Mungkin rasa sakit terbesar itu saat orang yang sangat kita percaya malah mengkhianati kita.
***
Kedua alis Acha menaut saat hidungnya menghirup wangi khas minyak kayu putih. Acha memegangi kepalanya yang sedikit berdenyut. Ia memperhatikan sekelilingnya yang kini hanya ada dirinya, Keyla, Arka serta Nathan yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
"Acha, kamu udah sadar sayang?" tanya Keyla sambil tersenyum.
Acha mengangguk lalu mengangkat tubuhnya agar terduduk. Netranya beralih menatap ke arah brankar rumah sakit yang berisi satu orang lelaki. "Nathan ... dia gimana, Bunda?"
"Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan kita semua, Nathan masih diberikan kesempatan untuk hidup lebih lama lagi di dunia."
Pernyataan singkat Keyla mampu membuat Acha menahan napas. Memang sebelum pingsan, Acha sempat samar-samar mendengar berita itu, tapi Acha tidak mau kalau itu semua hanyalah mimpi. Makanya ia bertanya kepada Keyla tentang kondisi Nathan sekarang.
"Ada kabar baik lagi buat Nathan,"
Acha menoleh ke arah Arka. "Apa itu?"
"Nathan sudah mendapatkan pendonor ginjal dan kata dokter, Nathan akan segera di operasi."
Kedua mata Acha terbelalak. "Beneran, yah?! Nathan kapan operasinya?"
"Besok."
Acha memekik girang. Tanpa sadar gadis itu berlari ke arah Nathan tanpa mengindahkan kepalanya yang masih berdenyut. Acha memeluk tubuh Nathan erat. Ia ingin Nathan cepat-cepat sadar dan membuka matanya. Dan Acha ingin saat pertama kali Nathan sadar, orang yang pertama Nathan lihat adalah dirinya. Egois? Benar. Acha rindu Nathan.
"Lo besok operasi, Nath. Lo sebentar lagi sembuh," bisik Acha. Entah karena terlalu terbawa suasana atau apa, Acha sampai mengeluarkan air matanya. "Gue bahagia banget karena akhirnya lo dapet pendonor ginjal. Gue janji selama operasi, gue bakal selalu ada di samping lo. Jangan takut, ya, sebentar doang kok nggak sakit," ucapnya bermonolog.
Acha melepas pelukannya. Gadis itu memperhatikan setiap lekukan wajah Nathan. Wajahnya masih pucat pasi begitupun bibirnya. Tangannya masih dingin namun tidak sedingin tadi.
Acha tersenyum. Setidaknya Tuhan telah mengabulkan doanya agar Nathan bisa sembuh. Tuhan masih mengizinkan Nathan untuk melihat luasnya dunia. Tuhan masih memberikan Acha kesempatan untuk lebih banyak menghabiskan waktu berdua.
"Sebentar lagi, gue bakal liat senyuman lo yang pait itu dan sebentar lagi, gue bakal liat mata teduh lo yang selalu bisa nyejukkin hati gue. Bucin banget kan, gue?" Acha tertawa pelan menanggapi ucapannya sendiri.
Ting
Tawa Acha terhenti saat mendengar notifikasi ponselnya. Memang sedari kemarin Acha tidak memegang ponselnya dan Acha sangat yakin kalau saat ini media sosialnya sudah dipenuhi oleh notifikasi yang tidak penting.
Acha mengeluarkan dan membuka benda pipih itu. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman.
Zean: keluar. Gue lg di taman RS.
Acha memasukkan ponselnya kembali kedalam saku roknya. Ia berbalik, menatap Arka dan Keyla secara bergantian.
"Acha izin keluar dulu, Yah, Bun."
"Kemana?"
"Taman."
"Mau ketemuan pasti?" goda Keyla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SEQUEL MY CRAZY BOYFRIEND] DAPAT DIBACA TERPISAH FOLLOW SEBELUM BACA #1 TWINS 20-07-2020 Kembar? Selintas apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar kata 'Kembar'? Mungkin anak Kembar itu selalu kompak dan selalu memakai pakaian yang sama. Akur...