33. Malikat Kecil

173 11 0
                                    

Sudah dua rumah sakit yang mereka lalui. Tapi tak ada satupun yang cocok bagi Ilham. Semua dokter yang membantu proses persalinan Zahra ialah laki laki. Sedangkan Ilham tidak mau jika Zahra harus ditangani oleh dokter laki laki.

Di sisi lain, zahra sudah tidak kuat menahan rasa sakit nya itu. Ia sungguh bingung dengan jalan pikir suaminya. Di posisi seperti ini, suaminya masih tega menyiksanya dengan memilih rumah sakit dengan bidan perempuan.

"Duhhh .... Haaamm ini sakit banget Ham!" Zahra meremas remas baju Ilham sekuat tenaga. Terkadang, Ilham juga ikut mengaduh kesakitan, saat pinggangnya di remas kuat bersama baju yang dia pakai oleh Zahra. Ilham masih mengenakan baju koko dan sarung. Ia belum sempat ganti baju, karena istrinya sudah lebih dulu mau melahirkan. Dia pun mengetahui insiden melahirkan ini dari salah seorang tetangga yang menghampirinya ke masjid.

"Sabar ya Ra, tahan dikit lagi. Ini bentar lagi nyampe ke rumah sakit" Ilham berusaha  menenangkan istrinya itu.

"Sabar sabar! Ini anaknya udah nggak sabar pingin keluar. Sakit tau!" Jawab Zahra yang semakin kuat meremas baju Ilham.

"Pak, tolong agak cepet dikit ya." ilIlham ngasih intruksi kepada sopir.

5 menit kemudian, akhirnya mereka sampai di rumah sakit.

"Suster suster, tolong istri saya sus" teriak Ilham kepada suster yang tak sengaja melintas didepannya.

Sang suster bergegas mengambil kursi roda yang letaknya tak jauh dari tempanya, Ilham segera mendudukkan Zahra di kursi roda.

Mereka semua berjalan dengan terburu buru. Akhirnya Ilham menemukan dokter yang cocok untuk Zahra.

Zahra sudah berada di ruang persalinan. Kini perjuangan seorang ibu barulah ia rasakan. Zahra semakin sadar akan kesalahannya yang sudah membohongi bundanya. Kalau dia tahu rasa sakit saat menglahirkannya, mungkin Zahra nggak akan pernah membiarkan hati ibundanya tersakiti.

Itulah keistimewaan seorang wanitanya. Sebuah jihad dengan pahala bayang begitu besar bisa dia peroleh saat melahirkan. Karena di posisi itu, ibarat semua tukang tubuh patah secara bersamaan.

"Tarik nafas bu, hembuskan perlahan
." Sang dokter masih dengan sabar menuntun Zahra agar perlahan lahan menarik nafas.

Huuh.

Huuh.

Huuh.

Keringat zahra sudah bercucuran deras. Ia meremas remas baju ilham sekuat tenaga. Rasa sakit yang ia rasakan sungguh layar biasa.

"Aaaaaa....." teriak Zahra histeris.

Huuuh.

Huuh.

Ilham mengelus elus puncuk kepala istrinya, berusaha untuk menguatakan zahra.

Ilham yang menyaksikan perjuangan zahra dalam melahirkan teringat akan perjuangan ibunya dulu. Oleh sebab itu, sejak dulu ilham sangat tidak tega jika harus mengecewakan ibunya.

Seorang ibu siap bertaruh nyawa, demi sang buah hati tidak peduli seperti apa rasa sakitnya. Tapi terkadang saat sang anak sudah tumbuh dewasa, dengan seenaknya ia membentak sang ibu.

Jatuh Dan Cinta [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang