14. Hari Pertama

151 12 2
                                    

3 jam sudah mereka melalui perjalanan panjangnya dari Jakarta menuju tempat asal Ilham.

Bersyukur karena selama perjalanan tadi semua berjalan dengan lancar tanpa ada kendala. Kini mereka berdua sudah sampai di pekarangan rumah. Zahra mengedarkan bola matanya ke sekitar rumah. Tidak begitu besar ataupun mewah, tapi rumah ini cukup untuk tempat tinggal mereka berdua saat ini. Awalnya Ayah Zahra mau membelikan rumah baru untuk Ilham dan Zahra, akan tetapi Ilham menolaknya, padahal kemarin Zahra sangat antusias mendengarnya dan sudah bersiap untuk menerima hadiah dari Ayahnya itu.

Setlah pintu rumah di buka oleh Ilham, Zahra langsung mengikuti langkah Ilham untuk masuk kedalamnya. Zahra kembali melakukan aktifitas yang sama. Dekorasi rumah ini cukup menarik, dan kayaknya pemilik rumah ini pecinta warna Monokrom. Hal ini terlihat dari desain warna rumah ini, semua rata rata memiliki warna Putih, hitam dan abu-abu.
Ilham yang sedari tadi melihat pergerakan mata Zahra, sekarang memutuskan untuk buka suara. “memang gini keadaannya. Aku harap kamu bisa terima.”

“rumahnya bagus kok. Rapi pula.” Puji Zahra.

Ilham sedikit lega mendengar jawaban itu dari Zahra. Jika seperti ini, keputusannya untuk menolak ayah mertuanya membelikan rumah baru sudah benar.

“Yaudah aku mau ke kamar” Ilham berjalan mendahului Zahra. Dia menuju salah satu kamar yang ada di rumah ini.

Dengan cepat, zahra mencegah Ilham untuk bisa masuk kedalam kamar “e, eh, kamu mau apa?”

“istirahat” seru Ilham.

“enak aja, ini kamar aku ya. Kamar kamu yang itu tuh, disitu” Zahra menunjuk ruangan yang letaknya tak jauh dari kamarnya. “udah sana..”

“emang kita nggak satu kamar?” Tanya Ilham.

“karena sekarang kita udah tinggal di rumah berdua, jadi gak ada yang namanya satu kamar. Lagian di sini kamarnya ada dua, pas kan? Satu orang satu?” Zahra masuk ke dalam kamar dan langsung menutup pintu tanpa menghiraukan ada Ilham di depannya.

Ilham hanya membuang napas kasar. Nggak mau terlalu lama berdiri, Ilham segera masuk kedalam kamarnya dan menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Baru saja ia akan memejamkan tiba-tiba terdengar suara teriakan.
“Aaaaaaaaaaaaaaaa. Tolong,,,,, tolong...” teriak Zahra.

Ilham segera berlari menghampiri Zahra.

“Ada apa?” Ilham menatap Zahra yang tengah berdiri diatas tempat tidur. Zahra yang melihat kedatangan Ilham langsung berhambur memeluk Ilham reflek.

“it..itu.. disana ada kecoa” tunjuk zahra dengan jari telunjuknya sambil memejamkan matanya.

“dimana?”

“ituuu disana, dibawah koper.”

Ilham melepaskan pelukan Zahra. Dia mulai mendekat ke arah koper untuk mengecek si kecoak. Saat di cek, ternyata kecoaknya sudah lebih dulu lari.

“nggak ada kan?” Ilham membuka sedikit kedua tangannya.

“jangan jangan kamu modus ya?” goda ilham sambil berjalan mendekat ke Zahra.

“modus, modus. Orang tadi beneran ada kecoa.”

“hemmmm” Ilham tak peduli. Dia kembali menuju kamarnya. Namun, hal ini dihadang oleh Zahra.

“kita tuker kamaar ya” ucap Zahra spontan. Dia takut jika nanti sang kecoak datang kembali.

“ha? “

“udah iya gapapa” Zahra memaksa Ilham.

Ilham hanya membuang napas, tak sempat menjawab perkataan Zahra, karena.Zahra sudah lebih dulu berjalan menuju ke kamar.

Jatuh Dan Cinta [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang