Sudah dua rumah sakit yang mereka lalui. Tapi tak ada satupun yang cocok bagi ilham. Semua dokter yang membantu proses persalinan zahra ialah laki laki. Sedangkan ilham tidak mau jika zahra harus ditangani sama dokter laki laki.
Di sisi lain, zahra sudah tidak kuat menahan rasa sakit nya itu. Ia sungguh bingung dengan jalan pikir suaminya. Di posisi seperti ini, suaminya masih tega menyiksanya dengan memilih rumah sakit yang cocok.
"Duhhh .... haaamm ini sakit banget ham" zahra meremas remas baju ilham sekuat tenaga. Ilham masih menggunakan pakaian ke masjidnya. Ia belum sempat ganti baju, karena istrinya sudah mau melahirkan. Dia pun tadi tau kalau istrinya mau melahirkan dari seorang tetangga yang menghampirinya ke masjid.
"Sabar ya ra, tahan dikit lagi. Ini bentar lagi nyampe ke rumah sakit" ilham berusaha untuk menenangkan istrinya itu.
"Sabar sabar. Ini anaknya udah nggak sabar pingin keluar. Sakit tau" zahra teriak teriak histeris menahan rasa sakitnya.
"Pak, agak cepet dikit ya" ilham ngasih intruksi kepada sopir.
5 menit kemudian, akhirnya mereka sampai di rumah sakit.
"Suster suster, tolong istri saya sus" ujar ilham kepada suster yang tak sengaja melintas didepannya.
Sang suster segera mengambil kursi roda, ilham sudah mendudukkan zahra di kursi roda.
Mereka semua berjalan dengan terburu buru. Akhirnya ilham menemukan dokter yang cocok untuk zahra.
Zahra sudah berada di ruang persalinan.
"Tarik nafas bu, hembuskan perlahan" ujar sang dokter.
Huuh.
Huuh.
Huuh.
Keringat zahra sudah bercucuran deras. Ia meremas remas baju ilham sekuat tenaga. Rasa sakit yang ia rasakan sungguh layar biasa.
"Aaaaaa....."
Huuuh.
Huuh.
Ilham mengelus elus puncuk kepala istrinya, berusaha untuk menguatakan zahra.
Ilham yang menyaksikan perjuangan zahra dalam melahirkan teringat akan perjuangan ibunya dulu. Oleh sebab itu, sejak dulu ilham sangat tidak tega jika harus mengecewakan ibunya.
Seorang ibu siap bertaruh nyawa, demi sang buah hati tidak peduli seperti apa rasa sakitnya. Tapi terkadang saat sang anak sudah tumbuh dewasa, dengan seenaknya ia membentak sang ibu.
Oeee oeee..
Tangis bayi pecah di seluruh isi ruangan ini. Menggema dengan sangat lantang.
"Alhamdulillah" ilham bersyukur.
Bayi mungil itu sudah hadir di dunia. Gelar ibu bapak, sudah mereka dapatkan.
Zahra terbaring lemah, tenaganya seakan sudah habis demi menyelamatkan sang buah hati.
"Silahkan keluar dulu pak" ujar dokter menyuruh ilham untuk keluar ruangan.
Ilham segera keluar ruangan. Ia merogoh ponselnya. Segera ia memberitahu kabar gembira ini kepada keluarga zahra dan ibu ilham.
Bu, alhamdulillah zahra sudah lahiran. Anak kita perempuan. Ibu dan bayinya sehat, semuanya juga selamat.
Sementara itu,
Inem dan iffah tengah menyiapkan makan siang untuk keluarganya.Klunting
Sebuah notifikasi pesan masuk.Setelah membacanya, seketika inem mengucap syukur.
"Alhamdulillah"
Ucapan inem itu membuat iffaj bertanya keheranan.
"Ada apa mbk?" Tanya iffah.
"Zahra ... zahra sudah melahirkan. Anaknya perempuan" jawab inem dengan mata yang berbinar binar bahagia.
"Alhamdulillah. Ya sudah mbk, kalau gitu, nanti sehabis makan, kita langusng pergi kesana bareng bareng"
"Iya" inem dengan semangat melanjutkan pekerjaannya itu.
Di rumah sakit.
"Pak?" sapa sang dokter yang baru saja keluar dari ruangan.
"Iya dok? Gimana keadaan istri saya?" Tanya ilham
"Alhamdulillah, istri bapak tidak kenapa kenapa, ia hanya kehabisan tenaga." Jelas sang dokter.
"Alhamdulillah. Apa saya boleh melihatnya sekarang dok?"
"Oh iya, silahkan pak. Kalau gitu saya permisi dulu"
Ilham segera melangkah masuk melihat keadaan sang istri.
"Ilhamm" zahra bersuara lemah.
"Alhamdulillah. Makasih sayang. Makasih sudah menghadirkan melaikat kecil di rumah kita" ilham menitikkan air mata bahagia.
Zahra tersenyum
Suster masuk sambil membawa bayi mereka. Ilham menggendong anaknya dengan hati hati.
"Aku adzani dulu ya,"
Zahra mengangguk lemah sebagai jawabannya.
Zahra bersyukur dengan karunia yang Allah berikan. Ia sungguh tak menduga, di usianya yang belum genap 20 tahun. Zahra sudah menyandang status sebagai seorang ibu.
"Anak kita cantik ra, sama kayak ibunya" ilham tersenyum melihat wajah anaknya itu.
"Kita kasih nama...... NUR RAHMA KHOIRUNNISA" ujar ilham
"Panggilannya Nisa" sahut zahra.
"Nisa.." ulang ilham sambil mencuil hidung mungil bayinya.
Ini hari kedua zahra berada di rumah sakit. Keluarga lainnya sudah datang sejak kemarin malam. Semuanya ikut ke rumah sakit termasuk ayah dan adik kesayangan zahra.
"Kak, keponakan aku namanya siapa?" Tanya rizki
"Nisa" jawab zahra
"Hay nisa, namaku rizki. Aku om mu yang paling ganteng sendiri. Bahkan ayah kamu kalah sama aku" semua orang yang ada di ruangan itu tertawa mendengar penuturan riski.
"Cantik ya, seperti ibunya" ujar bu inem.
"Sayang..... Selamat ya, kamu sudah jadi seorang ibu" ucap iffah
"makasih ya bun."zahra tersenyum lembut ke arah bundanya.
"Uluh uluh. Cucu kesayangan kakek ini." Faith turut ingin menggendong cucunya itu.
Kebahagian zahra kini sudah lengkap dengan kehadiran malaikat kecil. Ilham dam zahra saling berpegangan tangan dan berpandang pandangan. Ilham mengecup mesra kening zahra. Tak terasa air mata bahagia zahra menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Dan Cinta [Revisi]
Novela Juvenil"Mengertilah, bahwa saat seseorang menerimamu, dia juga sedang belajar menerima segala kelemahanmu. Harusnya kamu juga belajar hal yang sama. Bukan kembali membahas hal hal yang sering mendatangkan luka. Atau hal hal yang membuat aku merasa kamu tid...