Srekk
Bunyi sobekan kertas menggema dipenjuru kelas. Tampak seorang gadis berdecak kesal karena lagi dan lagi gambarannya selalu saja berantakan. Sobekan kertas itu sudah tersebar dimana-mana.
Acha, gadis itu menggeram pelan. Ia melemparkan pensilnya kedepan lalu mengacak rambutnya frustasi. Beginilah Acha, jika sedang dilanda kegabutan, pasti ia akan menggambar ataupun melukis dirumahnya. Namun kali ini Acha tidak mendapatkan inspirasi apapun, menjadikannya sulit untuk menggambar.
"Ini pensil lo!" seorang laki-laki mengulurkan pensil yang tadi Acha buang didepannya. Acha mendongak, ia mengangkat sebelah alisnya bingung.
"Zean? Ngapain lo disini?" tanya Acha bingung. Zean meletakkan pensilnya diatas meja lalu duduk di kursi depan Acha. Syukurlah keadaan kelas saat ini masih sepi jadi tidak ada orang yang dapat melihat mereka berdua.
"Ngikutin lo!" jawab Zean lugas membuat kening Acha mengerut.
"Sejak kapan?"
"Sejak lo marah-marah enggak jelas terus ngomel-ngomel sama supir angkot yang lo tumpangi itu!" mendengar itu membuat kekesalan Acha semakin bertambah. Jika kalian tanya kenapa Acha tidak berangkat bersama Nathan, sudah dipastikan bahwa mereka berdua kembali bertengkar. Padahal, baru kemarin mereka baikan dan akur.
Zean terkekeh pelan. Mata Zean terpaku pada sebuah sobekan kertas yang disana terdapat gambaran sesuatu. Zean meraih kertas itu dan mengamatinya. "Ini lo yang gambar?"
Acha mengangguk.
"Bagus juga. Tapi masih bagusan gue sih!" ucap Zean dengan pede-nya.
Acha mendengus pelan. "Lo ngapain ke kelas gue? Bukannya lo itu anak kelas dua belas?"
Zean mengangguk pelan. "Yap! Lo bener banget, seratus buat lo!" Acha menggelengkan kepalanya, merasa heran dengan orang didepannya ini.
"Tujuan lo kesini apa?" sungguh Acha masih penasaran mengapa Zean mengikutinya sampai ke kelas.
"Pengen mastiin kalo lo baik-baik aja!" Acha menaikkan sebelah alisnya, merasa bingung dengan jawaban yang terlontar dari mulut Zean.
"Baper nggak? Baper dong!" paksa Zean.
"Dih, apaan sih lo! Emangnya gue kayak cewek kebanyakan apa yang kalo digombalin dikit aja langsung baper! Sorry, ya, seorang Natasha itu nggak akan mudah terpengaruh sama omongan buaya!" Acha mengibaskan rambutnya kebelakang.
Zean sempat tertegun sebentar sebelum akhirnya ia tersadar. "Wah, lo ngatain gue buaya?" Acha mengangguk angkuh.
"Enak aja! Gini-gini gue nggak pernah mainin perasaan cewek!" protes Zean tidak terima.
Acha mengangguk. "Iya-in!" Acha kembali menyibukkan diri dengan kertas didepannya, tidak menghiraukan Zean yang masih setia memandangi wajah cantiknya.
"Lo cantik!" dua kata yang mampu membuat darah Acha seketika berdesir. Tubuh Acha seperti tersengat listrik, mendadak kaku. Acha mendongakkan kepalanya, menatap Zean yang tengah tersenyum kearahnya.
Astaga, Zean benar-benar manis jika tengah tersenyum seperti itu. Sadar apa yang dilakukannya, Acha segera memalingkan wajahnya.
"Tuh, nyatanya lo blushing gue katain cantik!" ledek Zean.
"Heh! Gila ya lo!? Mana ada gue blushing gara-gara gombalan receh lo itu!" elak Acha tak mau mengaku.
"Bodo amat! Yang penting tadi gue liat pipi lo merah-merah gitu pas gue bilang cantik!"
Acha mendesis sinis. "Ish!"
"Berduaan Bae, nanti yang ketiga setan lho!" celetuk Darren dari ambang pintu. Acha dan Zean kompak menoleh kesumber suara. Disana sudah ada Nathan, Darren dan juga Farrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SEQUEL MY CRAZY BOYFRIEND] DAPAT DIBACA TERPISAH FOLLOW SEBELUM BACA #1 TWINS 20-07-2020 Kembar? Selintas apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar kata 'Kembar'? Mungkin anak Kembar itu selalu kompak dan selalu memakai pakaian yang sama. Akur...