27 - Jalan Berdua

3.2K 255 39
                                    

Acha memasuki rumahnya dengan keadaan basah kuyup. Mata yang sembab, hidung yang memerah serta rambut yang acak-acakan. Acha berjalan perlahan menuju kamarnya. Rasanya ia butuh waktu untuk istirahat sejenak.

"Acha," seruan itu membuat langkah Acha terhenti. Gadis itu menghembuskan napas pelan. Acha membalikkan badannya lalu tersenyum paksa.

"Kenapa, Bun?"

Keyla membalas senyum Acha. Wanita itu mendekati anak perempuannya. "Kamu hujan-hujanan, ya? Nanti kalo sakit gimana?" tanya Keyla sambil mengusap rambut Acha.

Acha tersenyum hangat. "Enggak, Bun. Acha nggak bakal kenapa-kenapa. Acha ke kamar dulu, ya, mau istirahat!"

Keyla mengangguk. "Kalo laper turun ya sayang. Bunda udah masakin makanan kesukaan kamu," Acha mengangguk tanpa menoleh ke belakang.

Saat sampai di tangga atas, gadis itu melirik pintu berwarna coklat yang merupakan pintu kamar Nathan. Gadis itu mengintip lewat celah pintu yang sedikit terbuka. Acha menghela napas panjang. Ternyata Nathan tidur, batinnya.

Acha melangkah menuju kamarnya. Gadis itu melempar tasnya asal. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, membiarkan kasurnya ikut basah akibat seragamnya. Acha merentangkan kedua tangannya, ia menatap langit-langit kamarnya dengan sendu.

Bayang-bayang tentang Zean kembali berputar di otaknya. Apakah Acha salah karena sudah berbuat seperti itu pada Zean? Apakah Acha sudah keterlaluan?

Acha sedikit menyesal. Harusnya ia mendengarkan penjelasan Zean terlebih dahulu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menjauhi laki-laki itu.

"Gue nggak mau kalo orang yang gue sayang itu bakal jadi milik orang yang nggak bener,"

"Tapi satu yang harus lo tau! Gue nggak pernah main-main sama perasaan gue ke lo! Perasaan ini tulus! Nggak ada kata main-main buat lo, Cha!"

"Kalo dengan gue ngejauh dari lo bisa buat lo bahagia, gue akan lakuin. Gue nggak akan ganggu hidup lo lagi, gue nggak akan pernah muncul lagi di depan lo,"

Acha menitihkan air matanya. Ia meremas sprei kasurnya. Kalimat yang terlontar dari mulut Zean terus terngiang di pikirannya.

"Maafin gue! Andai gue dengerin penjelasan lo dari awal, mungkin kita nggak akan kayak gini, Ze!" gumam Acha seperti orang bodoh.

"Gue nggak mau lo ngejauh dari gue, Ze! Gue nggak mau kalo lo sampe pergi dari hidup gue!"

"Maafin gue, Ze! Gue bodoh!" Acha memukul-mukul kasurnya. Melampiaskan amarahnya saat itu juga. Acha benar-benar merasa seperti gadis bodoh. Ia sudah menyia-nyiakan orang yang tulus dengannya. Ia membiarkan egonya yang terlalu tinggi. Dan sekarang? Acha menyesali itu.

*****

Ting

Suara notifikasi ponsel Nathan berbunyi. Membuat laki-laki itu mengalihkan perhatiannya pada ponselnya. Laki-laki itu melirik sekilas nama yang tertera di layar ponselnya. Ia mendengus kesal. Nathan kembali pada kesibukannya, tidak menghiraukan pesan dari orang yang Nathan tidak suka.

Ting

Lagi, ponsel Nathan berbunyi. Merasa cukup penasaran, Nathan merampas ponselnya yang terletak di atas nakas. Laki-laki itu membuka room chat-nya bersama dengan Naura. Ya, yang mengirimnya pesan adalah Naura.

Naura: Nath, anterin aku, yuk!

Naura: Nath, please anterin aku. Aku mau keluar sendiri takut, soalnya udah malem:( ntar kalo aku di culik gimana? Kan kasian kamunya.

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang