22. Pertama Kali

155 11 0
                                    

.....Pergauilah mereka (istrimu) dengan cara sepatutnya. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karna mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

(Q.S. An Nisa : 19)

"Eh mbak. Kok kayaknya ini kamar Ilham ya? Semua perabotan milik Ilham. Nggak ada perabotan milik Zahra satu pun." Fatimah sibuk memindai dari sudut ke sudut kamar yang biasa ditempati Ilham.

Bi Inem yang awalnya tengah beristirahat, kini ikut berdiri mengelilingi kamar.

"Iya ya. Padahal dulu kan pas masih di jakarta mereka satu kamar. Tapi ini...." Bi Inem menggantung kalimatnya seraya mengalihkan pandangannya ke arah Fatimah.

"Emmmmm mentang mentang nggak ada yang ngawasin, mereka jadi bisa pisah kamar gitu." ujar Fatimah

"Tau tuh. Padahal nih ya dulu aku sama suami juga di jodohin, bahkan sebelumnya belum pernah ketemu sama sekali. Buktinya kita langgeng sampai maut memisahkan" ujar inem sembari berjalan ke arah sofa dekat jendela.

"Nah, semua itu terletak pada komitmen." sambung Fatimah.

Fatimah beralih menghampiri Bi Inem, lalu ikut duduk disampingnya.

"Sepertinya, mereka lagi ada masalah deh" selidik Fatimah.

Fatimah bisa berpikiran seperti ini karna tadi ilham sempat memasang muka kusut saat membuka pintu dan Fatimah mendapati hal itu.

"Hadeehh.. kayaknya kita datang di waktu yang tepat ni" Inem nyengir.

"Hahaha, betul juga tuh. Kalau kayak gini mereka kan bisa satu kamar, jadi bisa ngomongin masalahnya baik baik."

"Naah... mantul tuh" kemudian disusul gelak tawa dari mereka berdua.

"Eh mbak, kayaknya kita harus bikin cara supaya mereka bisa deket beneran layaknya pasangan suami istri" Fatimah dan Inem menghempaskan tubuhnya di atas kasur dengan seprei bermotif sepak bola. Pembahasannya tak kadi di lanjut karena Inem sudah lebih dulu memejamkan mata.

Fatimah pun ikut menyusul Bi inem ke alam mimpi. Dirinya harus beristirahat karena besok ada rencana yang harusnya dia lakukan untuk melatih putrinya menjadi istri yang baik.

Sementara itu..

Dikamar sebelah ada ilham yang tengah menggaruk nggaruk tengkuknya. Ia bingung harus tidur dimana. Jika dulu di jakarta mereka memang satu kamar. Tapi ilham tidur dibawah sedangkan zahra tidur di atas. Tapi kali sangat tidak memungkinkan jika ilham harus melakukan hal itu lagi, semua karna kondisi kamar yang tidak seluas kamar di jakarta.

Zahra sudah berada lebih dulu diatas kasur. Sedangkan ilham masih mondar mandir. Zahra merasa risih dengan sikap ilham itu, dia memutuskan untuk menegur ilham.

"Kamu ngapain sih Ham, mondar mandir kayak setrikaan" Zahra akhirnya menoleh ke arah Ilham yang tak kunjung tidur.

Ilham yang mendapat pertanyaan itu menghentikan aktifitasnya seketika. Ia menghadap ke arah zahra.

"Aku tuh bingung mau tidur dimana. Kalau di sofa ntar ketahuan sama bunda dan ibu"

"Ya udah tidur disini" zahra menepuk nepuk kasur disebelahnya.

"Ha?" Ilham sempat kaget dengan penuturan zahra. Dengan ragu, ilham naik ke atas kasur.

"Haam, maafin Zahra ya" zahra menatap ilham serius.

"Maaf buat apa?" Ilham pura pura bertanya. Sebenarnya ia hanya ingin tau kesalahan apa yang akan di akui zahra.

"Yaa, maafin zahra karna Zahra belum bisa jadi istri yang baik. Soal Revan, kita beneran nggak ada hubungan apa apa kok. Mungkin aku harus lebih tegas lagi saat berteman dengan laki laki. Supaya dia tau kalau aku adalah gadis yang sudah bersuami" jelas Zahra.

"Ehem, jadi istri saya masih gadis nih" sindir Ilham.

Zahra gugup dan memancarkan semburat merah muda di pipinya. Ragu ragu ia menggenggam tangan ilham.

"Maafin Zahra ya, yang memperlakukan ilham kayak orang lain. Kita sudah sah dan nggak seharusnya zahra membuat jarak" Zahra mengeratkan genggaman tangannya.

"Saya ngerti kok, nggak mudah untuk bisa move on dari orang yang benar benar kita harapkan" ilham mengelus elus punggung tangan zahra

"Nggak ham, aku rasa, aku ini sudah berlebihan. Apa yang kamu bilang itu benar, kalau jodoh adalah cerminan diri. Buktinya kita menikah, berarti kita jodoh."

Perkataan Zahra itu sukses membuat jantung ilham berdebar. Ilham tau, zahra adalah sosok wanita yang kekanak kanakan serta manja. Tapi, zahra tipikal istri yang setia. Wajahnya yang sangat cantik, lekuk tubuh yang nyaris sempurna, tidak membuat Zahra berbuat seenaknya sendiri. Bahkan temannya, Zidan, sempat hampir jatuh cinta pada zahra.

"Aku mau kok ham, ibadah sama kamu" ucapan Zahra membuat ilham mengerjapkan matanya berkali kali sebab tak percaya. Ucapan itulah yang ilham tunggu sejak awal.

"Saya ingin keikhlasan dari kamu. Saya nggak mau, ragamu disini tapi hati mu masih berada di laki laki lain" ucap ilham memastikan.

Namun pelukan hangat dari zahra, sudah cukup menjawab semuanya. Jantung ilham berdesir hebat. Ini pertama kalinya ilham dipeluk seorang wanita selain ibunya. Dikecupnya kening zahra dengan lembut.

"Aku mencintaimu karna Allah" ucap zahra lirih

Zahra mulai sadar, bahwa apa yang ada di dalam hidupnya adalah takdir yang sudah digariskan untuknya, satu hal yang ia yakini, sebaik baiknya seorang sutradara menyusun skenario, tetap skenario Allah yang terbaik.

Walaupun sosok pria yang tengah ia peluk mempunyai sifat yang galak dan dingin, zahra yakin suatu saat nanti zahra pasti bisa melembutkan hati suaminya itu.

Ilham mengelus lembut rambut zahra yang halus terurai. Ini pertama kalinya mereka berdua tak membuat jarak. Wangi shampo yang keluar dari rambut zahra, membuat ilham betah berlama lama pelukan dengan zahra.

"Kamu dengar suara itu zahra?" Lirih ilham

"Suara apa?" Dahi zahra berkerut

"Nih, suara detak jantung aku. Berdetak hebat di dekat kamu"

Zahra dibuat malu dengan ucapan ilham yang tak dibuat buat tadi. Jika boleh jujur, jantung Zahra sebenarnya juga sedang maraton.

"Kamu perempuan pertama yang saya peluk selain ibu saya" ucap Ilham.

"Saya harap, kamu menjaga hati buat saya dan membangun rumah tangga kita dengan sakinah" lanjut ilham

Zahra tak menjawab. Namun, zahra membenamkan wajahnya di dada bidang ilham.

"Ham, kamu belum mandi ya?" Tanya zahra ceplas ceplos

"Salah sendiri main nyungsep diketiak saya. Saya kan datang dari luar belum sempat mandi" jawab ilham sebal

Namun zahra semakin mengeratkan pukulannya.

"Nggak apa apa, meskipun asem tapi aku tetap cinta, hiya hiya hiya " canda zahra

"Uuuuuuuu... bisa gombal juga ya istriku" Ilham mengacak rambut zahra

Hari ini adalah hari yang paling bersejarah buat rumah tangga ilham dan zahra. Saat rumah tangga mereka tak lagi tercipta jarak. Romansa cinta yang semakin merekatkan dua insan yang telah terikat dengan ikatan halal.

Jatuh Dan Cinta [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang