"Kalau masak itu harus sabar, nggak boleh sambil ngomel ngomel, ntar masakannya gak enak" Bu Inem mencuil pipi Zahra.
Zahra hanya tersenyum sambil memegangi pipinya.
"Nah betul tuh Ra, jadi mulai sekarang kamu harus belajar lebih sabar." Sahut Bunda.
"Iya iya bun. Lagian ya, kalau ilham nggak mulai duluan Zahra nggak bakal marah marah kayak tadi"
"Hemmm,, kamu ini" pasrah Fatimah.
"Sudah sudah. Nguleknya cepetan dikit. Ikannya udah mau mateng ini" sela Bu Inem.
Mereka bertiga nampaknya sudah bersahabat dengan alat dapur. Terlihat Zahra yang dengan sabarnya memotong wortel berbentuk bulat bulat. Keringat yang bercucuran tak ia hiraukan.
"Fyuuhh, ternyata masak juga capek ya." Keluh Zahra
"Makanya, pahala seorang istri itu sama kayak pahala suami yang sedang cari nafkah. Jadi kalau jadi istri, kita nggak boleh ngeluh, harus sabar" ujar Bu Inem.
Zahra hanya tersenyum, memorinya berputar saat kejadian di kedai es krim lalu, pengakuan Ilham kalau dia selalu bangun jam 3 untuk masak dan beres beres rumah. Betapa lelahnya Ilham, dia yang bekerja dia juga yang mengurus pekerjaan rumah.
"Yeee, malah melamun. Sayurnya buruan di masukin, airnya udah mendidih tuh" tegur Bunda yang seketika memecah lamunan Zahra.
"Kalau masak sayur hijau, jangan di tutup" ujar Bu Inem.
"Kenapa? Bukannya kalau di tutup nanti cepat matang dan bumbunya meresap ya?"
"Emang. Tapi itu untuk sayuran jenis lain. Kalau yang hijau hijauan jangan ditutup. Nanti airnya berubah warna, jadi ikutan hijau atau keruh malah nanti gak menarik, terus nggak selera buat makan" jelas Bu Inem.
Zahra hanya membulatkan bibirnya seperti membentuk huruf 'O'.
"Ngerti?" Tanya bunda.
"Insya allah" jawab Zahra.
Cukup lama mereka bertiga berkutat di dapur untuk menyiapkan makan malam terakhir Inem dan Fatimah bersama Ilham dan Zahra.
"Yeee,,,,,,,,,,,, selesai" seru Zahra setelah meletakkan hidangan terakhir diatas meja makan.
"Kamu panggil suamimu gih" pinta Bunda.
Zahra mengangguk. Kemudian berjalan menuju kamar.
"Ilham, makanan udah siap nih, kita makan dulu yuk. Udah di tungguin bunda sama ibu" ujar zahra dibalik pintu kamar. Tak lama setelah itu ilham keluar.
Mereka berempat sudah duduk rapi di ruang makan.
"Segini cukup?" Tanya zahra yang mengambilkan nasi untuk ilham.
Ilham menganggukan kepala.
"Lauknya mau pake apa? Sayur sop? Ikan?" Tanya zahra lagi.
"Sayur sop sama tempe." jawab Ilham.
"Nggak sama ikan?" Zahra bertanya lagi, ilham hanya menggelengkan kepala.
"Sambal?"
Ilham mengangguk.
Inem dan Fatimah yang melihat peristiwa itu hanya tersenyum bahagia, karena rencananya kini telah berhasil. Satu bulan menginap akhirnya tidak sia sia. Besok mereka berdua akan kembali ke jakarta. Heru sudah meresa kesepian di tinggal Fatimah selama ini.
"Oiya Ra, Ham, besok Bunda sama Bu Inem mau pulang. Jadi kalian nggak boleh berantem berantem lagi" ujar Bunda.
"Betul. Ham, kamu seorang suami harus sabar dalam membimbing istri, jangan mudah terbawa emosi. Dan kamu Ra, kamu seorang istri harus telaten dalam mengurus suami dan rumah, belajar ngertiin suami juga, dan ingat, kesampingkan ego kalian masing masing. Kalian udah sama sama dewasa, kalau ada apa apa selesaikan dengan kepala dingin. Ya?" Jelas Inem
"Iya bu, bun. Makasih ya sudah mau repot repot datang kesini sampai nginap demi kita." Jawab Zahra
Inem hanya tersenyum.
"Bunda mau kalian membangun keluarga yang sakinah, mawadah. Ra, Ham, Cinta ada karena terbiasa" sahut Bunda.
Ilham dan zahra hanya tersenyum sebagai jawabannya.
Keesokan harinya...
Fatimah dan Inem sudah siap untuk melakukan perjalanan menuju jakarta.
"Bakal kangen lagi nih sama Bunda dan Ibu" rengek Zahra.
"Kan nanti kamu bisa main ke rumah, tapi kalau sudah ada dedek bayi" ujar Bunda.
"Iiissh, Bunda mah" Zahra sedikit malu. Fatimah dan inem tertawa.
"Ya sudah kami pulang dulu ya, assalamualaikum" pamit iffah dan inem.
"Wa'alaikumussalam. Hati hati Bun, Bu" teriak Zahra sambil melambaikan tangannya kearah Fatimah dan inem yang sudah naik kedalam mobil.
"Bakal sepi lagi nih rumah" keluh Zahra sambil berjalan masuk kedalam rumah.
"Ra, aku berangkat kerja dulu ya." Ujar ilham yang tiba tiba muncul.
"Eee,, bentar bentar. Uang jajanku mana?" Zahra menengadahkan kedua tangannya
Ilham merogoh sakunya. Dikeluarkannya dompet, lalu diambilnya beberapa lembar uang.
"Nih, jangan boros boros ya."
"Yeeee..." seru zahra kegirangan
"Ya sudah aku pergi dulu. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Setelah kepergian ilham, Zahra bergegas menuju kamar untuk bersiap siap pergi kuliah.
Kini sedikit demi sedikit penampilan Zahra mulai berubah, yang dulunya pakai jeans ketat sekarang Zahra merubahnya dengan menggunakan rok. Dia masih mencoba untuk berpakaian layaknya wanita muslimah. Meski terkadang sedikit merasa ribet jika naik ojek, atau sedang buru buru jalan.
"Islam memang melarang seorang wanita untuk menggunakan celana jeans, meski kebanyakan kita sering melihat para wanita mengenakannya. Sebenarnya islam memuliakan wanita, tapi terkadang wanita sendiri yang menjatuhkan nya. Salah satunya dengan cara berpakaian yang menutup aurat tapi telanjang." Itulah pesan ilham yang selalu terngiang dikepala zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Dan Cinta [Revisi]
Teen Fiction"Mengertilah, bahwa saat seseorang menerimamu, dia juga sedang belajar menerima segala kelemahanmu. Harusnya kamu juga belajar hal yang sama. Bukan kembali membahas hal hal yang sering mendatangkan luka. Atau hal hal yang membuat aku merasa kamu tid...