08. Mendadak Nikah

139 15 3
                                    

"Ya Allah.....apa yang harus zahra lakukan" isak Zahra sedih. 

Zahra terisak duduk di kursi yang ada di taman belakang. Membiarkan gaunnya menjuntai ke tanah terkena rerumputan dan menyapu daun yang berguguran. Berkali kali ia menyeka bulir bening yang berjatuhan melewati pipi halus nya.

Zahra tak bisa membayangkan respon semua orang ketika mendengar bahwa pernikahannya dibatalkan. Jikalau zahra tak segera datang ke gedung pastilah semua orang akan beringsut ke rumahnya untuk mempertanyakan mengenai pernikahan ini. Dan itu hanya akan membuat faith semakin marah.

Mengapa semuanya jadi serumit ini? Seharusnya ini adalah hari terindah bagi zahra. Terhempas sudah kebahagiaannya, disapu oleh sang takdir yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Terlebih yang mengacaukan semua acara ini adalah Ayu. Sahabat zahra sendiri. Hati zahra hancur berkeping keping. Doni juga, kenapa ia tega menikam Zahra diam diam seperti ini.

Di tengah lamunan serta isakan zahra. Sosok pemuda tengah serius menekuni pekerjaannya.

Sreek  srekk..

Ilham, anak Bi Inem terlihat serius memangkas rumput di taman belakang. Peluhnya bercucuran, sesekali dia menyeka keringatnya.

Ilham bahkan tak mempedulikan Zahra yang tengah terisak, serta kekacauan yang terjadi di rumahnya. Padahal, bi Inem sempat menyaksikan semuanya dan turut prihatin. Mungkin memang karena semua masalah yang di rumah Zahra bukan urusan Ilham yang baru saja mengenal majikan ibunya.

Zahra menopang dagu seraya memperhatikan Ilham. Tiba tiba senyumnya mengembang kala memikirkan sesuatu yang tak dia sangka mampir di dendrin otak nya.

Ya, tiba tiba saja sebuah ide gila terlintas di benak Zahra.

"Psshhhhttt..." Zahra berdesis keras, berharap Ilham memalingkan muka padanya.

"Woy" panggil zahra, tali Ilham tak sedikit pun menoleh.

"Woy" panggilnya lagi. Ilham tetap tak bergeming. Segera diambilnya senggenggam kerikik dan dilemparkannya pada Ilham.

"woy, dipanggil nyaut napa" Zahra menggerutu kesal. Ilham mengibas ngibas sisa kerikil dan pasir hang ada di kaosnya.

"Aku punya nama. Namaku ilham" Ilham menatap datar pada Zahra.

"Ya deh, siapa pun nama lo. Lo mau gak jadi suami gue?" Ujar zahra frontal

"Eh?" Ilham mengernyitkan alis tebalnya. Ilham berpikir jangan jangan Zahra adalah gadis yang kurang waras. Berani beraninya bermain dengan kata pernikahan.

"Jadi gini. Calon gue mundur dari pernikahan ini. Nah, padahal kan acaranya sebentar lagi. Mau gak lo gantiin jadi suami gue?; dengan percaya diri, Zahra lancar mengucapkan permintaan.

Bukankah zahra gadis yang cantik yang nyaris sempurna? Dengan begitu, terangkatlah hidup Ilham dan Bi Inem yang seorang janda.

"Pantas saja calon suamimu kabur. Wong aku saja malas punya istri seperti kamu" jawab ilham ketus.

What? Seorang Ilhan menghina Zahra.

"Heh! Calon suami gue gak kabur ya. Dia diganggu sama pelakor. Dia khilaf menghamilinya. Dia mau tanggung jawab makanya dia membatalkan pernikahan ini" emosi zahra semakin memuncak menghadapi Ilham yang ketus

Jatuh Dan Cinta [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang