Mino melangkah masuk kedalam rumah diam-diam ingin memberi kejutan kepada Jennie. Ia berjalan masuk kedalam kamar dan mendapati Jennie sedang tertidur. Tentu saja, itu jam 3 pagi.
Mino melepas jaketnya dan naik kekasur tidur disebelah Jennie. Mino memeluk Jennie erat dari belakang.
"Oppa pulang."bisik Mino. Jennie membuka matanya dan memutar tubuhnya untuk melihat Mino. Lagi, Jennie terlalu cengeng untuk hal-hal seperti ini. Belum apa-apa ia sudah menangis sambil memeluk Mino.
"Oppaaaaa..... huwaaaa...."tangisnya. Mino membalas pelukan Jennie dan mencium keningnya. Mino mengelus kepala Jennie penuh kasih sayang.
"Omo... kyowo."komentar Mino melihat tingkah Jennie. Jennie tidak membalas komentar tersebut dan terus memeluk Mino. Setelah menangis sesaat, Jennie mendongak dan menatap mata Mino.
"Oppa laper? Mau makan?"tanya Jennie. Mino menggeleng.
"Gini dulu sebentar. Jangan kemana-mana."jawab Mino memeluk Jennie jauh lebih erat lagi. Jennie mendekatkan wajahnya ke wajah Mino dan menciumnya.
"Jennie-ya, boleh?"pinta Mino. Jennie tertawa dan mengangguk pelan. Mini tersenyum lebar mendapatkan anggukan dari Jennie.Mino mencium bibir Jennie seraya tangannya melepas kaitan bra Jennie. Ia membuka kancing piyama Jennie satu persatu hingga apa yang ada dibaliknya terlihat. Mino tersenyum dan mencium Jennie lagi sambil memainkan apa yang selalu menjadi kesukaannya.
Mino melepas bajunya satu persatu sambil terus mencium Jennie. Setelah selesai menanggalkan semuanya, tangan Mino dengan leluass bermain diarea manapun di tubuh Jennie. Seakan tidak cukup, Mino menggunakan lidahnya untuk bergerilya keseluruh bagian tubuh Jennie. Bagi Mino desahan yang sekarang keluar dari mulut Jennie adalah melodi paling indah yang pernah ia dengar.
"Haruskah ku matikan lampunya?"tanya Mino pada Jennie yang terengah-engah. Jennie hanya mengangguk tak kuasa menahan nikmatnya dunia.
***
Mino terbangun mendengar teriakan Jennie. Ia langsung mencari asal suara. Ia mendengar teriakan Jennie dari dapur.
Mino berlari menuju dapur dan melihat Jennie sedang duduk lemah dilantai dengan darah mengalir diantara kedua kakinya. Melihat hal itu tentu saja Mino panik bukan kepalang.
"Wae?"tanya Mino.
"Appa, Oppa..."keluh Jennie sambil memegang perutnya. Mino yang panik buru-buru menggendong Jennie menuju mobilnya. Ia membuka pintu mobil dan membantu Jennie untuk duduk. Mino segera berlari ke kursi kemudi dan menyetir hingga sampai kerumah sakit.
~
Jennie dibawa oleh dokter dan suster ke ruang UGD, Mino dengan sigap mengurus segala dokumen administrasi dan menelepon Lisa. Tidak lupa ia juga menelepon Jinwoo, entah kenapa kalau dia sedang kesulitan harus ada Jinwoo.
Mino menunggu dengan gelisah diluar ruang tindakan. Sesekali ia menjambak rambutnya karena frustasi. Saat sedang memikirkan apa yang sedang terjadi, Lisa dan Jinwoo datang.
"Ya... apa yang terjadi?"tanya Lisa dengan muka panik.
"Gak tau, bangun-bangun udah kesakitan."jelas Mino. Jinwoo mencoba menenangkan Mino yang tangannya terus gemetar ketakutan.
Selang beberapa waktu, dokter keluar dari ruang tindakan.
"Keluarga Ibu Jennie."panggil sang dokter. Mino melangkah mendekati sang dokter.
"Saya suaminya."ucap Mino memperkenalkan diri.
"Hmmmm... saya akan menjelaskan kondisi istri anda. Istri anda sedang hamil, namun masih sangat muda dan lemah usia kandungannya. Baru sekitar 3 minggu."jelas sang dokter.
"Mwo? Hamil?"tanya Mino lagi.
"Nde. Maaf sebelumnya saya harus bertanya. Apakah sebelum kejadian ini anda dan istri berhubungan badan?"tanya sang dokter lagi. Mino sedikit terkejut dan menjawab.
"Nde."
"Aahh... begini, usia kehamilan sangat rentan di trimester pertama. Alangkah baiknya hindari dulu hubungan badan, terlebih hubungan badan yang sedikit ekstrem atau powerful. Pendarahan yang dialami istri anda adalah efek samping dari hal tersebut. Jadi, saran saya jangan berhubungan badan dulu selama trimester pertama. Setelah sadar istri anda sudah boleh pulang namun harus istirahat."jelas dokternya lagi. Mino berdiri dan bengong mendengar penjelasan dokter.
"Nde. Bayinya?"tanya Mino lagi.
"Bayinya baik-baik saja, kok. Tapi memang kehamilan pertama sangat rentan sekali. Selamat ya, pak."dokter memberikan selamat kepada Mino. Mino berdiri bingung harus apa. Sang dokter berjalan meninggalkan Mino.
Mino berjalan menghampiri Lisa dan Jinwoo. Lisa yang sangat panik melihat ekspresi Mino yang hanya bengong mengguncang-guncang pundak Mino.
"Wae? Jennie kenapa? Sakit apa?"air mata Lisa sudah bercucuran karena sedih dan takut saudaranya itu kenapa-kenapa. Mino cuma menatap mata Lisa shock.
"Yaaa... dia kenapa?"tanya Jinwoo.
"Yaaa!!! Song Min-ho!! Jennie kenapa?!"tanya Lisa lagi, kini tangisannya makin kejer.
"Jennie hamil."jawab Mino singkat.
Semua diam. Saling bertatapan.
"Hampir keguguran. Karena aku dan Jennie habis berhubungan seks dan... terlalu ekstrem hingga hampir keguguran."lanjut Mino seperti robot mengulang ucapan dokter, masih dengan wajah shock. "Hyung, otoke?"tanya Mino pada Jinwoo.
Jinwoo menatap mata Mino dalam-dalam, "chukkae."
"Ya! Aku menangis karena apa?!"ucap Lisa kesal mendengar alasan Jennie masuk rumah sakit. Mino terduduk dengan perasaan campur aduk, senang, takut, khawatir dan juga sedih. Ia harus bagaimana?
'And the sun shines all around us
Smells like summer's on the way (and I saw you standing there)
Tell the story of a lifetime
Tomorrow brings a brand new day
Don't worry 'bout today (and the words that you said)
Don't worry 'bout today (shake the world from your head)
Least for a while'
The Goo Goo Dolls - Don't Worry
KAMU SEDANG MEMBACA
I DO (I REALLY DON'T)
FanfictionKim Jennie memiliki segalanya. Ia cantik, pintar dan lahir dari keluarga kaya. Di umurnya yang baru saja berumur 24 tahun, ia menjadi pewaris tunggal KJM Group. Memiliki sepupu seorang penyanyi dan penari terkenal di Korea yaitu Lisa Manoban membua...