"Zahra, bangun nak! Sudah subuh! Ini tante tia sudah datang." Fatimah menggedor gedor pintu Zahra karena kesal dengan Zahra yang tak kunjung membuka pintu kamarnya.
Namun lama tak kunjung ada jawaban dari putrinya yang membuat Zahra jengah. Dihembuskan nafasnya dengan kasar, icha keponakannya, mengusap usap punggung tantenya, mengisyaratkan agar tetap bersabar.
"Bunda khawatir Cha, kalau Zahra berumah tangga belum bisa ngurus suami. Ngurus dirinya sendiri aja belum bisa." Keluh Fatimah
"Sabar tan, doakan yang terbaik. InsyaAllah Doa dari ibu yang tulus cepat melangit." Coba merangkul pundak Fatimah dengan lembut. Fatimah mengurut kening yang terasa berdenyut.
Kriet
Suara decky pintu kamar Zahra yang dibuka membuat Fatimah melebarkan kedua bola matanya. Terlebih saat melihat Zahra yang masih lusuh dengan rambut yang acak acakan. Mulut nya menguap lebar sambil menggeliatkan badan dengan malas. Fatimah menarik nafa lagi, menahan emosinya melihat anak gadisnya itu bernapas malasan di hari yang sangat sakral.
"Zahra sudah sholat subuh? Fatimah langsung menyodori zahra pertanyaan saat melihat putrinya menguap kembali dan mengucek ngucek mata.
Zahra menggeleng malas, tubuh rampingnya segera pergi menuju kamar mandi tanpa perasaan bersalah. Ekor mata Fatimah tak henti memandangi Zahra yang melewatinya dengan wajah datar.
"Salah bunda yang dulu terlalu memanjakannya, Cha. Karena dia anak perempuan satu satunya." Lagi lagi Fatimah mengeluh, Udah hanya melempar senyum getir pada tantenya. Udah juga hapal betul watak Zahra yang keras dan manja.
"Bunnn.." suara Zahra yang melengking keras dari dalam kamar mandi.
"Apa sih calon manten?" Fatimah melirik Coba yang langsung membekap mulutnya karena menahan tawa.
"Tolong ambil in handuk dong bun, Zahra lupa bawa handuk" rengek Zahra.
"Duh, mau nikah mbok ya belajar mandiri" Fatimah bergegas menuju tempat dimana Zahra biasa meletakkan handuk.
"Ini.calon manten" Fatimah mengetuk pintu ka.ar mandi, ada tangan yang menjulur keluar milik Zahra yang menyambar handuk dari tangan Fatimah dan langsung dengan cepat pintu kamar mandi.
Icha hanya bisa menggeleng gelengkan kepala menyaksikan hal itu. Fatimah me mangkat kedua bahunya sambil membuang nafas perlahan.
****
Diruang rias"Duh, kok Doni belum nongol nongol sih! Wattshapp juga nggak dibalas, telpon juga gak diangkat. Sebel! Awas aja kalau udah dateng. Aku mau jambakin rambutnya." Zahra memutar mutar ponselnya.
"Tenang dulu Zahra, jangan ngomel ngomel. Tante dandani dulu sampai selesai, ya" tante Tia dengan sabar memoles wajah Zahra yang sedari tadi tampak gelisah.
"Habis Doni nggak bales bales tan, Zahra kan jadi khawatir. Ayu juga nih, katanya mau bantuin jadi penerima tamu. Tapi jam segini belum kasih kabar. Harus segera cari pe.changi nih biar acaranya nggak kacau!" Zahra mengomel lagi.
"Iya nanti kalau nggak dateng, biar Icha yang gantiin. Pokoknya Zahra tenang, sampai selesai Tante dandani." Wanita paruh baya itu kini beralih pada bibir Zahra dan bibir merekahnya dengan lipstik warna merah. Zahra semakin terlihat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Dan Cinta [Revisi]
Teen Fiction"Mengertilah, bahwa saat seseorang menerimamu, dia juga sedang belajar menerima segala kelemahanmu. Harusnya kamu juga belajar hal yang sama. Bukan kembali membahas hal hal yang sering mendatangkan luka. Atau hal hal yang membuat aku merasa kamu tid...