Aisyah menatap Jessica sang Mamah yang terbaring lemah di ranjang IGD. Di temani dengan Mamih Veronica, suara tangisan Aisyah tak bisa dia tahan sama sekali. Emosi, sakit hati, dan kesedihan Aisyah terluapkan semua lewat tangisnya yang terdengar menyayat hati.
Tepat di halaman belakang sekolah Aisyah mendapat kabar dari Mamih Veronica bahwa Papah dan Mamahnya mengalami kecelakaan saat akan melakukan perjalanan bisnis. Aisyah pikir kecelakaannya tidak terlalu parah, tetapi setelah melihat tubuh Papahnya yang terbujur kaku di ruang jenazah serta Mamahnya yang lemah di IGD membuat dunia Aisyah seakan runtuh seketika.
Aisyah tak menyangka sang Papah akan meninggalkannya secepat ini, tanpa pamit padanya terlebih dahulu. Sosok kuat dan tegar yang selalu Aisyah jadikan panutan kini telah pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun.
Bayangan manis dan indah saat Aisyah bersama Papahnya terlintas dipikiran Aisyah. Dimana sang Papah menggendong dirinya saat Aisyah berhasil tidak jatuh ketika berlatih naik sepeda untuk pertama kalinya. Perih mengiris hati kecil Aisyah. Kini dia tak bisa lagi melihat senyum dan tawa milik Papahnya itu.
"Papah...." Tangis Aisyah.
"Syah"
Ari memeluk Aisyah erat dan berusaha memberi ketenangan pada cewek ini. Bahu kecil milik Aisyah naik turun dan matanya sudah terlalu bengkak karena tangisan yang cukup lama. Sungguh Ari tak tega melihat kondisi gadisnya sekarang.
Aisyah menatap Ari sebentar, cowok itu menatap sendu ke arahnya dengan senyuman palsu yang terpasang di wajahnya. Dia tak ingin dipeluk Ari, tapi hatinya yang sangat rapuh butuh seseorang untuk bersandar sekarang.
"Gimana Pih? Semuanya udah di urus?" Tanya Mamih Veronica.
"Sudah Mih. Besok jenazah Adnan sudah bisa dibawa pulang dan kita kebumikan di tempat pemakaman umum" ucap Ardi dengan suara berat.
"Pih?? Aku gak mau Papah meninggal? Aku gak mau Pih! Aku gak bisa hidup tanpa Papah apalagi Mamah. Gimana keadaan kita nanti Pih!! Papahhhhh" ucap Aisyah dengan tangisnya yang semakin menjadi.
"Aisyah, kamu gak boleh ngomong gitu sayang. Masih ada Mamah, Mamih, Papih, dan juga Irham yang jagain kamu. Kita semua sayang sama Aisyah" ucap Veronica sambil mengelus rambut Aisyah.
Saat semuanya terdiam dan berperang dengan pikiran mereka sendiri. Monitor kecil yang memantau detak jantung milik Mamah Jessica tiba-tiba berbunyi nyaring dan menampilkan garis lurus di sana.
"Mamaaaaahh" teriak Aisyah.
"Papih panggil dokter cepetan Pih!" Ucap Ari.
"Iya.. Dokter.. Dokter" teriak Ardi sambil berlarian keluar ruang IGD.
Dengan langkah terburu-buru, Dokter datang bersama dengan dua perawat di sampingnya. Dokter tak melalukan apapun pada Mamah Aisyah, dia hanya mengecek denyut nadi Mamah Aisyah dan terlihat murung.
"Dokter! Kenapa Pak Dokter diem aja? Ini Mamah aku sekarat Dok, cepat lakukan sesuatu. Pake Defibrilator dong Dok! Dokter!!" Ucap Aisyah histeris.
"Pihak rumah sakit sudah berusaha sebisa mungkin. Jika detak jantungnya sudah berhenti seperti ini menggunakan defibrilator pun sudah tidak berpengaruh kepadanya. Maafkan saya, saya permisi" ucap Dokter dan segera meninggalkan ruang IGD.
"Kenapa semuanya kaya gini?? Kenapa Dokter gak selamatin Mamah saya?? Kenapaaaa!" Teriak Aisyah histeris.
Sementara dua perawat lain melepas infus serta alat-alat yang masih terpasang di tubuh Jessica.
Aisyah memegangi kepalanya yang mendadak terasa berat, tubuhnya benar-benar lemah sekarang. Pandangan matanya kabur dan dalam hitungan detik tubuh mungil milik Aisyah ambruk dipelukan Ari.
KAMU SEDANG MEMBACA
After You || Arsyah
Fanfiction[ completed ] "Lo adalah cowok terngeselin yang pernah gue kenal!" ucap Aisyah setengah berteriak. "Bodo. Yang penting gue masa depan lo" jawab Ari santai. After you come... hidupnya berubah, ketenangan jiwanya hilang sudah, karena cowok sialan yang...