"Kalau ada masalah jangan kabur, udah gede juga masih suka begini!" Konan mencubit lembut kedua pipi Hinata.

"Biayin!"

"Ayo pulang Hime! Kau sudah pergi dari pagi! Kau membuatku khawatir!"

"Khawatirkan saja wanita ular itu! Intinya aku tidak mau pulang!!" Teriaknya mutlak.

Naruto menghela nafas berat. Konan memberi isyarat untuk teman-temannya pergi dan memberikan ruang pada Naruto dan Hinata.

Setelah di ruang tengah itu hanya mereka berdua, Naruto duduk di depan Hinata. Hinata yang duduk di sofa dan Naruto dilantai.

Perlahan Naruto menarik lembut tangan kanan wanita itu. Ia meremasnya dengan lembut.

"Maafkan aku, aku sudah keterlaluan menampar pipimu, kalau kamu mau kamu boleh membalasnya"

Hinata hanya diam tidak memandang kearah Naruto sama sekali.

"Nat, jangan cuekin aku dong"

Hinata keukeuh dengan bungkamnya.

Naruto mengecup lembut punggung tangan itu beberapa kali penuh sayang. Namun dimata Hinata semua itu hanya untuk membujuk saja.

"Maafka aku, kamu pukul aku sepuasnya tapi setelah itu kamu pulang oke? Aku khawatir sama kamu, atau kamu ingin pergi jalan-jalan? Makan sesuatu? Aku akan penuhi kemauan kamu"

"Sudah aku katakan aku tidak mau pulang, apa kau tuli?!"

"Ini bukan tempat yang baik buatmu! Banyak laki-laki disini!"

"Ya setidaknya mereka bukan selingkuhanku"

Jleb!

Naruto tertohok dengan perkataan tajam nan menusuk di hatinya.

Naruto mengelus perut besar Hinata. Ia elus dengan begitu lembut.

"Dedek, bujuk Mamahmu ini biar mau pulang Papah akan penuhi kemauan kamu asal Mamahmu mau pulang" ujar Naruto seakan pasrah.

Hinata masih dalam mode tidak peduli.

"Hime, kalau kamu tidak mau pulang kita pulang ke hotel gimana? Atau pulang ke PMI!"

Hinata menatap bingung.

"PMI itu Pondok Mertua Indah, kita pulang ke rumahmu bagaimana?"

Hinata terdiam sejenak. Ia berfikir tidak rugi juga kalau pulang ke rumah. Ia juga kangen dengan kamar miliknya sendiri.

"Oke, kita pulang ke rumah Ayah, tapi sebelum itu aku mau kau mengajakku keliling kota kuliner malam sampai pagi!"

"Oke tidak masalah, kita pergi sekarang oke?"

"Oke, tapi bukan berarti aku sudah memaafkanmu! Aku belum memaafkanmu sama sekali! Aku hanya mau diajak pulang saja"

"Iya sayang, yang penting kamu pulang denganku, itu membuatku lega"

Naruto dan Hinata pamit pulang. Lebih tepatnya mereka akan pergi keliling kota. Naruto memaksa Hinata memakai jaketnya karena ia mengenakan pakaian yang bisa membuatnya kedinginan.

Perjalanan diawali dengan makan malan di restaurant yakiniku. Hinata makan hampir lima porsi. Ia sangat suka makan daging.

Naruto menatap Hinata dengan menahan rasa mual. Ia bahkan tidak bisa menghabiskan satu porsi sama sekali.

"Kenapa tidak dihabiskan?"

"Ah a-aku sudah kenyang Hime"

"Ya sudah biar aku yang habiskan" ucap Hinata mengambil makanan milik Naruto.

Setelah ke Yakiniku, mereka melanjutkan perjalanan menuju pasar malam. Disana Hinata begitu bersemangat. Bukan permainan yang membuat wanita itu senang tetapi makanan.

"Naruto-kun, aku mau itu!"

Hinata menunjuk kearah penjual aromanis. Naruto pun memenuhi permintaannya.

"Aku mau itu!"

"Naruto-kun! Beli itu!"

"Itu kayanya enak deh!"

"Mau itu Naruto-kun!"

Naruto memenuhi semua permintaan Hinata. Sampai jam menunjukkan pukul 11 malam.

"Hime, kita pulang yuk! Sudah malam, udara dingin tidak baik untukmu dan anak kita"

"No! Nata masih mau jalan-jalan!"

"Jalan-jalan kemana lagi? Aku penuhi tapi setelah itu pulang oke? Kamu harus istirahat, kamu tidak lelah? Atau ngantuk gitu?"

"Bawel! Aku mau lihat pemandangan fajar di atas perbukitan"

Naruto menepuk dahinya sendiri. Jika menolak Hinata pasti akan marah atau bahkan tidak akan mau kembali lagi.

"Oke, tapi sebelum itu kita cari penginapan buat tidur baru nanti kita lihat pemandangan fajar diatas bukit"

"Aku maunya sekarang!"

"Hime, aku bukan Tuhan yang mengatur siang dan malam"

"Aku maunya sekarang keatas bukit! Dan tunggu fajar disana!"

"Tapi ini ka-"

"Nolak? Oke fine!"

"Eh enggak, iya kita kesana langsung"

Naruto mau tidak mau menerima permintaan Hinata. Perjalanan menuju perbukitan cukup jauh, memakan waktu kurang lebih 2 jam.

Sesampai di sana Hinata memilih untuk duduk di atas rerumputan. Di depan mereka pembatas jurang. Naruto mengangkat tubuh Hinata agar duduk diatas pangkuannya.

Jaket digunakan sebagai selimut. Naruto sendiri bersandar dibatang pohon. Udara sangat dingin. Naruto berusaha agar Hinata tidak kedinginan. Ia memeluknya cukup erat. Hinata sendiri merasa nyaman, bahkan ia bersandar di dada bidang suaminya itu.

Bersandar hingga tertidur begitu pulas. Naruto sendiri sesekali mengusap lengan atau perut Hinata.

'Tidur yang nyenyak Hime'

Malam itu langit tak berbintang, Naruto sendiri kesulitan tidur. Pikirannya melayang-layang jauh kedalam apa yang ia lakukan.

'Sepertinya aku yang akan kalah Hime,'

Rasa cinta yang tidak ia sadari kini baru disadarinya. Mencintai muridnya sendiri, wanita yang telah ia kacaukan hidupnya.

Naruto mengusap lembut pipinya. Sesekali kecupan ia berikan di pucuk kepala Hinata.

'Aku bisa gila lama-lama'

Naruto lebih mengeratkan pelukannya kala merasa Hinata kedinginan. Sesekali pipi merah Hinata di usap lembut. Rasa bersalah teramat besar bersarang dihatinya.

"Maafkan aku yah Hinata-chan" bisik Naruto tepat di telinga Hinata.

'Aku mencintaimu'

TBC

HOLLAAA!!! Chocho update... seneng gak nih bisa baca cerita yang update setiap hari? Seneng dong hahaha

Udahlah gak usah basa basi, Chocho ngantuk...

See u next time...

28/05/2020

BLACK ROSE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang