28. Cerita Di Hari Jumat

149 11 1
                                    

"Loh, jadi kak Ilham ini suaminya Zahra?" Tanya Revan terkejut.

Zahra tersenyum sambil melirik ke arah Ilham. Ilham merasa bangga terhadap istrinya yang sudah mulai berani untuk berkata jujur mengenai statusnya.

"Acara perdana kita, bagi bagi nasi kotak ternyata punya kejutan sendiri ya, hahaha" Klham menggelengkan kepala.

Acara bagi bagi nasi kotak ini ialah ide yang dicetuskan oleh Ilham sewaktu ngobrol bersama devan di kantor.  Ilham, Zahra, Zidan, Revan berkumpul di pinggir jalanan. Mereka sudah berencana untuk membagikan nasi kotak kepada tukang becak, ojol, penyapu jalanan, pemulung dan para pejuang pencari nafkah lainnya. Zidan sengaja mengajak revan, ia cuma ingin memastikan bahwa Zahra yang dimaksud adiknya adalah Zahra istri ilham.

"Selama ini kan kamu kenal nya cuma sama kak Ilham doang, karna dia beberapa kali main kerumah kita. Sekarang kamu udah kenal sama istrinya yang kebetulan temen sekelasmu. Hehe" ujar Zidan.

Muka Revan memerah. Ia dibuat salah tingkah.

"Ya sudah, kita langsung bagi bagiin nasi kotak yuk, keburu siang nanti" ajak Zahra.

"Oke. Kita bagi jadi dua tim ya, saya sama Zahra kearah sana. Zidan sama Revan ke arah sana, yang ada tukang becaknya" ujar Ilham.

"Oke." Jawab Zidan.

Mereka berempat sudah mulai berjalan kearah tujuannya masing masing.

Nasi pertama yang Zahra berikan kepada tukang sapu jalanan, diterima dengan baik. Nasi kedua ia berikan kepada pemulung.

"Mbak, boleh minta satu lagi nggak? Buat anak saya yang di rumah"

"Oh iya pak boleh, ini" Zahra menyodorkan satu kotak lagi kepada pemulung itu sembari tersenyum manis kearah nya.

Zahra memberikan nasi kotak nya lagi ke penyapu jalanan lain.

"Wiihh ,,uenak tenan iki masakane. Matur suwun nggih mbak. MasyaAllah, mugi mugi rejekine lancar, aamiin " ucap ibu ibu paruh baya.

ZlZahra tersenyum ke arah ibu ibu tadi.

"Ham, ngomong apa sih ibu ini?" Tanya Zahra bisik bisik.

Ilham terkekeh " kata ibunya, masakan kamu itu ena.k"

Zahra tesenyum mendengar terjemahan dari ilham

"Cieee, yang dipuji karna masakannya enak" goda Ilham.

"Alhamdulillah ya Allah, akhirnya Zahra bisa masak juga" seru Zahra.

Akhirnya nasi kotak buatan zahra ludes. Zahra terharu, ternyata masih banyak di luar sini kehidupan yang kurang beruntung. Dulu dirinya sering mengeluh karena makanan tidak enak, biaya kehidupan yang pas pasan. Padahal ia tidak pernah tau, bahwa kehidupannya itu bisa jadi jauh lebih menguntungkan dibanding orang orang di luar sana. Dari sini Zahra baru tersadar dengan perkataan ilham kemarin urusan dunia pandanglah orang yang ada dibawahmu tapi kalau urusan agama pandanglah orang yang ada di atasmu.

"Ham, pulang yuk, kepala Zahra muter muter terus dari tadi" Zahra memegang tangan ilham. Ia sekuat tenaga menahan tubuhnya agar tidak ambrug.

"Eh, iya iya. Kamu kecapekan kali Ra. Ya sudah kita pulang ya. Eh bro saya duluan ya" pamit Ilham.

Diatas motor, Zahra memeluk pinggang ilham erat. Sakit kepala Zahra sungguh menyiksanya.

Sesampainya mereka dirumah, Ilham membaringkan tubuh zahra. Diusapnya kening zahra dengan lembut. Zahra yang lemah langsung memejamkan mata dan setengah tertidur.

"Ra, saya pergi ke masjid dulu ya, kamu jangan lupa sholat."

Zahra mengangguk lemah, dia menatap ilham yang sudah beranjak dan memunggunginya.

Ilham membalikkan badan tiba tiba.

"Oiya Ra, nanti saya pulangnya agak maleman dikit ya, maaf. Nanti kalau ada apa apa, telfon saya"

"Mau kemana?" Pertanyaan zahra lirih seakan sudah terlambat karena ilham sudah berbalik badan dan berjalan cepat.

Zahra hanya tersenyum getir. Tak terasa bulir bulir air mata jatuh dipelupuk matanya.

"Dia jadi pergi" ucap Zahra lirih.

Zahra terisak diri di pembaringan. Dia tau kemana sebetulnya ilham akan pergi, zahra tau semuanya. Bahkan tentang orang tua aisyah yang datang kerumah meminta agar ilham mau menikahi Aisyah ia juga tau. Waktu itu, ilham menyangka bahwa Zahra tengah tertidur pulas, padahal asli nya Zahra tengah menguping diam diam pembicaraan mereka.

Tentang aisyah yang menjadi cinta pertamanya ilham yang dulu ia kejar mati matian. Tak perlu waktu lama untuk Zahra mengetahui semuanya.

Zahra mengurut dahinya, lagi lagi buliran bening itu lolos dari pelupuk matanya. Berkali kali di seka air matanya tapi itu tak membuat pipinya kering.

Memorinya berputar mundur tentang perjalanan kisah cintanya. Masa putih abu abu yang baginya berlalu begitu cepat. Masa yang di rasanya paling indah. Doni yang menyatakan perasaannya kepada Zahra di tengah lapangan setelah pertandingan basket. Dan Doni yang mengutarakan niatnya untuk membangun bahtera rumah tangga bersama Zahra setelah lulus sekolah.

Hubungan mereka tentu pernah backstreet. Karena ibu Zahra melarang Zahra untuk pacaran.

Menurut ibu Zahra.
"Jodoh itu kalau sudah waktunya pasti datang, pasti akan bersatu, mau pacaran atau nggak pacaran. Jadi lebih baik nggak pacaran karena yang pertama terhindar dari dosa berdua dua an, yang kedua jadi banyak waktu untuk berkarya dan berprestasi. Nggak perlu sedikit sedikit lapor ke pacar."

Tapi karena Zahra yang terlanjur kasmaran, nggak peduli dengan nasehat ibunya. Bagi Zahra dengan dia pacaran malah prestasinya meningkat, dia jadi semangat untuk belajar. Lagi pula Zahra nggak pernah aneh aneh sama Doni, jadi kenapa harus dosa?

Namun sekarang Zahra sadar bahwa apa yang dikatakan bundanya itu benar. Bahwa jodoh adalah rahasia Allah. Allah menyayangi hamba hambanya dengan aturan melarang pacaran atau ikatan cinta yang tidak jelas komitmennya.  Islam mengatur dua cinta dengan jalan pernikahan. Ada janji suci, cinta, bukan hanya dua orang saja, tapi juga dua keluarga yang menyatu diatas perbedaan.

Jatuh Dan Cinta [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang