18. Dunia Zahra

138 10 2
                                    

Dunia Zahra, dunia perkuliahan yang menjadikan Zahra serasa masih remaja. Tidak seorang pun tahu bahwa dirinya sudah menikah. Zahra bukan ingin menyembunyikan status pernikahannya, hanya saja dia merasa masih belum siap membuka tabir dirinya dihadapan teman-temannya.

Zahra menjalani hari-hari di perkuliahan layaknya mahasiswi pada umumnya. Melewati suka dan duka dalam menimba ilmu bersama kawan-kawan seperjuangannya. Zahra dikenal periang, ramah, dan cerdas. Ilham tak pernah bosan mengingatkan Zahra agar ingat statusnya yang sudah bukan remaja lagi.

Suara berat dosen pengajar hari ini sangat membosankan dan membuat Zahra berusaha mati-matian menahan kantuknya. Kedua bola matanya berusaha dibukanya lebar-lebar demi menjaga dirinya agar tak terpejam.

Zahra yang sedari kecil tingal di jakarta agak kaku saat mendengar penjelasan para dosen dengan campuran bahasa jawa timur. Zahra sama sekali tak pernah tahu tentang bahasa jawa. Mungkin hanya sedikit, itu pun dia tahu dari televisi.

Karena jenuh, Zahra mengedarkan pandangan pada teman-temannya. Pandangannya terhenti saat da seorang pria tersenyum padanya.

"Ewh. SKSD! Sok kenal sok dekat!" gumam Zahra.

Zahra pun kembali fokus menatap dosen di depannya. Tak lagi ingin menyapu pandangan. Sudah kesekian kali teman prianya itu ketahuan mencuri-curi pandang dengannya.

4 jam berlalu..

Perkuliahan telah selesai. Semua segera berkemas untuk pulang, termasuk Zahra. Sebuah bayangan tubuh mendekatinya dari belakang. Zahra segera menoleh ke belakang.
Sosok tubuh itu adalah pria yang selalu memandanginya sepanjang mata kuliah berlangsung. Zahra menghela napas saat pria itu tersenyum.

"Zahra, jangan lupa hari ini kita ada kerja kelompok." Ujarnya seraya menggeser bangku di sebelah Zahra ke belakang dan segera di dudukinya.

"Soalnya biasanya kamu pulangnya buru-buru. Takut lupa jadi aku ingetin biar nggak keburu pulang" lanjutnya lagi.

Zahra hanya mengangguk tak menatapnya, sambil menguarkan ponsel dan mengotak-atiknya. Meminimalisir kesalahannya bersebelahan dengan pria agresif di sampingnya.

"Ciee udah berduaan aja nih, Revan sama Zahra," ledek lainnya.

Zahra hanya memutar kedua bola matanya malas.

"Awas jangan jutek-jutek, Ra. Nanti jodoh lho hahaha," Goda yang lain.

Zahra diam dan tak menanggapi. Hanya fokus untuk memulai menata buku untuk bahan diskusi kerja kelompoknya. Teman-teman lainnya mulai berkumpul mengelilingi meja.
Sosok Revan memang tampan dan begitu semourna. Tapi sema sekali tidak menarik perhatian Zahra. Zahra sudah mengunci mati hatinya untuk siapapun. Ya, walau Zahra sebenarnya masih belum mencintai Ilham, setidaknya dia telah tahu bahwa dirinya sudah menjadi istrinya. Dia tidak boleh memberikan akses masuk pria mana pun yang mencoba mendekatinya.

"Ayo kerjakan segera, biar cepet pulang" seru Zahra.

Zahra, Revan dan teman-teman lainnya sudah tenggelam dalam mengerjakan tugas kelompok. Jarum jam yang terus berkejaran seolah ikut sibuk ditengah-tengah mereka. Tak terasa sudah mulai habis waktu mereka dikampus. Pak satpam sudah mondar-mandir memperingatkan mereka.

"van, gimana nih tugasnya belum selesai semua?"

"Aku juga bingung, Bro!"

"Udah gampang, tinggal sedikit aja. Kulanjutkan di rumah, besok tinggal kumpul."

"Serius kamu, Zahra?"

"Iyaa, buruan keburu kita di usir satpam!"

Kerumunan kecil itu mulai sibuk merapikan peralatan tulis dan buku-buku referensi. Kemudian satu persatu mulai berpamitan meninggalkan kampus. Zahra mulai gelisah karena ilham belum membalas pesannya. Sambil berjalan ke luar kampus, Zahra fokus menatap layar ponselnya dengan sedikit cemas.

Jatuh Dan Cinta [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang