Ilham bingung harus mencari istrinya kemana lagi. Semalaman Zahra tidak pulang ke rumah, ilham merasa khawatir bagaimana kondisi Zahra sekarang, apalagi saat ini Zahra tengah mengandung janinnya.
Ilham memutuskan untuk beristirahat dimasjid sambil melaksanakan sholat dzuhur. Sudah setengah hati dia keliling keliling untuk mencari keberadaan istrinya, tapi tak kunjung dia temukan. Hp Zahra pun mati.
Seusai shalat, Ilham menyandarkan tubuhnya ke salah satu tiang besar yang ada di masjid itu. Dia memejamkan matanya sambil memikirkan cara untuk menemukan Zahra. Satu nama terlintas dipikaranya. Revan. Iya, Revan adalah teman kampus Zahra. Siapa tau dia mengetahui keberadaan Zahra.
Ilham segera mengetikan satu nama di latar ponselnya dan meng klik tombol telpon.
"Zahra ada di rumah Irma kak," suara Revan di seberang sana. Revan tau dimana Zahra sekarang, karena tadi dia nggak sengaja ketemu Irma di super market yang tengah membawa banyak makanan. Ternyata Zahra ada dirumahnya.
"Kamu share lok ya dimana lokasinya. Sekarang, makasih ya van" belum sempat Revan menjawab sambungan telfon sudah lebih dulu diputus oleh ilham.
Dengan langkah cepat Ilham memutar motornya dan menuju ke rumah Irma.
Skip
Sesampainya di rumah Ilham. Ilham langsung menginterogasi istrinya itu."Suka ya buat saya khawatir?" Tanya Ilham yang masih tetap berdiri dihadapan Zahra yang sudah duduk diatas sofa.
"Kok bisa tau kalau Zahra ada di rumah Irma?"
"Nggak penting." Jawab ilham ketus.
"Ya abisnya, waktu itu Ilham marah marah ke Zahra, padahal Zahra udah mencoba untuk menjelaskan faktanya. Tapi tetap aja nggak percaya. Dari pada nanti Zahra terus terusan di bentakin sama Ilham kaya kemarin, mending kabur aja dari rumah." Terang Zahra.
Ilham beralih duduk disamping Zahra. Kini ia sadar , nggak seharusnya dia menyalahkan istrinya terus menerus.
"Ra, maafin saya ya. Saya nggak bermaksud buat bentak bentak kamu. Waktu itu saya hanya cemburu melihat kamu bersama lelaki lain. Cobalah untuk mengerti"
Zahra mengenggam tangan Ilham.
"Maafin Zahra juga ya, kemarin pergi gak bilang dulu sama Ilham."
Ilham menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
"Tentang wanita itu?" Zahra mencoba bertanya tentang Aisyah.
"Kamu tenang aja. Aku nggak bakalan nikah sama dia. Kemarin pas aku kesana, kondisinya Aisyah sudah membaik. Dan tadi aku baru dapat kabar, kalau 2 hari lagi Aisyah boleh pulang."
"Alhamdulillah."
****
Sebuah keluarga akan terasa lengkap dengan kehadiran sang buah hati. Sama seperti ilham dan Zahra. Ilham sudah lama menginginkan kehadiran Ilham junior dirumahnya.
Waktu menunjukkan pukul 23.45, tengah malam seperti ini tiba tiba Zahra terbangun dari tidurnya.
"Ilham,,," Zahra mengguncang ngguncang tubuh ilham yang tengah tertidur.
"Ilham bangunnnnn...." Zahra menipuk Ilham dengan bantal.
"Ish, kebo banget sih" kesal zahra.
"Apa sih?" Ilham akhirnya bangun dari tidurnya. Kini ia sudah berganti posisi dengan duduk , meski matanya masih terpejam.
"Pingin gado gado.." ujar Zahra dengan nada kayak anak kecil.
"Duhh,, sekarang kan tengah malem. Tidur dulu, besok baru aku beliin."
Akhir akhir ini zahra memang sering ngidam yang aneh aneh, nggak tau waktu pula ngidamnya. Kemarin jam 03.00 dini hari, sekarang tepat tengah malem.
"Nggk mau! Maunya sekarang" Zahra melipat kedua tangannya diatas dada.
"Besok saja ya, sekarang mana ada yang buka. Besok aku beliin yang banyak, yang paling enak di kota ini." Lipur Ilham.
"Nggak! Pokoknya sekarang!" Rengek Zahra.
"Kalau kamu nggak mau beliin sekarang. Aku nggak mau makan lagi, aku nggak mau minum susu, vitamin. Dan semuanya." Ancam Zahra.
"E-ee-iya-iya. Aku beliin sekarang." Jawab Ilham pasrah.
Masih dengan menggunakan baju tidurnya, Ilham segera keluar rumah. Ia sudah mengambil kunci motornya.
"Cari dimana ini.." monolog ilham saat ia sudah keluar dari pekarangan rumah.
Matanya menatap ke kanan dan kiri jalan. Berharap ada warung makan yang masih buka.
Sudah hampir 30 menit ilham keliling keliling namun belum juga menemukan dimana warung gado gado yang masih buka.
Sampai akhirnya ia melihat ada sebuah warung kecil yang masih buka. Di sana terlihat ada dua pelanggan yang tengah makan.
Ilham memberhentikan motornya di dekat warung itu. Ia turun dari motornya, lalu bergegas masuk kedalam warung.
"Bu, gado gado masih?" Tanya Ilham ke ibu ibu pemilik warung
"Masih mas, monggo duduk dulu. Mau berapa?" Tanya ibu itu ramah.
"Satu bungkus aja bu, jangan terlalu pedas."
"Siap. Bentar ya mas" jawab ibu ibu penjaga warung.
Tak butuh waktu lama ilham menunggu jadinya gado gado yang ia pesan.
"Berapa bu?" Tanya Ilham sambil mengambil gado gado itu dari tangan si Ibu.
"15 ribu aja mas."
Ilham mengambil dua lembar uang dari dompetnya. Lalu menyerahkannya kepada ibu itu.
Akhirnya, dapet juga gado gadonya. Ilham segera bergegas pulang kerumah.
Sekitar 15 menit perjalanan ilham untuk sampai dirumah.
Sesampainya di rumah.
"Zahra... ini gado gadonya udah aku beliin" Ilham berjalan menuju kamar.
Ia membuka pintu kamar.
"Ini" Ilham menenteng kresek yang ia bawa.
"Nggak mau!" Ujar Zahra.
"Loh. Tadi katanya minta gado gado, ini udah aku beliin."
"Ilham belinya lama. Zahra udah nggak pingin lagi sekarang."
"Lah, terus gado gadonya ini gimana?"
"Ilham aja yang makan. Zahra ngantuk mau tidur" tanpa memikirkan perasaan Ilham, Zahra kembali ke posisi semula.
Ilham menghela nafas panjang. Sabar.....sabar.... Ilham mengelus dadanya. Sungguh kelakuan Zahra semenjak hamil justru malah sangat menguji kesabarannya.
Ilham pergi kearah dapur. Ia memasukkan gado gado ke dalam kulkas. Tak mungkin juga jika ia harus memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Dan Cinta [Revisi]
Teen Fiction"Mengertilah, bahwa saat seseorang menerimamu, dia juga sedang belajar menerima segala kelemahanmu. Harusnya kamu juga belajar hal yang sama. Bukan kembali membahas hal hal yang sering mendatangkan luka. Atau hal hal yang membuat aku merasa kamu tid...