Jam menunjukkan pukul 6 pagi, Mino berjalan memasuki rumah dan melihat sepiring penuh ayam goreng. Ia mengambil piring itu dan membuang ayam gorengnya kedalam tempat sampah. Dengan kesal ia berjalan masuk kedalam kamar dan mendapati Jennie sedang tertidur. Perlahan Mino melepas jaketnya dan merebahkan tubuhnya bersiap untuk tidur. Mino menatap punggung Jennie yang tidurnya membelakangi Mino, ingin rasanya dia memeluk wanita ini dan menghangatkan punggungnya yang terlihat dingin.
Biasanya tidak perlu berpikir dua kali untuk memeluk wanita ini. Bahkan tanpa diminta ia akan memeluk tanpa melepaskannya, tapi hari ini bahkan untuk menyentuhnya saja terasa berat.
Jennie terbangu dan entah mengapa Mino berpura-pura tidur. Jennie menatap Mino dan mengelus kepala Mino. Jennie menatap kaki Mino yang masih berbalut kaus kaki dan membantu melepaskannya dan menyelimuti tubuh Mino. Jennie bergegas menuju kamar mandi. Mino meneteskan air matanya, melihat betapa Jennie sangat menyayanginya namun ia bersikap seperti ini kepada Jennie. Merasa tidak tenang ia bangun dan berjalan menuju kamar mandi, sebelum mengetuk ia mendekatkan telinganya dan mendengar isak tangis Jennie.
"Kau membuatnya menangis lagi."batin Mino yang dengan putus asa berbalik dan merebahkan dirinya, menutupi wajahnya dengan selimut dan tenggelam dalam kesedihannya.
***
Jennie yang sedang mencuci mukanua setelah menangis beberapa saat dikamar mandi dikejutkan dengan makian Mino terhadap seseorang. Dengan cepat Jennie keluar dan melihat Mino bertengkar melalui telepon dengan seseorang.
"No neun!"teriak Mino. "Haruskah kau melakukan hal ini padaku?!"maki Mino yang kemudian teleponnya berhenti. Jennie menghampiri Mino yang duduk dengan kesal di kasur.
"Oppa.. wae?"tanya Jennie perlahan. Mino menatap Jennie dan memberikan handphonenya pada Jennie. Jennie mengambil handphonenya dan melihat apa yang ada disana.
"Irene eonnie?"tanya Jennie pada Mino. Mino mengangguk pelan. Jennie mengambil handphonenya dan menelepon sekretarisnya.
"Kau sudah liat berita? Tolong bantu redam berita itu."pinta Jennie pada sekretarisnya lalu menutup teleponnya. "Oppa... gak apa. Kita klarifikasi ya? Itukan udah lama. Oppa hanya perlu minta maaf."ucap Jennie menenangkan Mino.
"Ottoke, Jennie?"keluh Mino sambil menarik-narik rambutnya. Jennie memeluk Mino. Mino hanya terdiam dipelukan Jennie memikirkan apa yang harus ia lakukan.
***
Mino didampingi Jennie bersiap untuk melakukan konferensi pers didepan ribuan wartawan. Jennie mengenggam tangan Mino dibawah meja berusaha memberikan Mino kekuatan.
"Selamat sore, aku Song Mino akan memberikan klarifikasi terkait berita yang dari pagi ini memenuhi semua lini berita. Chat itu adalah chat pada tahun 2016, ketika aku sedang berusaha membangun MINO Ent., dan stress yang aku miliki sangat menekan ku. Aku salah telah melarikan diriku pada hal-hal seperti itu, aku berubah ketika aku bertemu dengan mantan kekasihku, satu-satunya yang mengetahui masa kelamku ini. Hubungan kami tidak berakhir dengan baik, dan berkali-kali ia berusaha menghancurkan hubunganku dengan istriku. Aku meminta maaf atas kesalahanku di masa lampau dan aku sudah menjadi lebih baik sekarang. Jika kalian ragu, aku berani untuk melakukan tes narkoba untuk membuktikannya. Untuk semua penggemarku, maaf mengecewakan kalian, terima kasih sudah mendukungku. Terima kasih."ucap Mino memberikan penjelasan dan langsung meninggalkan ruangan konferensi pers dengan Jennie di genggamannya.
Mino berjalan menyusuri wartawan menuju mobilnya dan menyederkan kepalanya di jok mobil. Jennie meminta supir untuk segera jalan.
"Oppa... gwenchanha?"tanya Jennie mengkhawatirkan Mino. Mino menatap Jennie dan tersenyum lalu mengangguk.
"Jennie, gomawo."ucap Mino berkaca-kaca.
"Makasih kenapa? Aneh ih."ejek Jennie mengenggam tangan Mino.
"Makasih udah ada disini apapun yang terjadi. Maaf aku selalu bertingkah buruk padamu. Kamu selalu baik padaku."ujar Mino menitikkan air matanya dan memeluk Jennie. "Setelah semua yang aku lakukan, kamu tetap berbuat baik padaku."tambah Mino. Jennie membalas pelukan Mino.
"Oppa... jangan ngomong gitu."
"Oppa benar-benar minta maaf. Maafkan Oppa ya. Oppa akan berubah. Oppa janji."ucap Mino lagi. Jennie tersenyum mendengarnya.
"Kenapa Oppa melakukan itu kemarin-kemarin?"tanya Jennie melepaskan pelukannya dan menatap Mino.
"Cemburu. Oppa takut Kai akan merebut kamu dari aku."jelas Mino. Jennie terkejut mendengar pengakuan Mino.
"Oppa... kalau aku bilang aku menyayangimu, Oppa gak perlu takut dengan siapapun yang menyayangiku. Karna aku akan selalu menyayangi Oppa."ucap Jennie sambil tersenyum. Mino tersenyum dan memeluk Jennie lagi. Rasanya lega dan bahagia sekali bisa menghentikan kesalahpahaman ini. Akhirnya ia bisa memeluk wanita ini lagi tanpa perlu berpikir dua kali. Merasakan harumnya dan detak jantungnya yang begitu dekat dengannya. Bagaimana ia terus melakukan kesalahan-kesalahan tapi Jennie selalu membuka pintu lebar-lebar untuk Mino pulang. Bagaimana ketika ia terlibat masalah Jennie adalah orang pertama yang berdiri untuk dirinya. Bukankah ia laki-laki paling beruntung di dunia ini?
'God only knows, where our fears go
Hearts I've broke, now my tears flow
You'll see, that I'm sorry
'Cause you were good to me
You were good to meAnd now I'm closing every door
'Cause I'm sick of wanting more
You were good to me
You were good to me, yeah
Swear I'm different than before
I won't hurt you anymore
'Cause you were good to me'
Jeremy Zucker & Chelsea Cutler- You Were Good To Me
KAMU SEDANG MEMBACA
I DO (I REALLY DON'T)
FanfictionKim Jennie memiliki segalanya. Ia cantik, pintar dan lahir dari keluarga kaya. Di umurnya yang baru saja berumur 24 tahun, ia menjadi pewaris tunggal KJM Group. Memiliki sepupu seorang penyanyi dan penari terkenal di Korea yaitu Lisa Manoban membua...