Jennie melihat Mino yang sibuk memainkan handphonenya sambil duduk ditepi kolam. Perlahan ia menghampiri Mino dan ikut duduk disebelahnya. Mino menoleh sebentar dan kembali sibuk dengan handphone nya.
"Oppa..."panggil Jennie.
"Hmm..."jawab Mino tanpa menoleh.
"Kenapa? Kok diem aja daritadi?"tanya Jennie. Mino menoleh dan menggeleng.
"Gak apa, kok. Sana istirahat."jawabnya singkat.
"Oppa beneran marah? Apa karena Kai?"tanya Jennie lagi.
"Jennie-ya, gak masalah kok."jawab Mino sedikit ketus.
"Bukankah Oppa sekarang terdengar seperti anak kecil dan berlebihan?"balas Jennie. Mino berhenti memainkan handphonenya dan melihat kedua mata Jennie.
"Ya... aku gak mau berantem sama kamu ya. Jangan berkata hal-hal yang menyebalkan seperti itu."jelas Mino. Jennie mendengus dan pergi meninggalkan Mino.
Jennie berganti pakaian dan berjalan keluar kamar. Ia berjalan perlahan dan meninggalkan kamar. Ia mengeluarkan handphonenya dan menelepon Lisa di Korea.
"Yooboseyo."sapa Lisa.
"Lisa, aku berantem sama Mino."ucap Jennie to the point.
"Loh? Kok bisa?"tanya Lisa.
Jennie duduk di Lobby.
"Kami gak sengaja ketemu Kai disini."jawabnya.
"Omo... terus?"tanya Lisa lagi.
"Kai memperkenalkan dirinya, begitu juga Mino. Lalu... tiba-tiba ia jutek."jawab Jennie.
"Jennie-ya, itu hal yang sama terjadi sama kamu dan Irene, kan? Bukankah kamu hanya perlu minta maaf dan aku yakin ia akan mengatakan hal-hal yang mengganggu pikirannya."saran Lisa.
"Benar juga ya. Arraseo. Gomawo, Lisa. Aku duluan ya."ucap Jennie mematikan telepon dan berlari kembali ke kamarnya. Ketika masuk kamarnya, ia tidak melihat Mino namun ia dapat mendengar Mino di kamar mandi.
"Oppa..."panggil Jennie.
"Ya?"jawab Mino.
"Oppa sedang berendam, ya?"tanya Jennie.
"Hmm."jawab Mino singkat. Jennie tiba-tiba masuk kedalam kamar mandi. Mino terkejut.
"Oppa mianhae."ucapnya Jennie. Mino menatap Jennie terkejut.
"Arraseo. Aku sedang mandi. Kamu bisa keluar sekarang."pinta Mino. Jennie tersenyum lebar.
"Gak mau. Haruskah aku berendam bersamamu?"tanya Jennie girang. Mino terkejut dan menggeleng namun seperti tidak mendengarkan Mino, Jennie melepaskan bajunya dan masuk kedalam bathtub. Jennie bersandar kepada Mino.
"Jennie-ya, kamu benar-benar ya."ucap Mino sambil tertawa.
"Oppa... mianhae."ucap Jennie meminta maaf lagi.
"Arraseo. Maafkan aku juga karena sudah berlebihan."ucap Mino membelai rambut Jennie yang panjang.
"Apa yang membuat Oppa begitu kesal?"tanya Jennie lagi.
"Hm... pertama ketika kamu menganggap ini hanya jalan-jalan dan aku menganggap ini honeymoon, lalu Kai bilang padamu untuk menghubunginya nanti."jelas Mino. Jennie tertawa.
"Ya... yang pertama bilang ini jalan-jalan di Korea kan Oppa. Bukan aku. Aku hanya menjawab sesuai yang Oppa katakan."jelas Jennie sambil tertawa.
"Ya... meskipun seandainya kita kesini karena pekerjaan. Kalo ditanya mantan atau lawan jenis kamu harus jawab sedang honeymoon."omel Mino.
"Arraseo, Oppa. Hahahaha."ucap Jennie sambil tertawa.
"Ceritakan padaku semua hal-hal tentang kamu. Kai. Dan segalanya."pinta Mino. Jennie menaruh kepalanya pada dada Mino dan mulai bercerita.
"Aku dan Kai pacaran beberapa tahun lalu. Hubungan kami cukup lama. Namun Kai adalah idol. Ketakutan untuk terkena skandal jadi sangat besar. Lalu kami berpisah baik-baik. Sebelum aku bertemu Oppa pertama kali setelah mengetahui tentang wasiat, aku sempat berhubungan lagi dengannya. Aku menceritakan soal wasiat ayahku. Ia bilang ia masih mencintaiku dan berharap kembali ketika kontrak pernikahan aku dan Oppa habis. Hubungan kami cukup serius saat itu sebenarnya. Hal ternakal yang pernah kami lakukan... make out di balkon.. kyaaaa."cerita Jennie. Mino terlihat kesal.
"Ya! Kalau kontrak kita udah abis, kamu mau balikan sama dia?"omel Mino. Jennie menggeleng.
"Annyia, Oppa. Kalau kontrak kita habis, kita akan menikah secara beneran ya."jawab Jennie sambil tersenyum. "Kalau Oppa dan Irene?"lanjut Jennie.
"Waktu Irene masuk kedalam agensi ku, Irene menjadi sorotan. Dia cantik, ramah dan berbakat. Karena aku adalah CEO yang masih aktif dalam grup idol dan rata-rata artis di agensiku adalah teman-teman dekatku. Jadi, kami mulai membuat sebuah taruhan siapa yang berhasil mendapatkan Irene. Taruhannya? Mobil terbaru.. wahh. Lalu, ya aku berusaha mendapatkan Irene. Dan aku berhasil. Hal yang belum kamu tau, dulu saat itu aku adalah drug user. Dan Irene ada disana untuk membantuku lepas dari itu semua. Bisa dibilang juga ia wanita yang baik. Tapi aku gak pernah menyayanginya lebih dari seorang sahabat. Sampai saat ini ia masih berusaha mendekatiku."jelas Mino. Jennie melihat mata Mino.
"Oppa... kamu telah melewati banyak hal."ucap Jennis sambil memeluk Mino.
"Aku harap kenyataan aku pernah menggunakan narkoba tidak membuatmu membenciku ya. Gomawo Jennie-ya karena ada disini denganku."kata Mino. Jennie menggeleng dan mencium Mino.
'saranghaeyo gomawoyo
ttatteushage nareul anajwo
i sarang ttaeme naneun sal su isseo
sarang ttaeme naneun sal su isseoI love you, I thank you
For holding me so warmly
I can live because of this love
I can live because of this love'
Davichi - This Love
KAMU SEDANG MEMBACA
I DO (I REALLY DON'T)
FanfictionKim Jennie memiliki segalanya. Ia cantik, pintar dan lahir dari keluarga kaya. Di umurnya yang baru saja berumur 24 tahun, ia menjadi pewaris tunggal KJM Group. Memiliki sepupu seorang penyanyi dan penari terkenal di Korea yaitu Lisa Manoban membua...