"Huaahh, akhirnya ya. Kita sudah melalui acara pernikahan. Berdiri berjam jam rasanya bikin badan pegel." Zahra menghempaskan tubuhnya di atas kasur.
Ilham diam tak menjawab.
"Kok diem sih? Gak seru banget deh kamu" Zahra mencebil.
"Bukan gitu. Kamu gak ada niatan gitu buatin suamimu teh hangat?" Ilham sibuk ke nya baju bajunya ke dalam lemari. Barang bawaan yang Sebelum nya dia letakkan di kamar ibunya, kini dia pindah ke kamar Zahra yang sudah sah menjadi istrinya.
"Zahra capek ham, kan bisa minta bikinin Bi' hmmppff" Zahra menutup mulutnya, takut keceplosan melanjutkan kalimat terakhirnya. Sekarang Bi Inem adalah mertuanya, bukan pembantunya.
Ilham memicingkan mata melihat Zahra yang salah tingkah.
"Sory, Ham. Aku lupa, iya deh, Zahra bikinin" Zahra segera berlalu dari hadapan Ilham yang menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya yang seperti anak kecil.
"Huah, sudah. Alhamdulillah" Ilham puaa sudah merapikan semuanya.
Pandangannya kemudian menyapu sekeliling isi ruang kamar Zahra yang sekarang menjadi kamar mereka berdua. Kamar yang luas, kasur yang empuk, seprei yang halus, kamar mandi dalam, ber-AC, ada televisi dan barang barang mewah lainnya didalam. Berbeda jauh dengan rumahnya di desa yang masih beralaskan tanah dengan dinding kayu.
"Ini saya nggak lagi mimpi kan?" Ilham berulang kali menyubit lengannya.
"Rasanya kayak jadi pemain dalam sinetron. Ujug-ujug (tiba-tiba) ada yang ngajak nikah, dan akhirnya beneran menikah tanpa ada penjajakan hmmf.." Ilham menepuk keningnya.
Baginya, pernikahan itu sangatlah sakral. Dan dia sangat anti sama yang namanya dadakan. Bahkan Ilham ini sangat selektif dalam memilih pasangan. Dia tidak ingin asal memilih. Harus mencintai dia sepaket dengan ibunya. Ya, ibunya yang menjadi harta satu satunya. Ayahnya sudah tidak ada lagi. Maka dia akan sangat marah jika ada yang menyakiti ibunya.
Tapi takdir memang begitu tak terduga. Ilham ditakdirkan menikahi Zahra. Ilham sendiri tidak tahu mengapa begitu yakin mengiyakan ajakan menikah dari Zahra. Padahal dia hanyalah pengganti yang risk benar benar di cintai oleh Zahra. Namun Ilham ada dorongan kuat yang membuatnya yakin menikahi Zahra.
Kriet
Pelan pelan pintu di buka oleh Zahra. Sebuah nampan dengan segelas teh diatasnya dibawa oleh satu tangannya. Langkah Zahra yang kaku menunjukkan bahwa untuk membuat teh dan membawa nampan adalah perjuangan bagi Zahra.
"Nih ham, tehnya" dengan perlahan Zahra meletakkan tehnya diatas meja, samping kasur.
"Oke, makasih" seru Ilham. Segera di teguknya segelas teh buatan Zahra. Untuk pertama kaki dalam hidupnya, Zahra membuat teh sendiri.
"Huek" Ilham menyemburkan teh yang diteguknya.
Zahra terkejut dan membekap mulutnya menyaksikan hal itu.
"Kok di sembur sih, ham? Nggak menghargai perjuanganku bikin teh."
Ilham menyodorkan gelas pada Zahra. "Nih, coba sendiri!"
Dengan takut takut, Zahra menyeruput teh buatannya sendiri. Mimik mukanya langsung berubah masam setelah meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Dan Cinta [Revisi]
Teen Fiction"Mengertilah, bahwa saat seseorang menerimamu, dia juga sedang belajar menerima segala kelemahanmu. Harusnya kamu juga belajar hal yang sama. Bukan kembali membahas hal hal yang sering mendatangkan luka. Atau hal hal yang membuat aku merasa kamu tid...