Tidak perlu diungkapkan. Karena luka tahu kapan ia harus berbicara.
***
Nathan membuka kedua matanya secara perlahan. Ia terperanjat melihat keadaan disekelilingnya penuh dengan warna putih. Nathan sontak terduduk. Ia pun heran mengapa dirinya memakai baju putih. Nathan menyapu pandangannya ke seluruh arah. Sepi. Kosong. Tidak ada siapapun disana selain dirinya. Tempat itu putih dan bersih. Seolah debu tidak diizinkan untuk masuk ke dalam tempat itu.
Nathan bangkit berdiri. Ia mulai merasa bingung. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa Nathan berada di tempat seperti ini? Nathan mulai melangkahkan kakinya secara pelan.
"Halo?" tidak ada sahutan.
"Ada orang disini?" tanya Nathan setengah teriak. Helaan napas kasar terdengar dari mulut Nathan. Lelaki itu sungguh bingung dengan apa yang tengah menimpa dirinya.
"Ini gue dimana sih?" gumam Nathan. Ia menggaruk kepalanya bingung. Mencoba mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Namun percuma, semakin Nathan memaksakan untuk mengingat, saat itu juga otaknya seolah berhenti berputar. Sepertinya Nathan tidak diperbolehkan untuk mengingat kembali apa yang terjadi padanya beberapa hari yang lalu.
Nathan kembali berjalan tanpa arah. Laki-laki itu tampak sedikit putus asa. Buktinya, Nathan berjalan dengan bahu yang merosot ke bawah. Langkah Nathan berhenti tepat di depan bocah mungil yang sedang tertawa lepas. Entah ia sedang tertawa dengan siapa, yang pasti Nathan ingin segera menanyakan dimanakah dirinya berada.
"Dek?"
Bocah kecil itu refleks menghentikan tawanya dan menoleh ke arah Nathan. Nathan tampak sedikit familiar dengan wajah bocah kecil itu.
"Adek tau ini dimana?"
Bukannya menjawab, bocah kecil itu justru tersenyum. "Kakak ganteng ngapain disini? Ini bukan tempat kakak." Jawaban itu semakin membuat Nathan bingung. Nathan duduk di samping bocah itu.
"Maksud kamu?"
Bocah kecil itu menggenggam satu tangan Nathan. Lagi dan lagi ia menampilkan seulas senyum yang dapat membuat hati Nathan menghangat. "Belum saatnya kakak berada di tempat ini,"
Nathan membalas pernyataan bocah kecil itu dengan kerutan di dahi. Nathan seperti sedang bermain teka-teki yang entah kapan jawabannya akan ia temukan.
"Kakak lihat," jemari bocah kecil itu menunjuk ke arah lubang berukuran sedang yang menampilkan sebuah ruangan yang dipenuhi oleh orang-orang yang tengah menangis. Nathan menajamkan tatapannya saat melihat seorang lelaki tengah berbaring di ranjang rumah sakit itu adalah dirinya. Dengan wajah pucat pasi, Nathan tengah di tangisi oleh keluarga serta teman-temannya. Tetapi bagaimana Nathan bisa disini?
"Kakak harus kembali. Banyak orang yang sayang sama kakak. Banyak yang nunggu kakak itu sembuh dan berharap kakak kembali. Kakak nggak mau kan kalau kakak sampai mengecewakan orang-orang disana?"
Nathan mengangguk dengan tatapan mata yang tidak terlepas dari lubang itu.
"Disini bukan tempat kakak. Kakak belum waktunya untuk singgah di tempat ini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SEQUEL MY CRAZY BOYFRIEND] DAPAT DIBACA TERPISAH FOLLOW SEBELUM BACA #1 TWINS 20-07-2020 Kembar? Selintas apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar kata 'Kembar'? Mungkin anak Kembar itu selalu kompak dan selalu memakai pakaian yang sama. Akur...