Acha menatap laki-laki di depannya tajam.
"Minggir!"
Laki-laki itu menggeleng cepat. "Enggak! Cha, tolong dengerin penjelasan gue dulu! Gue itu—"
Acha berdecak. "Nggak ada yang perlu di jelasin lagi, Ze! Lo denger nggak sih? Gue bilang minggir ya minggir!" Sentak Acha.
Zean menggenggam tangan Acha. Ia menatap Acha dengan tatapan teduhnya yang mampu membuat darah Acha berdesir.
"Gue tau gue salah karena udah buat lo jadi bahan taruhan gue sama Arion. Tapi ini tuh nggak seperti yang ada di pikiran lo! Gue lakuin ini semua buat lo, biar Arion nggak terus-terusan gangguin lo lagi, Cha!" Jelas Zean dengan nada sungguh-sungguh.
Acha terdiam. Entah apa yang harus Acha jawab, yang pasti gadis itu kini masih ragu dengan jawaban Zean.
Acha melepaskan tangannya. "Terserah lo!" Acha melangkah pergi meninggalkan Zean.
Zean menghela berat. Suara tepukan tangan terdengar dari arah belakang. Zean menoleh, menatap tajam sosok itu.
"Gimana? Udah berhasil bujuk Acha-nya?" Tanyanya dengan nada sinis.
Zean menajamkan matanya. "Ini semua gara-gara lo! Lo yang udah buat gue sama Acha jadi kayak gini! Mental lo cemen banget, Yon, gue nggak nyangka!" Balas Zean sambil menggelengkan kepalanya.
Arion tersenyum miring. "Mana yang lo sebut kalo gue itu cemen? Cemenan mana sama lo yang nggak berhasil ngebujuk cewek?" Ledek Arion.
"Gue ngaku kalah sih, tapi gue nggak bakal nyerah dan berhenti buat gangguin Acha! Dia itu istimewa, bro! Boleh kali gue main bentar sama cewek sok polos itu?!" Kata Arion.
Zean membulatkan matanya. "ANJING LO!" Zean menghantam perut Arion hingga laki-laki itu mundur beberapa langkah.
"Jelas-jelas kita itu udah deal kalo lo kalah, ya lo harus jauhin Acha! Jangan pernah ganggu dia lagi!" Bentak Zean marah.
Arion meringis. "Zean, Zean! Lo itu polos banget ternyata orangnya. Pantes gampang banget buat di bodohin!" Zean terdiam. "Lo percaya kalo gue bakal jauhin Acha, hem? Nggak semudah itu! Gue udah ngejar-ngejar Acha sejak kelas sepuluh dan dengan gampangnya gue berhenti?! Lo pikir gampang, hah?!" Teriak Arion.
Zean berdecak. "Lo harus ngerti dong! Acha itu nggak nyaman kalo lo terus-terusan ganggu dia!"
Arion mengangguk membenarkan. "Iya, lo emang bener! Tapi, apapun caranya gue bakal buat Acha nyaman sama gue! Gue juga bisa buat Acha seutuhnya jadi milik gue, dengan cara..." Arion menggantungkan kalimatnya.
Tangan Zean terkepal kuat. Zean menggeram kesal, laki-laki di depannya ini memang benar sudah membuatnya emosi. Zean maju dan memukul rahang Arion. Tidak hanya itu, Zean juga memukuli disetiap wajah Arion hingga babak belur. Arion yang tidak terima dengan serangan Zean pun membalas tak kalah keras.
Zean terbatuk-batuk dengan darah yang mengalir di hidungnya. Ia menyeka darah di sudut bibirnya lalu bangkit berdiri.
Arion tersenyum sinis. "Sakit? Mau gue tambahin lagi?!"
Zean menatap Arion nyalang. "Gue peringatin sama lo, jangan pernah gangguin Acha lagi!"
"Kalo gue nggak mau?"
"Lo bakal berurusan sama gue!"
Arion tertawa. "Widih, mau jadi pahlawan buat Acha, nih?"
Zean tersenyum sinis. "Terserah lo! Yang penting gue udah peringatin lo dan kalo sampe gue liat lo gangguin Acha lagi, lo bener-bener udah buat gue marah!" Setelah itu, Zean pergi meninggalkan Arion sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SEQUEL MY CRAZY BOYFRIEND] DAPAT DIBACA TERPISAH FOLLOW SEBELUM BACA #1 TWINS 20-07-2020 Kembar? Selintas apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar kata 'Kembar'? Mungkin anak Kembar itu selalu kompak dan selalu memakai pakaian yang sama. Akur...