Setelah selesai menunaikan sholat Maghrib, kini Acha sedang duduk sembari membaca novel di tepi ranjang. Bibirnya tersenyum saat membaca adegan romantis dan sesekali ia berdecak kesal karena konflik yang ada di dalam novel tersebut.
Saat sedang asyik membaca, tiba-tiba....
Dep
"HUAAAAA BUNDAAAA!!!!!!!" Acha refleks berteriak saat dengan tiba-tiba lampu kamarnya mati. Mungkin bukan hanya kamarnya saja karena Acha sempat melihat ke luar jendela yang ternyata gelap gulita.
Acha menghembuskan napas panjang. "Mati lampu ternyata!" Gumam Acha pelan. Ia meletakkan novelnya di atas kasur, tangannya meraba-raba nakasnya untuk mengambil ponselnya.
"Mana sih hp gue!" Gerutu Acha kesal. "Nah, ini dia!" Acha tersenyum lebar, buru-buru ia menyalakan ponselnya untuk di jadikan senter, namun yang terjadi malah ponsel Acha lowbat. Itu pasti karena Acha lupa untuk men-charge ponselnya.
Acha menghela berat. Ia beranjak dan langsung jalan dengan langkah pelan. Acha mendadak bingung saat keadaan rumahnya sangat sepi dari biasanya. Biasanya kalau mati lampu begini, pasti ayah dan bundanya sudah berada di ruang tengah di temani dengan lilin di atas meja.
"Ayah!!"
"Bunda!!"
"Nathan!!"
Acha memegangi sisi tangga dan mulai menuruninya dengan sangat hati-hati. Ia melirik ke kanan dan kirinya yang masih tampak sepi, bahkan saat ini hanya ada suara langkah kaki yang mengiringinya.
"BAAA!!!"
"AAAAA!!!!"
BUGH
BUGH
BRUKK
PRANG
Nathan tertawa kencang saat melihat tubuh Acha tersungkur dengan tidak elitnya. Gadis itu meringis karena merasa kakinya terkilir, ia menatap Nathan tajam. Mata Acha berkaca-kaca, ia tampak akan menangis. Nathan yang sedang tertawa buru-buru berhenti saat mendengar suara isakan tangis.
Nathan mengarahkan senternya ke segala arah. "Heh, mbak Kunti jangan nakut-nakutin, ya!" Bukannya berhenti, namun suara itu malah semakin kencang. "Mbak Kunti, kalo bercanda suka kebangetan deh! Mbak Kunti pergi aja! Jangan ganggu rumah saya, soalnya banyak bidadarinya!" Teriak Nathan.
"Hiks..." Nathan mengarahkan senternya ke tangga terakhir, ia membulatkan matanya saat melihat Acha-lah yang menangis. Nathan buru-buru mendekati Acha.
"Acha, Lo kenapa nangis?!"
"K-kaki g-gue s-sakit.... Kesleo, hiks..." Ujar Acha dengan suara yang bergetar.
Nathan menghela napas pelan. "Pasti gara-gara gue, ya?" Acha diam tidak menyahut. "Ya udah, gue minta maaf deh kalo gue keterlaluan." Nathan berjongkok di depan Acha membuat gadis itu menautkan alisnya bingung.
"Ayo naik! Biar gue gendong Lo sampe sofa, ntar di sana gue pijetin kaki Lo yang kesleo!" Acha tersenyum haru, ia bangkit perlahan dan melingkarkan tangannya di leher Nathan.
"Berat juga ya Lo!" Ledek Nathan. Acha mencubit perut Nathan keras membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan. Setelah sampai, Nathan menurunkan Acha tepat di sofa panjang. "Lo tunggu sini . Biar gue cari minyak pijetnya dulu!"
Acha mengangguk bak anak kecil. "Jangan lama-lama!" Nathan mengangguk, ia berbalik dan meninggalkan Acha sendiri untuk mengambil minyak pijatnya. Begini lah Nathan, jika ia bercanda sampai keterlaluan dan membuat Acha menangis atau terluka, maka laki-laki itu pasti akan bertanggung jawab. Hemmm idaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SEQUEL MY CRAZY BOYFRIEND] DAPAT DIBACA TERPISAH FOLLOW SEBELUM BACA #1 TWINS 20-07-2020 Kembar? Selintas apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar kata 'Kembar'? Mungkin anak Kembar itu selalu kompak dan selalu memakai pakaian yang sama. Akur...