Dear my sweet diary...
Menjadi seorang istri? Ya, itu adalah hal terindah yang gue bayangin waktu gue masih jadian sama Doni. Nyonya Doni dengan bisnis butiknya yang sukses, dan beberapa pelayan rumah tangga di dalamnya. Kita punya anak-anak yang lucu dan cerdas. Pernikahan kita langsung langgeng sampai maut memisahkan.
Tapi, gue nggak habis pikir ini semua bakal terjadi. Lo bayangin aja, seorang sahabat gue selingkuh bahkan sampai mengandung janin dari pacar gue. Dan gue juga baru tahu sekarang, kalau ternyata Doni itu dulu pernah selingkuh sama Ayu pas kami lagi break. Selingkuhnya nggak tanggung-tanggung pula, setahuuunn.
Dan sekarang gue malah ngambil keputusan konyol dalam hidup gue. Gue nikah sama anak pembantu gue. Okelah, kalau emang ini takdir. Tapi, seorang yang gue sebut duami adalah orang terjutek yang pernah gue kenal. Dai bahkan sama sekali nggak ada ketertarikan sama gue.
Emang dia anggap gue apa? Gue ini cantik, kaya, pinter, sempurna pokoknya. Tapi dia seakan nganggep gue Cuma sebutir upil yang nggak sengaja nyangkut di lobang hidup, eh hidungnya.
Permintaannya juga aneh-aneh. Masak dia nyuruh gue ninggalin jakarta? Harus ikut dia tinggal di tempat dia bekerja.
Gue nggak bisa bayangin, hidup berjauhan dari keluarga. Dan tinggal serumah sama cowok nyebelin? Ini mimpi kan? Aaargh.
Eh, udah dulu ya diary nulisnya. Tuh cowok nyebelin udah kedengaran derap kakinya. Suara derap kakinya aja udah serem kan ya, apalagi ketemu orangnya. Hiiiiih!
Bye,
Jakarta, 2019Zahra menutup buku diarynya dan segera menyimpan diantara tumpukan baju. Tak lama kemudian, Ilham sudah muncul, masuk kedalam kamar di iringi tatapan elang yang mengintimidasi.
Ilham mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan dan menatap lagi Zahra dengan kedua tangan yang saling mengait dipunggungnya.
Akhirnya, Zahra dan Ilham sudah mengurus pernikahan yang sah di KUA. Buku kecil berwarna hijau dan merah sudah resmi mereka miliki. Itu artinya ikatan pernikahan mereka sudah semakin kuat karena memiliki ikatan hukum.
Hari ini, adalah hari terakhir Zahra dan Ilham menghabiskan masa ‘bulan madu’ mereka di Jakarta. Ilham sudah mendapat panggilan kerja di kota tempat tinggalnya. Ilham mengajak Zahra untuk tinggal bersamanya. Mau tak mau Zahra harus patuh. Selain karena dia harus menaati perintah ilham bahwa mengikuti kemana Ilham pergi adalah salah satu perjanjiannya dengan Ilham saat dulu Zahra memintanya untuk menikah.
“lho? Belum siap? Katanya lima belas menit. Ini sudah lima belas lewat sepuluh detik lho malahan!” ilham mengacungkan stopwatch pada jam digitalnya.
Zahra gelagapan saat semuanya masih berantakan. Memang kebiasaaan Zahra mengulur waktu dan meremehkan waktu. Kali ini Zahra harus menerima kenyataan baru, bahwa Ilham berkebalikan dengannya yang sangat detail dan disiplin soal waktu. Tapi dia tidak mau kalah, dia tak mau terlihat salah didepan Ilham.
“Zahra lagi nulis diary, tauk! Kan habis ini kita pergi, Zahra pengen nulis kenang-kenangan selama disini!” ujar Zahra sambil mendengus kesal.
“mana tulisannya? Saya mau lihat!” Ilham mengulurkan tangannya.
“What? Mana mungkin gue ksih tahu? Di dalam ada banyak curhatan ujaran kebencian gue ke cowok rese ini!” Zahra terbelalak saat netra Ilham menyapu pandangan, berusaha mencari diary rahasianya.
“Eh? Buat apa?” Zahra dibuat salah tingkah.
“buat pembuktian kalau kamu memang nulis diary tadi.” Jawab Ilham sambil terus mengulurkan tangannya dengan jemari yang kedalam dan keluar, menunjukkan ketidaksabarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Dan Cinta [Revisi]
Teen Fiction"Mengertilah, bahwa saat seseorang menerimamu, dia juga sedang belajar menerima segala kelemahanmu. Harusnya kamu juga belajar hal yang sama. Bukan kembali membahas hal hal yang sering mendatangkan luka. Atau hal hal yang membuat aku merasa kamu tid...