30. Pertengkaran

154 9 0
                                    

Sebuah janji pernikahan bukanlah janji yang main main. Saat kamu berani mengucap dengan lantang "saya terima nikah dan kawinnya" maka saat itu pula kamu harus siap menerima semua kekurangannya. Menerima seburuk apapun masa lalunya dulu.

Pernikahan ibadah terlama. Saat nanti turun hujan maka kamu sudah harus siap sedia dengan payung, saat badai yang menerjang, kamu harus kuat dengan ombak besarnya. Memang seperti itu, bersatu untuk bertahan. Tidak cinta namanya jika tidak saling percaya.


"Udah nggak usah sok sok.an peduli!" Ilham menepis tangan Zahra yang berusaha untuk mengobati luka memar dipinggir bibirnya.

"Aku bisa jelasin semuanya Ham,"

"Mau jelasin apa lagi? Memang benar kan? Aku ini hanya pengantin pengganti yang tidak pernah kamu harapkan kehadiran nya"

Tangis Zahra pecah seketika. Ia tidak menyangka semuanya akan seperti ini. Padahal tujuan awal Zahra mau menerima ajakan Doni adalah karna Zahra ingin meyakinkan kalau Zahra bukanlah jodoh terbaiknya. Dan Zahra ingin Doni kembali kepada Ayu. Tapi apa yang terjadi sekarang? Suaminya malah marah besar kepadanya. Memang benar, Zahra pergi tidak izin dulu, tapi Ilham juga melakukan hal yang sama. Ilham diam diam pergi ke rumah sakit untuk menemui perempuan itu.

"Kamu memang nggak akan pernah bisa menerima saya. Sekarang terserah mau mu apa!"

"Ham, kamu bahkan tidak memberi aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya" zahra terisak dalam tangisnya.

"Kamu juga pergi ke rumah sakit kan? Kamu pergi menemui dia. Kamu bahkan nggak pernah jujur sama aku tentang perempuan itu"

"Tau dari mana kamu soal perempuan itu?"

"Maaf Ham, aku lancang. Aku kemarin nggak beneran tidur. Aku nguping semua pembicaraanmu. Dan kini kamu marah saat aku pergi bersama Doni. Lalu apa kamu pikir aku nggak cemburu ketika kamu lebih memilih perempuan itu dibanding aku, istrimu."

"Sebenarnya aku ingin kasih kamu kabar gembira. Kalau sebentar lagi kita bakal jadi seorang ibu dan bapak." Zahra memegang perutnya yang masih rata itu.

"Aku hamil Ham. Sebentar lagi kita bakal punya Ilham junior. Kita bakal punya buah hati, bukankah ini yang kamu tunggu sejak dulu?"

Ilham masih yak bergeming. Ia berdiri di samping jendela. Menatap ke arah luar.

Zahra mendekat ke arah ilham. Ia memeluk Ilham dari belakang.

"Ham, ku mohon. Maafkan aku. Aku punya alasan sendiri kenapa tadi aku mau dijak pergi sama leon."

Ilham melepaskan tangan Zahra yang melingkar di perutnya. Kali ini emosinya benar genset tidak bisa di kendalikan.

"Terus kenapa kamu nggak kasih tau aku dulu? Apa susahnya tinggal telfon bentar doang?"

Belum sempat Zahra menjawab, Ilham sudah lebih dulu berbicara.

"Dari dulu kamu memang benar benar nggak bisa buat mencintai aku. Aku nya saja yang terlalu percaya diri bisa dicintai oleh kamu. Yang ada dikepala kamu cuma Doni, Doni, dan Doni. Nggak ada sedikitpun ruang buat aku!"

Zahra menatap mata Ilham lekat lekat.

"Mengertilah, bahwa saat seseorang menerimamu, dia juga sedang belajar menerima segala kelemahanmu. Harusnya kamu juga belajar hal yang sama. Bukan kembali membahas hal hal yang sering mendatangkan luka. Atau hal hal yang membuat aku merasa kamu tidak benar benar bersedia menerima segalanya. -

Menerimamu menjadi bagian dari perjalanan ini adalah bentuk aku belajar memahamimu tentang hidup yang memiliki masa depan. Bukan yang membuat aku merasa kamu seperti tidak memberi arah. Bukan yang membuat aku merasa kamu hanya ingin mengungkit hak hak yang pernah membuatku jatuh bersalah. -

Cobalah benar benar menerimaku, seseorang yang masih berusaha pulih dari luka itu. Seseorang yang menyembuhkan hati dari bekas luka masa lalu. Jangan ikut menghakimi ku juga. Jangan membuatku merasa kamu sama saja dengan dia. Cukup terima dan belajar memahami, bahwa aku juga sedang belajar memahamimu. Seseorang yang pernah terluka begitu dalam, tidak akan bisa sekejap pulih dengan diam. Semua butuh proses dan waktu. Semua harus lebih baik dari hari hari di masa lalu. Aku menyakinkan hati kembali. Memilihmu hari ini bukan untuk mengusik lagi bekas luka dihati. Berhentilah menjadi orang yang terasa asing, padahal katamu kamu sayang."

Zahra memilih untuk pergi dari rumah. Dia mencoba menenangkan hati dan perasaannya. Pasalnya ini tidak sepenuhnya salah Zahra, toh tadi Ilham juga pergi menemui Aisyah diam diam. Jika kemarin Zahra tidak menguping pembicaraan mereka bertiga, mungkin sampai hari ini pun Zahra tidak akan tau tentang sosok Aisyah yang menginginkan suaminya untuk menikahinya.

Ilham hanya duduk lemas di pinggir ranjang. Seakan semua tenaganya telah terkuras sampai habis tanpa tersisa sedikitpun. Pikirannya saat ini tengah kacau. Ilham hanya menganggap Zahra harta terbaiknya. Harta yang tidak ingin dia biarkan dimiliki oleh orang lain.

Hubungan yang baik bukanlah hubungan yang tanpa masalah. Bukan tanpa pertengkaran atau tanpa keegoisan. Disadari atau tidak, semua manusia itu egois. Namun hubungan yang baik sesungguhnya hanyalah hubungan yang masih bisa saling mengimbangi, saling belajar terus menerus jika suatu ketika terjadi pertengkaran kecil, disaat yang lain akan ada hak yang mencairkan suasana dan dia selalu berusaha mencari penyelesaiannya bersama. Bukan dia saja yang ingin masalah usai, atau bukan kamu saja yang berusaha melerai, tetapi semua benar benar diperjuangkan bersama.

Pahit dan manis dalam menjalin asmara adalah hal yang biasa namun jika menikmati pahit dan manisnya sendiri saja, hal yang dijalani berdua tetapi rasanya sendirian artinya semua itu bukan lagi hubungan asmara berdua namanya.

Jatuh Dan Cinta [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang